33

426 71 5
                                    

* 3 minggu kemudian

"Jun, apa kau yakin akan baik-baik saja?" Tanyaku sebelum aku pergi.

"Tentu, sayang. Lagipula apa yang bisa terjadi pada pria besar sepertiku?" Balasnya.

"Ahahaha. Hanya ukurannya saja besar tapi sifatnya seperti bayi."

"Tidak!" Rengutnya.

"Tuh kan hahaha. Baiklah, jaga dirimu, okay?" Ujarku. Ia mengangguk sambil tersenyum.

"Hhhh.. Kau tidak akan kesepian?" Tanyaku.

"Tidak kok. Nanti aku akan menyuruh Chan menginap disini."

"Ah, baiklah. Kalau begitu aku pergi ya. Aku tidak akan lama, hanya 5 hari. Aku akan membawakan sesuatu untuk bayi besar ini." Ujarku sambil mencubit pipinya gemas. Dia hanya terkekeh kemudian menarikku ke dalam pelukannya.

"Take care dan berhati-hatilah." Ucapnya. Aku pun mengangguk. Jun kemudian mencium bibirku singkat sebelum akhirnya melepas pelukannya.

"Bye, Jun!" Ujarku sambil melambaikan tangan sebelum memasuki mobil.

"Byee! Text me kalau sudah sampai!" Balasnya. Aku pun mengacungkan jempolku dan memasuki mobil.

"Ke bandara ya, pak." Ucapku pada supir taksi.

"Baik."

Mobil pun mulai berjalan hingga Jun tak terlihat lagi dari pandanganku.
Jujur, sebenarnya aku takut Yina akan mencoba meracuni Jun atau sebagainya. Tapi meyakinkan Jun saja tidak bisa, apalagi meminta Jun untuk memecatnya. Meskipun memang aku belum tau apa yang dia masukkan ke dalam kopi milik Jun saat itu, tapi cara dia menyikapinya terlalu aneh jika dia hanya memasukkan gula ke dalamnya. Bukankah lebih baik untuk main aman? 

Ya, walau begitu aku sudah memperingatkan Jun untuk selalu mengawasi Yina kalau minta dibuatkan macam-macam. Dan aku percaya dia bisa mengurus dirinya sendiri.

***

"Seungkwan-ah! Bangun! Sebentar lagi kita akan mendarat." Ujarku sambil mengguncang-guncang tubuh Seungkwan setelah mendengar pengumuman dari pramugari. Yang dibangunkan pun akhirnya membuka matanya.

"Pakai lagi sabuk pengamannya." Ucapku. Ia pun menurut dan kembali mengenakan sabuk pengaman yang sebelumnya ia lepas karena tidak nyaman.

Tak lama kemudian, roda pesawat pun mulai menyentuh landasan. Setelah akhirnya pesawat berhenti, penumpang pun dipersilahkan keluar. Seungkwan membawa semua tas dan koper. Ia sendiri yang memaksa dengan alasan aku sedang mengandung.

Setibanya di dalam bandara, kami langsung saja mencari orang yang akan mengantar kami ke hotel tempat acara pernikahan akan diadakan sekaligus dimana kami akan menginap. Kami tidak perlu mengambil bagasi terlebih dahulu karena bawaan kami tidak terlalu banyak.

"Kau pesan atas nama siapa?" Tanyaku.

"Seungkwan. Hehehe." Balasnya.

Kami pun mencari-cari tulisan 'Seungkwan' di antara kumpulan orang-orang yang memegang kertas dengan nama tamunya masing-masing.

"Nah, itu dia!" Ucapku setelah menemukan pria yang memegang kertas bertuliskan 'Seungkwan'. Kami pun menghampiri orang tersebut.

"Seungkwan?" Tanya pria tersebut sambil tersenyum lebar setibanya kami di hadapannya. Seungkwan pun mengangguk cepat. Pria itu pun menyuruh kami untuk mengikutinya dengan menggunakan bahasa tubuh hingga akhirnya kami sampai di depan mobil sejenis sedan. Ia pun menyuruh kami untuk masuk kemudian memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam bagasi.

Spring 2.0 • Junhui ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang