***16***

2.4K 185 9
                                    

"Aku tidak mau kita bercerai, sasuke".

Sakura memandang marah pria yang berdiri menghadap keluar jendela, entah apa yang ia lihat sakura tak akan peduli, memang ia mengabari sasuke untuk membicarakan perihal perceraian mereka, tapi yang ia dapat malah pertengkaran semata.

"Jangan membuatku melakukan hal buruk padamu sakura".

Sasuke menghela nafas lalu berbalik untuk menatap emerald itu.

"Kau harus ingat, kau masih punya ichi, apa katanya nanti jika kedua orang tuanya berpisah sasuke".

Sasuke memejamkan matanya, selalu saja ichi, sakura selalu memakai alasan itu untuk mengurungnya, sama seperti 4 tahun yang lalu.

~~●●●~~

"Bagaimana keadaan menantu saya dok?". Mikoto berjalan tergesa ke arah sang dokter cantik yang baru saja keluar dari ruang persalinan.

"Sakura-san sudah melahirkan dengan selamat, kalian semua bisa menjenguknya".

Mikoto terlihat paling bersemangat, diikuti oleh fugaku yang masuk ke dalam ruang persalinan.

"Wah cucuku, dia sangat mirib denganmu sakura". Mikoto memandang takjub bayi kecil yang berada di gendongannya.

"Kaasan, dimana sasuke?". Sakura terlihat melihat sekitar, padahal ini adalah hari kelahiran anaknya tapi pria itu tak kunjung datang.

"Sasuke sedang ada urusan sakura, lagipula sudah ada kaasan dan tousan".

Sakura hanya mengangguk, jujur ia terlihat sangat kecewa padahal ini adalah hari dimana ia melahirkan anak dari pria itu, pria itu memang brengsek, uchiha sasuke memang pria brengsek, dan sakura mengakuinya, ingin rasanya sakura berteriak tapi yang bisa ia lakukan hanya berbaring dan menelan kekecewaan.

~~

"Sakura ada yang ingin ku bicarakan".
Sakura nampak diam lalu berdiri untuk menghadap sasuke, 2 minggu yang lalu pria itu tak datang saat ia melahirkan, dan kini ia datang seolah tak terjadi apa-apa, jika bisa sakura sangat ingin mencakar wajah tampan pria itu.

"Bicaralah sasuke".

"Sesuai dengan rencana awal, setelah anak itu lahir, kita harus bercerai".

Sasuke hanya bisa menghela nafas melihat sakura yang nampak tak terima dengan keputusannya itu.

"Setidaknya kau perlu menunggu sampai ichi besar sasuke, dia jugalah anakmu, kumohon, aku ingin dia juga mendapat kasih sayang seorang ayah".

"Tapi sakura...."

"Kumohon sasuke, hiks kumohon, ini semua demi ichi hiks".

~~●●●~~




"Ichi sudah besar, aku juga akan tetap memberikanmu uang untuk menghidupinya".

Sasuke melangkahkan kakinya hendak pergi.

"Itu tidak akan cukup, ichi perlu kau, bukan hanya uang brengsek".

Menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu, "kau tau tak ada seorang pun yang bisa membantah keputusanku", gumamnya seraya berjalan keluar dari ruangan itu.

Sakura mengepalkan tangannya, ia benar-benar merasa sasuke mempermainkannya, sasuke telah merendahkan harga dirinya, dan pria itu juga sudah membuat ia kehilangan kesabarannya, ia menatap tajam ke arah pintu dimana sasuke baru saja keluar dari sana, ia menyeringai, "kita lihat saja sasuke, siapa yang akan menang kali ini", gumamnya.








"Kaasan, i don't believe it, kita berada di jepang sekarang?".

Wanita yang terlihat masih sangat cantik itu hanya mengangguk mengiyakan sambil membuka kacamata hitamnya, ia lalu menatap putranya yang antusias memandang keliling bandara.

"Ya kita memang berada di jepang hanoki kun".

Hanoki hanya terlihat menangguk, "aku sudah tidak sabar bertemu kakek dan yang lainnya kaasan".

Wanita itu berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan putra tercintany itu, "hmm sepertinya kaasan juga merasakan hal yang sama sepertimu sayang", Katanya sambil tersenyum.

Naruto mendengus sebal, ia berjalan dengan terburu-buru sambil memperhatikan jam tangannya, oh ayolah ia baru saja mendarat di jepang dan sekarang ia sudah dikabari jika ada meeting dewan direksi secara mendadak, yang benar saja?.

Srettt...

"Ah gomene", naruto membungkukan badannya sambil mengambil tas dokumen yang terjatuh tepat saat ia menabrak seorang wanita yang terlihat sedang berbicara pada anaknya itu.

Wanita itu hanya menghela nafas lelah, ternyata di jepang masih ada orang ceroboh seperti pria kuning yang baru saja menabraknya.

"Paman, berhati-hatilah".

Naruto terdiam menatap seorang anak yang kini juga memandangnya, jika dilihat-lihat anak itu sangat mirib dengan...,,, ah tidak-tidak naruto menggeleng, pasti hanya kebetulan pikirnya, ia lalu mengalihkan pandangannya pada seorang wanita cantik yang berdiri angkuh menatapnya.

"Kau sangat pintar nak, siapa namamu". Naruto menatap anak itu antusias entah kenapa ia sangat tertarik pada anak kecil itu.

"Namaku hanoki paman".

"Ah nama yang bagus", naruto tersenyum lalu menatap sang wanita yang hanya diam memperhatikan mereka.

"Ah sekali lagi maafkan aku, perkenalkan namaku namikaze naruto". Naruto membungkukan badannya tanda perkenalan, entah kenapa lagi ia menjadi lebih tertarik untuk berkenalan dengan wanita ini.

"Shimurai Izumi".

Kata wanita itu, sebenarnya ia sangat malas meladeni pria ini, tapi karena pria kuning ini terlihat sopan jadi ia jadi tak enak jika langsung pergi begitu saja, mengalihkan pandangannya pada sang putra, "hanoki kun ayo kita pulang sayang".

Naruto masih diam berdiri ditempatnya sambil memperhatikan izumi dan hanoki yang berjalan menjauh, "ahh",, ia mendesah, kenapa ia jadi lupa dengan meetingnya?.
















"Welcome back to japan".














My Bastard Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang