Chapter 4

58 4 0
                                    

Pagi hari, Rara terbangun dari tidurnya dengan perasaan takut dan gelisah saat mendapati seprainya berwarna merah terkena darah. Dean yang mendengar teriakan menggelegar gadis itu bergegas menuju kamar Rara.

Betapa terkejutnya ia saat melihat keadaan Rara yang sangat berantakan dan tengah menangis sesegukan dia tas tempat tidurnya.

"Hey.. kamu kenapa sayang? Mimpi buruk? Tanya Dean khawatir.

"Huwaa..liat nih om'' Teriak Rara sambil menunjukkan noda merah di seprainya.

"Kamu luka?''

"Nggak ada luka om, huwaa.. ini darah apaan?'' Kata Rara takut-takut. Dean yang baru menyadari satu hal sontak menepuk keningnya sembari terkekeh pelan.

"Om kenapa ketawa?'' Tanya Rara heran.

"Ra.. udah jangan nangis lagi sayang. Ini nggak apa-apa kok. Mana handphone kamu?'' Rara segera menyerahkan ponselnya pada Dean. Lelaki itu tampak tengah sibuk mencari sesuatu di laman browser. Kemudian meminta Rara membaca hasil pencariannya.

"Ini normal buat kamu sayang, tandanya.. Rara udah dewasa. Kalau gitu, om ke super market dulu beli pembalut buat kamu. Udah sana madi'' Kata Dean.

Setelah itu, Rara merutuki kebodohannya sampai-sampai tak tahu mengenai menarche yang baru saja dialaminya. Ia bergegas mengganti seprainya kemudian memasukkan seprai kotor itu kedalam mesin cuci.

Tepat setelah semuanya beres.. Dean datang denga sekantong belanjaan di tangannya. Rara segera mengambil keperluan untuknya dan melangkah masuk ke kamar mandi.

Saat akan berangkat ke kantor, Dean melihat keponakannya tengah meringkuk di atas kasur sambil terus meringis.

"Ra? Kenapa lagi?''

"Perut Rara nyeri om.. nggak tau kenapa...'' Rengek Rara.

Dean pun segera menghubungi sekretarisnya untuk mengosongkan jadwal hari ini. Ia memilih menemani Rara di rumah.

"Om Dean kok nggak ke kantor sih?'' Tanya Rara saat melihat lelaki itu duduk di salah satu sisi tempat tidurnya.

"Nggak jadi'' Tukas Dean.

"Loh? Kenapa?'' Tanya Rara lagi. Alih-alih menjawab, lelaki itu malah membuka laci nakas kemudian mengambil minyak angin.

"Om nggak mungkin ninggalin kamu yang lagi sakit kayak gini sendirian'' Kata Dean sembari mulai mengusap dan membaluri perut rata gadis itu dengan minyak angin.

"Udah.. om berangkat aja, orang cuma sakit perut doang kok'' Elak Rara.

"Shut.. anak kecil diem aja'' Kata Dean yang kemudian menjitak kepala gadis itu.

"Aauh! om nyebelin'' Kata Rara dengan ekspresi dongkolnya.

"Sakit banget ya Ra?'' Tanya Dean pelan.

"Udah nggak terlalu sih om.. elusan tangannya om Dean manjur. Hehehe'' Jawab Rara.

"Oiya om.. pengumuman ujiannya udah keluar kemarin. Nilainya perfect om.. Rara dapet A+ semua'' Kata Rara kemudian.

"Wahh.. congratulation sweety'' Ucap Dean. Ia sangat bangga dengan kemampuan akademik gadis itu.

"Kamu mau apa sebagai hadiah?'' Tanya Dean. Ia sangat suka memberi sesuatu kepada keponakannya itu. Mengingat gadis itu tak pernah sekalipun meminta sesuatu kepadanya.

"Hmm.. kali ini apa ya? Gimana kalau nonton bioskop, keliling pasar malam sama dinner?''

"Kayaknya seru tuh, malam ini kita keluar. Setuju??'' Dean bisa melihat raut wajah bahagia terpancar dari wajah gadis kecilnya.

About Dheandra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang