Author's POV*Flashback 1 minggu sebelumnya*
Hari itu, seusai dimakamkannya sang istri, Jun mengunjungi kantor polisi.
"Ini beberapa barang yang kami temukan di mobil itu." Ujar polisi sambil menyodorkan tas milik istrinya. Jun tidak memberikan respon apapun. Ia hanya mematung sambil terus menatap tas tersebut.
"Oh, ya. Ada satu hal lagi yang kami temukan." Lanjut polisi tersebut yang kemudian mengambil secarik kertas yang sudah berkerut-kerut dari lacinya kemudian memberikannya kepada Jun. Tidak merespon lagi, Jun malah meneteskan air matanya dan menangis di depan polisi itu.
Rupanya kertas itu bertuliskan 'Struk pembayaran kue ulangtahun'. Satu hal yang berarti, istrinya itu kecelakaan dalam perjalanan pulang setelah membelikan kue ulangtahun untuk Jun.
Jun semakin merasa bersalah, ia merasa ialah yang telah membunuh istrinya. Pikirnya kalau saja hari itu dia datang lebih awal, mungkin istrinya tidak akan pergi untuk membeli kue.
"Mobil milik anda sudah kami bawa kemari, ambilah. Kami akan berusaha untuk menemukan pelaku yang tidak bertanggungjawab itu." Ucap polisi kemudian menepuk pundak Jun
*Flashback off*
***
Sejak kepergian istrinya, Jun samasekali belum pulang ke rumahnya. Bahkan ia belum pernah melihat anaknya yang dititipkannya pada Chan. Selama ini ia tidur di mobilnya yang sudah ia parkirkan selama beberapa hari di dekat sungai Han. Ia baru mengganti pakaiannya tiga kali dalam satu minggu itu dengan apapun yang ia miliki di mobilnya. Ia tampak kacau, tubuhnya pun kerap mengurus seiring bertambahnya hari. Sekolah yang ia bangun sejak awal tidak diurusnya lagi selama seminggu ini. Dompetnya ada bersamanya, namun pikirnya bagaimana ia bisa makan dengan enak kalau istrinya sudah tidak lagi ada di sisinya.
Saat ini Jun tengah terduduk di kursi pengemudi pada mobilnya. Sudut matanya menangkap tas milik istrinya di kursi penumpang yang diberikan oleh polisi seminggu yang lalu. Ia belum pernah membukanya dan memastikan apa istrinya itu meninggalkan sesuatu didalamnya, namun kali ini ia akan melakukannya. Ia pun mengambilnya dan membukanya dengan perlahan. Dan benar saja, ia menemukan sebuah amplop dengan tulisan 'Selamat Ulangtahun, Jun' di atasnya. Ia pun membukanya dengan cepat dan mulai membaca isinya.
'Selamat ulangtahun, Jun!
Hari ini umurmu bertambah, namun juga berkurang, hehehe. Maaf, aku tidak pandai menulis surat seperti ini.
Intinya, di hari spesialmu ini aku ingin kau bersenang-senang, lupakanlah yang telah berlalu. Aku tau pikiranmu mungkin terasa berat belakangan ini, oleh karena itu aku ingin kau tersenyum hari ini.
Harapanku hanya satu untukmu. Semoga kau akan terus bahagia, Jun. Karena kebahagiaanmu adalah segalanya untukku. I love you.
Sekali lagi, Happy birthday!'
"Bagaimana bisa aku bahagia tanpamu, sayang?" Air mata Jun mengalir deras membasahi pipinya seusai membaca surat tersebut, memikirkan bagaimana istrinya itu masih sangat memperhatikan dan mencintainya bahkan setelah Jun menyakiti hatinya.
"Kau bisa saja mengucapkannya langsung padaku kalau seandainya tidak terjadi sesuatu padamu hari itu, sayang. Tapi kau memutuskan untuk menulisnya seolah kau tau kau akan pergi meninggalkanku untuk selamanya." Lirih Jun.
"I love you too, sweetie. Always." Ia pun mencium kertas itu kemudian melipatnya dengan rapi dan memasukkannya kembali ke dalam amplopnya. Ia akan menyimpan surat itu sebagai kenang-kenangan untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring 2.0 • Junhui ✔
Fanfiction"Namanya Wen Bomi" (kelanjutan dari cerita Spring , disarankan untuk membaca cerita pertama terlebih dahulu)