"Seungkwann!""Apaa"
"Tolong siapkan gaunku untuk nanti malam, aku harus terlihat fantastis!"
Seungkwan memutarkan bola matanya malas.
"Gaun yang mana?" Tanyanya.
"Terserah. Yang menurutmu paling bagus, elegan, anggun, belum pernah dipakai, dan cantik. Tapi tidak berlebihan. Aku percaya dengan seleramu, Boo." Ucapku.
"Ughh, baik nyonya banyak mau."
Ia pun menyeret kakinya malas menuju ruang gaun-gaunku yang memang berada di ruangan kerjaku.
Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 1 siang. Mataku terasa sedikit berat. Kurasa tidur sebentar tidak akan salah.
Aku membenamkan kepalaku di kedua tanganku yang dilipat di atas meja. Aku pun memejamkan mataku perlahan.
***
"NOONA BANGUN!" Suara keras itu mengganggu tidur siangku.
"Aduh! Bisa tidak biasa saja banguninnya!?" Ujarku.
"NOONA CEPAT INI SUDAH PUKUL 5"
Aku yang masih belum sepenuhnya sadar pun terdiam sejenak dan mencerna kata-kata Seungkwan.
"PUKUL 5?!?!? YA! KENAPA TIDAK MEMBANGUNKANKU?"
"Aku juga ketiduran tadi hehehe" Ujar Seungkwan sambil menggaruk tengkuknya yang mungkin tidak gatal itu.
Tanpa memikirkan apa-apa lagi, aku segera bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
***
"Daan.. selesai!" Ucapku setelah menyelesaikan sentuhan terakhir pada wajahku.
"How do i look?" Tanyaku pada Seungkwan.
"Cantik. Sangat cantik." Ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Thank youu, kau juga gemas seperti anak kecil." Balasku sambil mencubit kedua pipinya. Wajahnya pun berubah menjadi masam.
Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 6 pas. Aku pun teringat Jun yang juga akan membuka acara malam ini di sekolahan pusatnya. Aku segera bergegas keluar dari ruang kerjaku dan menuruni anak tangga untuk membantunya bersiap-siap. Karena jujur saja, Jun tidak bisa memakai dasi hingga saat ini.
"Hey!"
Langkahku terhenti ketika mendengar suara pria memanggil. Rupanya Jun sudah berdiri di depan pintu keluar. Namun lagi-lagi ada pemandangan yang membuatku merasa panas. Yina memakaikan dasi milik Jun. Tak hanya itu, matanya juga menyelusuri penampilan Jun yang terlihat luarbiasa tampan dalam balutan tuxedo berwarna abu tua itu.
Jujur, aku sendiri pun tidak tahu apa yang salah denganku. Aku bukan tipe perempuan yang mudah cemburu. Apalagi aku dan Jun sudah menikah. Namun kali ini entahlah, aku merasa lebih sensitif dari biasanya.
"Oh, sudah mau pergi rupanya. Baru saja aku ingin membantumu bersiap-siap" Ujarku sambil mendekat ke arahnya. Aku menatap Yina dan tersenyum tipis ke arahnya. Entah itu sarkas atau tidak.
"Tak masalah, lagipula sudah ada Yina yang membantuku" Ucapnya kemudian mengelus kepalaku.
Ucapannya itu membuat otakku berpikiran kemana-mana. Apa itu berarti dia memasuki kamarku dan Jun? karena Jun tidak punya lemari ganti sendiri sepertiku di ruangannya. Lalu apa dia melihat tubuh indah milik suamiku itu??
Berbagai pertanyaan aneh dan gila sudah menumpuk di otakku dan aku rasa kepalaku bisa pusing karenanya.
"Halo? are you okay?" Tanya Jun sambil melambaikan tangannya di depan wajahku dan membuyarkan lamunanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring 2.0 • Junhui ✔
Fanfiction"Namanya Wen Bomi" (kelanjutan dari cerita Spring , disarankan untuk membaca cerita pertama terlebih dahulu)