Kamar gadis itu ia biarkan dalam keadaan temaram, meminimalisir intensitas cahaya yang tertangkap oleh retinanya. Awalnya ia merasa risih dan tidak nyaman karena seperti sedang berada dalam ruang isolasi, tetapi ia harus membiasakan diri.
Gadis itu meraih handphone yang ia non aktifkan dari beberapa hari yang lalu. Bola mata gadis itu membulat saat melihat riwayat panggilan tak terjawab di ponselnya.
Rara menelan ludah kasar sebelum memutuskan mendial kembali nomor Dean. Dalam tiga detik pertama.. langsung terhubung.
"Ra? Ini kamu kan?'' Tanya Dean dengan suara seraknya. Sepertinya lelaki itu sedang flu. Gadis itu semakin merasa bersalah.
"...'' Rara membekap mulutnya agar isakannya tak terdengar oleh lelaki itu. Air mata gadis itu tumpah.. ingin sekali rasanya ia memanggil lelaki itu dengam sebutan 'abang'.
"Ra? Halo? Ra?'' Panggil Dean lagi.
"Maaf....'' Hanya satu kata itu yang berhasil terucap sebelum tenggorokannya kembali tercekat.
Di seberang sana.. Dean begitu lega ketika mendengar suara gadis itu. Beberapa hari ini, ia tak bisa tidur karena mengkhawatirkan keadaannya. Ia sudah mencari gadis itu kemana-mana, tapi hasilnya tetap sama.
"Ra? Kamu baik-baik aja kan?''
"Maafin Rara..'' Mendengar penuturan maaf gadis itu, hati Dean juga ikut merasakan sakit.
"Kamu dimana? Pulang ya?'' Pinta Dean.
"Jemput....'' Rengek gadis itu. Mau tak mau, bibir Dean mengulas senyum lega karena gadisnya sudah kembali.
"Tentu. Kamu dimana? Om berangkat sekarang juga''
"Rara di rumah lama kita''
"APA ???" Pekik Dean. Baru saja ia berniat melanjutkan ocehannya, Rara sudah memutuskan sambungan secara sepihak.
♡♡♡
Dian melangkah masuk ke sebuah rumah mungil yang penuh dengan kenangan itu. Rumah yang menjadi saksi bisu kehidupan mereka.
"Ra?'' Teriak lelaki itu. Mencari-cari keberadaan Rara.
Tak lama setelah itu, Rara datang menghampiri Dean dengan berlari kencang. Menubruk dada bidang lelaki itu hingga hampir terjengkang ke belakang.
"Kamu nangis?'' Tanya Dean saat merasakan kaos depannya basah.
"...'' Rara masih setia memeluk lelaki itu sembari menumpahkan segala beban di hatinya. Tempat ternyaman ketika ia sedang gundah tanpa harus mengucap lewat kata.
Dean balas mendekap tubuh gadis itu. Salah satu tangannya beralih mengusap pelan surai gadis itu.
"Udah ya? Nati kamu sakit kalau nangis terus kayak gini. Ada apa sayang? Hmm?''
Bukannya menjawab, Rara malah menarik lengan Dean.. menuntunnya menuju kamar utama rumah itu. Dean semakin mengernyit bingung, apalagi saat gadis itu menyodorkannya sebuah jurnal lusuh.
"Rara akan menjelaskan semuanya nanti''
"Kamu mau om baca jurnal ini?'' Rara mengangguk pelan sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Dheandra ✔
Ficción GeneralRara dan Dean, dua sosok manusia yang tumbuh bersama dengan saling menguatkan satu sama lain. Dimana sebuah fenomena tragis merenggut dua orang yang sangat berharga untuk mereka. Fenomena yang bahkan meninggalkan luka, amarah dan dendam dalam benak...