29

399 71 3
                                    


Hari ini aku memutuskan untuk tidak bekerja. Kurasa aku membutuhkan  istirahat. Cukup satu hari saja.

"Kau tidak bekerja hari ini?" Tanya Jun. Aku menggeleng.

"Kenapa?" Tanyanya lagi.

"Aku hanya butuh istirahat. Satu hari saja." Balasku.

"Siap-siap gih."

"Mau kemana?" Tanyaku.

"Aku akan membawamu ke tempat yang indah, lihat saja nanti."

"Memangnya kau tidak bekerja?" Tanyaku lagi.

"Kalau kau tidak, aku juga tidak. Lagipula minggu ini juga minggu-minggu dimana bunga mulai bermekaran. Kita tidak akan melewatinya, bukan?"

"Hmm, baiklah." Aku pun menurutinya dan bersiap-siap.

Sebenarnya hari ini aku berencana untuk beristirahat di rumah dan sebaik mungkin mengisi daya tubuhku. Namun perkataan Jun juga tidak salah, minggu ini bunga-bunga sedang bermekaran dan aku tidak akan melewatinya.

***

"Yatuhan, cantiknyaa." Ucap Jun setelah aku selesai bersiap-siap. Aku pun tersenyum dibuatnya. Mungkin itu kali pertama aku senyum dalam tiga hari terakhir ini.

"Terimakasih, Jun. Kau juga sangat tampan." Balasku.

Tanpa kami rencanakan, rupanya pakaian kami cukup serasi. Aku mengenakan tank top putih bermotif bunga yang dilapisi dengan oversized cardigan berwarna peach dan juga celana jeans pendek. Sedangkan Jun mengenakan kaos putih polos dengan luaran kemeja yang juga berwarna peach yang digulung sampai siku dan juga ripped jeans untuk bawahannya.

"Ready?" Tanya Jun setelah aku mengenakan sabuk pengaman.

"Yup"

Mobil pun mulai berjalan meninggalkan kediaman kami.

***

Setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih 30 menit, mobil pun berhenti. Aku sudah bisa melihat pemandangan yang sangat indah dari dalam sini.

"Ayo, Jun!" Ucapku bersemangat dan langsung keluar dari mobil. Aroma daun segar dari rumput hijau cantik yang terbentang luas dihadapanku memasuki indera penciumanku. Aku berjalan cepat menuruni bukit yang landai dan menangkap beberapa kelopak bunga yang berjatuhan dari pohonnya.

"Haduuh, main pergi saja. Berat tau!" Ucap Jun dari belakangku. Aku pun menoleh dan mendapatkannya sudah membawa keranjang piknik berukuran besar.

"What?? Kau taruh dimana keranjang itu? Kapan kau mempersiapkannya?" Tanyaku.

"Saat kau mandi aku mempersiapkannya dan menaruhnya di bagasi." Balasnya. Aku pun segera mencoba untuk membantunya.

"Hey! Tidak usah hahaha. Aku hanya bercanda, ini tidak berat." Ujarnya.

"Baiklah. Mau dimana kita pikniknya?"

"Bagaimana kalau dibawah pohon itu." Usul Jun sambil menunjuk ke arah pohon rindang berwarna merah muda yang amat cantik.

"Wahh, ayo!" Balasku yang kemudian menariknya.

Setelah akhirnya sampai di titik yang dimaksud sebelumnya, aku pun membantu Jun menata makanan yang ia bawa di atas kain piknik.

"Selesai!" Ucap Jun. Kami pun duduk bersama dan mulai menyantap makanan ringan yang berada di hadapan kami.

Setelah selesai makan, Jun menarikku untuk bersandar di pohon bersamanya.

"Yaa, ini kencan yang sederhana. Tapi apa kau suka?" Tanya Jun. Aku mengangguk cepat sambil tersenyum sebagai balasan.

"Senang melihatmu tersenyum kembali seperti ini." Ujarnya. Dan itu malah membuatku kembali memikirkan hal-hal yang mengusik pikiranku belakangan ini. Senyumku luntur seketika.

"Hey, what's wrong?" Tanyanya melihat perubahan ekspresiku. Aku tidak menjawab. Jun kemudian mengarahkan tubuhku untuk menghadapnya dan menyelipkan beberapa helai rambutku ke belakang daun telingaku.

"Look at me." Perintahnya lembut sembari menaikkan daguku dengan jarinya untuk menatapnya.

"Ada yang mengganggu pikiranmu belakangan ini, hm?"

Aku masih tidak menjawab pertanyaannya.

"It's okay. Ceritalah padaku. Aku akan mendengarkanmu." Ujarnya yang kemudian menggenggam kedua tanganku. Aku menghela napasku.

"Jun" Panggilku.

"Yaa?"

"A-apa kau.."

"Aku kenapa?" Tanyanya dengan nada yang semakin lembut.

"Apa kau berselingkuh?" Aku menutup mataku erat setelah menanyakan hal tersebut, takut melihat reaksinya yang mungkin kesal dengan pertanyaanku seolah aku tidak mempercayainya. Namun setelah beberapa detik tidak ada jawaban, aku kembali membuka mataku dan mendapatkannya sudah tersenyum kepadaku.

"Kau pikir aku bisa melihat wanita lain jika wanitaku sudah sesempurna ini?" Ujarnya. Aku hanya bergidik. Salahsatu tangannya melepas genggamannya pada tanganku dan beralih ke pipiku, mengelusnya dengan penuh kasih sayang.

"Lagipula apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Entahlah, Jun. Aku hanya.." Tak kurasa air mata mulai membasahi pipiku. Aku merasa begitu bersalah telah meragukannya.

"Shhh, come here." Ia membawaku ke dalam pelukannya dan mencoba menenangkanku sambil sesekali mengusap kepalaku.

"Seseorang mengatakannya padaku, Jun. Aku hanya takut perkataannya itu benar. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud meragukanmu." Isakku di dalam pelukannya.

"It's okay. Wajar kau takut kalau begitu." Balasnya. Ia pun melepas pelukannya untuk menghapus air mataku dan mendaratkan kecupan di pipiku.

"Siapa yang mengatakan itu?"

"Kim Soora."

"Hhh, perempuan itu tidak ada lelahnya. Hey, I love you, okay? Jangan biarkan siapapun merusak hubungan kita. Kau tidak perlu khawatir. Perkataannya tidak benar." Jelas Jun.

"Senyum dong." Pintanya. Aku pun tersenyum padanya meskipun sulit karena habis menangis.

"Nah, gini kan cantik." Ujarnya.

"Thanks, Jun. Aku sudah bisa berpikir jernih sekarang." Ucapku. Kami pun kembali menikmati waktu bersama kami dan memulai perbincangan lain.

"Ah!" Pekikku.

"Kenapa?? Ada apa??" Tanya Jun khawatir.

"JUN! Dia menendang!" Balasku girang.

"Benarkah?? Uuu sayangnya appa sudah tidak sabar melihat dunia ya? Sabar ya, sayang. Sebentar lagii." Ujar Jun di dekat perutku sambil mengelusnya.

Hari ini akhirnya pikiranku pun terasa lega. Aku pun tau bahwa Jun tidak akan pernah melakukan hal seperti itu kepadaku. Ia pria yang baik, itulah mengapa aku sangat mencintainya.


Spring 2.0 • Junhui ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang