21

626 83 0
                                    

Bulan November telah menyambut. Cuaca yang semakin dingin ini sepertinya tidak menghentikan pria tampan itu untuk menghabiskan minggu paginya di balkon kamar dengan hanya mengenakan kaos berlapiskan jubah tidurnya. Dirinya terlihat begitu tenang dengan buku di genggamannya serta angin dingin yang sesekali menerpa wajahnya.

"Selamat pagi, Jun." Sapaku sambil membawakan dua cangkir kopi panas di tanganku.

"Oh! sudah bangun rupanya." Ujar Jun yang langsung menutup bukunya dan melepaskan kacamata yang sedaritadi ia kenakan. Aku menaruh kedua cangkir tersebut di atas meja yang berada di depan Jun dan menempati ruang kosong di sebelahnya.

"Thankyou" Ucapnya sambil tersenyum lembut kemudian merangkulku dan menarik tubuhku untuk lebih dekat dengannya.

"Memangnya tidak dingin Jun?" Tanyaku.

"Sudah lebih hangat karena ada kamu" Balasnya. Aku pun memukul dadanya ringan.

"Kau kedinginan? mau masuk saja?" Tanya jun yang sudah menggenggam tanganku dan siap untuk beranjak.

"Nope. Sepertinya tidak terlalu buruk disini." Balasku yang memang menikmati pemandangan daun berwarna kejinggaan yang berguguran dari pohonnya.

Kami pun menghabiskan waktu bersama sambil sesekali menyeruput kopi buatanku.

"Kupikir kau hanya menyukai musim semi, tapi sedaritadi sepertinya kau sangat menikmati pemandangan musim gugur ini sampai-sampai tidak fokus dengan pria yang berada di sebelahmu." Ucap Jun. Aku pun menyadari bahwa sedaritadi aku sulit fokus mendengarkan cerita Jun karena pemandangan indah di depan mataku ini.

"Hehe, maaf Jun. Semi memang musim kesukaanku, tapi musim musim lain juga punya karakteristik mereka sendiri yang membuat masing-masing dari mereka sangat unik dan indah." Jelasku.

"Hmm. Kau memang pintar berkata-kata." Ucap Jun sambil mencubit pipiku.

***

Hari minggu ini aku memutuskan untuk merapikan ruanganku yang sudah mulai berantakan akibat pekerjaanku yang membuatku pusing akhir-akhir ini.

Aku pun memulai dari meja kerjaku yang selalu aku tempati setiap harinya. Terlihat disitu setumpuk berkas yang berantakan, serta rancangan-rancanganku yang gagal dan semestinya sudah berada di dalam tempat sampah saat ini.

Aku mulai membuang satu per satu berkas-berkas yang sudah tidak dibutuhkan lagi dan merapikan alat-alat tulis dan menggambarku. Setelah dari mejaku, aku berlanjut kepada sudut-sudut lain dalam ruanganku. Seperti ruang baju-bajuku, kamar mandi, dan ruang tv kecil yang biasanya kutempati untuk beristirahat sejenak dari pekerjaanku. Hingga aku sampai di depan pintu ruangan kecil yang kuingat adalah tempat penyimpanan koleksi-koleksi dan barang-barang lamaku yang sangat jarang bahkan hampir tidak pernah ku kunjungi.

Dengan perlahan, aku membuka pintu tersebut hingga tercium aroma debu dari dalamnya yang membuatku terbatuk beberapa kali. Aku menyalakan lampu ruangan tersebut dan menemukan begitu banyak kotak yang masih tertata rapi di rak-rak kayu. Aku menghampiri kotak-kotak tersebut dan menemukan koleksi-koleksi mainanku saat aku masih kecil. Disana juga ada koleksi album boyband kesukaanku saat aku remaja, dan juga koleksi novelku. Langkahku terhenti saat aku menemukan sebuah peti yang cukup besar, yang berbeda dengan kotak lainnya yang berada di ruangan itu.

Aku pun membukanya dan mendapatkan dua kotak di dalamnya yang masih sangat bersih. Yang satu bertuliskan 'Junhui' dan yang satunya bertuliskan 'memory'. Tentu saja aku ingat kotak kenangan yang berisikan semua barang pemberian Jun yang kusimpan disitu sejak aku masih SMA, seperti bagian luar bungkus cokelat yang pernah Jun berikan kepadaku ketika ia mendapatkan nilai bagus, teddy bear yang kuberi nama Bomi, dan masih banyak lagi. Aku ingat sengaja melakukannya supaya barang-barang berharga itu tidak hilang dan tetap terjaga di dalam kotak itu, namun kotak bertuliskan 'memory' ini, aku tidak ingat pernah memilikinya.

Spring 2.0 • Junhui ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang