Chapter 3

56 4 0
                                    


Rara sedang berdiam diri di tempat favoritnya, yakni kursi ayunan yang terletak di balkon apartment lantai lima itu.

Memejamkan mata sembari menikmati udara malam yang dingin. Tubuhnya tampak rileks dan tenang. Tetapi jauh di dalam benaknya... ia merasa sangat gelisah, mencoba menerka-nerka hal apa yang akan ia ketahui nanti. Tetapi apapun itu, firasatnya mengatakan kalau itu bukanlah hal yang baik.

Gendang telinganya menajam... mencoba memperjelas suara langkah kaki yang masuk kedalam indra pendengarannya. Ia seketika menoleh saat menyadari langkah tersebut semakin mendekat ke arahnya. Ia menebak kalau sosok itu adalah pamannya.

"Ish. Om Dean ngapain sih ngendap-ngendap kayak maling gitu?'' Ejek Rara.

"Udah ketahuan ya?'' Jawab Dean sambil mencubit kedua pipi Rara. Membuat gadis tersebut menggeram tak suka.

"Udah ah, om mau ngomong apa sama Rara?'' Tanya Rara to the point.

"Udah penasaran banget ya?'' Goda Dean. Rara mendelik tak suka. Melihat itu, Dean mengelus pelan surai gadis itu.

"Ngobrolnya di sini aja ya Ra? Geser dikit, om juga mau duduk'' Lanjut Dean. Setelah duduk, ia menepuk pahanya meminta Rara duduk di pangkuannya.

Rara tersenyum senang, ia sangat suka saat dipangku oleh pamannya sambil dipeluk. Ia seolah merasa tengah berada dalam dekapan papanya.

"Ra... kamu tahu kan, kalau om sayang sama kamu?'' Tanya Dean yang diangguki Rara.

"Om juga ingat kan sama janji Rara? Apapun yang terjadi... Rara akan selalu jadi orang pertama yang ada disamping om Dean. Trust me'' Jawab Rara sambil menyenderkan kepalanya di dada lelaki tersebut.

"Ra.. om nggak tau bagaimana harus menyampaikan semua ini sama kamu sayang. Tapi, akan lebih baik jika kamu mendengarnya langsung dari om'' Dean dapat merasa gadis kecil itu tengah mengangguk.

"Kamu ingat nggak saat kamu pernah nangis karena kulit kamu melepuh?'' Tanya Dean.

"Ingat. Kalau nggak salah, umur Rara delapan tahun kan ya? Waktu itu, Rara mau jemur pakaian.. tapi nggak tau kenapa, tiba-tiba kulit Rara yang kena sinar matahari melepuh'' Kata Rara sembari mengingat kejadian itu. Setelahnya... ia menjadi trauma pada sinar matahari. Jadilah ia sekarang seperti tahanan rumah yang hanya berdiam diri dalam bangunan kokoh itu.

"Iya. Untung saja saat itu, kamu memang belajarnya home schooling. Tapi, karena itu juga.. om jadi khawatir. Makanya malam harinya, kamu om bawa ke rumah sakit untuk periksa'' Lanjut Dean.

"Karena luka di tangan Rara makin merah kan om? Bahkan.. karena sakitnya, Rara malah nangis terus. Hehe..'' Sambung Rara.

"Iya sayang.. kamu mau tahu nggak penyebabnya? Huft. Sebelumnya, om minta maaf karena udah nyembunyiin hal ini dari kamu'' Kini lelaki itu tampak mendongak untuk menetralkan perasaannya.

"Kenapa om?'' Tanya Rara penasaran.

"Kamu menderita xeroderma pigmentosum''

"Maksudnya?'' Tanya Rara heran. Ini adalah kali pertama ia mendengar nama penyakit itu.

"Kamu menderita kelainan genetik sayang. Itu yang membuat kulit kamu sangat sensitif terhadap sinar uv. Kalaupun terjadi, kulit kamu akan mengalami sunburn bahkan sampai kerusakan kulit'' Jelas Dean.

Rara hanya diam dengan pikiran kosong. Dadanya sesak, seakan ada beton yang menghimpit. Ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya adalah manusia yang sangat aneh.

"Rara harus gimana lagi? Toh semuanya udah takdir kan? Rara nggak bisa memilih mau dilahirkan seperti apa.. nggak bisa. Hiks..hiks.. orang-orang mungkin akan mengira kalau Rara adalah vampire. Rara aneh ya om? Hahaha.. hiks..hiks'' Gadis itu tampak begitu terpukul. Ia kembali menangis sesegukan dalam dekapan pamannya.

About Dheandra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang