Chapter 16

33 4 0
                                    

Suasana malam hari di kota kecil itu amat damai. Udara yang berhembus kembali menetralisasi paru-paru dan merilekskan tubuh yang penat.

Gadis itu tengah duduk santai di gazebo taman belakang. Mencari ketenangan di setiap hembusan angin yang menerpa kulitnya.

Gadis itu bisa bernapas lega ketika siang tadi, dokter sudah membuka perban yang menutupi kedua matanya. Untung saja, inflamasi nya sudah mereda dan tidak menimbulkan efek serius.

Keadaannya sudah lebih baik dibanding beberapa hari yang lalu. Tetapi karena fotophobia-nya semakin parah, maka ia diharuskan memalai kacamata khusus FL-41.

Rio melangkah mendekat ke arah gadis itu. Ikut duduk bersama menikmati hamparan langit malam berhiaskan bintang.

"Kamu bisa cerita apapun'' Kata Rio memecah keheningan di antara mereka.

"Aku nggak tau harus mulai dari mana. Aku bahkan bingung memahami sebenarnya apa yang terjadi''

"Maksud kamu?''

"Semua orang udah ngebohongin aku kak. Termasuk paman, sahabat dan pacar aku sendiri. Hhh.. miris kan?'' Ucap Rara.

"Kamu udah tanya alasan mereka semua ngelakuin itu?'' Gadis itu menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Dhea, terkadang sesuatu tidak sesederhana yang tampak. Contoh kecilnya saja kamu... bukannya saat ini, kamu juga memainkan sandiwara?'' Kalimat lelaki itu berhasil meruntuhkan sedikit demi sedikit ego Rara.

"Coba untuk mengulik semua lebih dalam. Meskipun akan menyakitkan.. bukankah itu lebih baik daripada menerima semua secara mentah-mentah?'' Lanjut Rio.

"Tapi semua terlalu rumit kak..'' Keluh Rara.

"Sejak kapan gadis kecil kakak jadi pesimis sih?'' Sindir Rio.

"Iya.. iya. Tapi aku bukan anak kecil lagi ya...'' Rara tentu saja tak terima jika terus saja dianggap anak kecil oleh lelaki itu.

"Mau dengar cerita aku kak?'' Tentu saja Rio mengangguk cepat mendapat tawaran tersebut.

Di suatu rumah mungil, hiduplah dua orang pasangan, satu adik dari si wanita dan seorang anak perempuan. Mereka hidup dalam suasana penuh kehangatan.

Tetapi.. saat usia anak itu mencapai 7 tahun, papa dan mamanya sudah lebih dulu dipanggil oleh-Nya. Meninggalkan seorang anak perempuan yang harus hidup mandiri bersama pamannya yang saat itu masih berusia 17 tahun.

Meski kehidupan sehari-hari masih bisa terpenuhi dengan uang hasil pensiunan orang tua, tapi pamannya tetap bersikeras untuk menjadi lebih baik. Lelaki itu sangat bertanggung jawab dan memastikan anak perempuan itu tidak kekurangan kasih sayang.

Lelaki itu tak pernah mengeluh. Termasuk saat harus merawat keponakannya yang menderita penyakit aneh. Lelaki itu bahkan tak pernah merasa keberatan sama sekali saat harus merogoh kocek sangat banyak demi memastikan keadaan keponakannya baik-baik saja.

Dan di tahun-tahun berikutnya.. lelaki itu berhasil menjadi pengusaha muda yang sukses dia usianya yang terbilang masih muda.

Lelaki itu semakin sibuk dan seringkali meninggalkan keponakannya sendirian di apartement. Suatu malam, sebuah insiden kecil mempertemukan anak itu dengan seorang laki-laki baik yang kemudian berstatus sebagai pelatihnya. Ia melakukan latihan secara diam-diam tanpa sepengetahuan sang paman.

Suatu hari.. tibalah saatnya ia harus melepas keponakannya untuk menikmati kehidupan di dunia luar. Membiarkannya mengikuti pendidikan formal di Mahatma High School.

About Dheandra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang