"Ini akan menjadi kamarmu". Hinata berkata malas, melirik sebentar pada wanita yang masih berdiri diam di ambang pintu, ia mengedikan bahu tak peduli, setelahnya ia melangkahkan kakinya berniat pergi, oh demi apapun, ia tak mau berlama-lama dengan istri ke 2 suaminya.
"Tunggu-, langkah itu terhenti, ia melirik wanita yang kini memandang ke arahnya, sakura menghela nafas, ia tau posisinya disini hanyalah istri ke2, tapi bukankah dia juga memiliki hak sebagai seorang istri?, -aku sedang hamil anak sasuke, dan tentu saja aku perlu perhatiannya, jadi..."
"Jadi, berhentilah berpikir kau akan mendapatkan segalanya", sela hinata, hinata sudah cukup baik dengan mau berbagi suami dengan wanita menjijikan di depannya ini, tapi apa yang ia dapat?, wanita rendahan tidak tau diri, ia sudah mau memberikan hatinya, tapi lihatlah, wanita ini malah menginginkan jantungnya, yang benar saja?.
Hinata dan sakura saling berhadapan, amestic itu memandang angkuh ke arah wanita yang juga memandangnya tajam, hinata sama sekali tak takut, ia bukan wanita yang akan kalah dari istri ke 2 suaminya, persetan dengan sasuke nantinya, "dengarkan aku!, ibaratkan sebuah kerajaan, kau hanyalah salah satu selir sang raja, tapi aku?-, hinata tersenyum angkuh, ia menunjuk dirinya sendiri, -aku adalah ratu kerajaan, berapapun banyak selir yang raja bawa, aku tetaplah permaisurinya". Ia memandang kasihan ke arah wanita yang kini tengah menahan kekesalannya, ia pun tersenyum penuh kemenangan, "menurutmu bagaimana nasib seorang selir yang berani melawan sang ratu kerajaan?, apa kau berharap raja membantunya?-, ia menyeringai, disini sakura berada 1000 langkah dibelakangnya,
-bahkan saat selir itu mati, raja tak akan keberatan sama sekali". Setelahnya kaki itu melangkah meninggalkan suara high heels yang beradu dengan lantai."Aaaahhh", terlihat beberapa alat make up tengah berserakan di lantai, sakura menjambak rambutnya prustasi, ia benar" tak habis pikir, kenapa diantara sekian banyak wanita, yang ia hadapi adalah seorang hyuga hinata?, ia tau hyuga hinata bukan lawan yang seimbang, dia terlalu berbahaya, terlebih saat ini sasuke masih sangat mencintai hinata, dan mengenai sasuke, dimana dia dimalam pertamanya?, apa ia lebih memilih bermalam dengan istri pertamanya?, "tch" ia mendesis, memandang wajahnya di depan cermin, ia benci mengakuinya, tapi hyuga hinata memanglah wanita dengan segala kesempurnaannya.
"kau pikir raja akan diam saja saat selir itu mati dan mengandung pewaris tahtanya ratu???", Hahahaha. digemerlapnya kamar itu terlihat seringaian mengerikan dari wanita yang kini tertawa tak terkendali.
Kaki jenjang itu melangkah dengan tenang menuruni tangga, matanya memicing kala melihat sasuke tengah duduk santai di dapur dengan sakura yang menuangkan kopi ke cangkir sasuke. Tanpa menghentikan langkahnya ia pun tak mau ambil pusing, ia mendudukan dirinya disamping sasuke, ia tersenyum pada pria itu, begitupun juga dengan sasuke, demi apapun sasuke sangat merindukan senyuman wanita disampingnya.
"Ohayou sasuke kun", gumamnya. Hinata melirik sakura yang juga ikut duduk disisi lain sasuke, ia tak akan peduli lagi sekarang, harapannya menjadi keluarga yang utuh tengah sirna, sekarang sakura telah menjadi parasit dalam rumah tangganya, dan hinata bersumpah ia akan mendapatkan haknya sebagai seorang istri, ya dia akan mendapatkan sasukenya kembali.
"Hmm, ohayou dear".Cup.
Sasuke tersenyum kala bibir mungil namun sexy yang sangat ia rindukan menyentuh bibirnya, ahhh seingatnya ia sudah lama tak menyentuh bibir wanitanya, tak mau menyiakan kesempatan sasuke pun menekan punggung hinata agar lebih dekat, ia melumat bibir itu lembut, ah shit,
Hinata dengan segala keindahannya adalah hal yang membuatnya selalu bergairah.Hinata menyeringai dibalik lumatan sasuke, ia sudah memutuskan tak peduli lagi, ya ia tak peduli dengan keadaan sakura saat ini, wanita itu hanya bisa menunduk dan memejamkan matanya, katakanlah hinata adalah orang jahat, persetan dengan itu, ia tak masalah dengan peran antagonis, ia juga berhak bahagia kan.
Hinata tersenyum saat melihat beberap anak kecil berlari ke arahnya, " hmm bagaimana kabar kalian".
"Kami baik nisan, bagaimana kabar nisan?". Seorang anak kecil berambut orange menjawab antusias, ia pun berhamburan memeluk hinata. Hinata tersenyum tulus ia berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan anak-anak itu, "nisan juga sangat baik kalau kalian semua baik". Amesticnya memandang sekitar taman, tempat ini tak pernah berubah menurutnya, panti asuhan yang biasa ia dan keluarganya datangi selalu menjadi tempat yang menenangkan bagi hinata.
"Nisan bagaiamana kalau kita bermain?", anak kecil dengan rambut kuning dikuncirnya merengek, hinata hanya terkekeh melihat tingkahnya, "hmmm, baiklah, bagaimana kalau bermain ular naga?". Hinata tersenyum melihat semua anak-anak itu mengangguk antusias, mereka semua sangat menggemaskan.
"Nah nisan pulang dulu ya, lain kali nisan akan kesini lagi", hinata tersenyum lembut kala semua anak itu berhamburan untuk memeluknya.
"Sering-seringlah mengunjungi kami nisan".
"Tentu saja mitsuki, jaga diri kalian ya". Semua anak-anak itu mengangguk, hinata pun tersenyum dan berjalan keluar panti, entah kenapa setelah bermain dengan anak-anak itu bisa membuat batinnya lebih tenang.Huaaa aku suka bingung mau bawa ceritanya kemana, entah kenapa kebawa kesini, scene hinata ke panti asuhan juga gk bermaksud buat kalian bosen, aku cuman pengen ngeliatin hinata itu bukan org jahat, dia punya sisi baik,,, hmm bantu vote and commennya ya minna san, biar aku semangat updatenya, arigato.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Husband (Tamat)
Fanfictionbagaimana wanita angkuh seperti hyuga hinata mempertahankan rumah tangganya?, entahlah hanya ada dua pilihan entah itu kalah karena bertempur atau mengalah sebelum pertempuran. ....tapi yang jelas dalam kamusnya tak ada kata kalah.... Let's see what...