Sebelumnya.Akhirnya kami semua pun selesai makan. Aku memutuskan untuk kembali beristirahat di samping Jun karena aku merasa sangat lelah. Namun tiba-tiba suara ketukan pintu membuat semuanya menoleh.
***
"Bos!" Pekik seorang wanita yang tidak lain lagi adalah Yina sambil memasuki ruang rawat inap Jun.
"Bos tidak apa kan? bos baik-baik saja?" Tanya nya ketika sudah sampai di tepi ranjang milik Jun kemudian menyentuh luka-luka yang ada di wajah Jun dan mengelus pipinya. Aku yang sedang duduk di sebelah Jun pun akhirnya terdorong-dorong oleh tubuhnya yang dengan bodohnya tidak memilih sisi satunya yang kosong.
"Ekhm. Bisa tidak usah sentuh-sentuh? Luka bosmu itu mungkin masih sakit." Ujarku sedikit ketus pada Yina dan menekankan kata 'bosmu'. Ia pun langsung menjauhkan tangannya dari wajah Jun dan melangkah mundur, seperti sadar akan apa yang baru saja ia lakukan pada bosnya. Ya, menyentuh apalagi mengelus wajah atasan sendiri itu terlihat kurang baik, apalagi jika melakukannya di depan istrinya. Seungkwan saja mungkin tidak akan berani menyentuh wajahku seperti itu.
"Santai saja Yina, saya baik-baik saja." Ujar Jun.
"M-maaf saya sudah lancang." Balas Yina sambil membungkukan badannya.
"Terimakasih sudah mengkhawatirkan saya" Ucap Jun lagi. Yina pun mengangguk dan segera berjalan menuju sofa tempat Seungkwan dan Chan duduk saat ini. Dan entah mengapa keduanya tertawa tanpa suara sambil menunjuk-nunjuk ke arahku. Aku pun mengabaikan mereka dan mengembalikan perhatianku pada Jun. Namun ternyata sama saja, Jun juga terlihat seperti menahan tawanya.
"Ada apa sih?" Tanyaku yang bingung dengan aktivitas yang dilakukan ketiga pria di ruangan ini. Ketiganya menggeleng cepat bersamaan.
"Umm.. sepertinya saya harus permisi, saya hanya ingin memastikan keadaan bos saja. Semoga lekas sembuh, bos." Ucap Yina yang langsung berdiri lagi dari duduknya kemudian membungkukan badannya.
"Terimakasih" Balas Jun. Yina pun meninggalkan ruangan.
"HAHAHAHAHAHAHA" Sedetik kemudian ketawa ketiga pria itu pecah begitu saja mengisi seluruh penjuru ruangan.
"Hmm, sepertinya ada yang tidak suka suaminya disentuh-sentuh oleh perempuan lain." Ucap Seungkwan.
"Ekhm. Bisa tidak usah sentuh-sentuh?! Luka bosmu itu masih sakit!" Ujar Chan meniru perkataanku beberapa waktu lalu dengan memasang ekspresi marah, kesal, dingin, jutek, dan percampuran ekspresi lain sejenisnya.
"Wajahku tidak seperti itu tadi!" Ucapku kesal.
"Jujur, wajahmu persis seperti itu tadi. Kau harus mengatakannya lagi sambil bercermin." Sahut Jun yang membuat mereka kembali tertawa.
"Ya! Habisnya main elus-elus saja! istri bosnya sendiri disenggol-senggol pula. Menyebalkan!" Ujarku semakin kesal. Jun yang masih tertawa pun mencubit pipiku.
"Aduhh, lucu banget sih!" Ucap Jun.
"Ah, sudahlah! Aku mau tidur." Aku pun membenamkan kepalaku di sisi ranjang Jun. Tak lama kemudian, kurasakan tangan Jun mengelus kepalaku dengan lembut.
"Mentang-mentang lagi mengandung, jadi sering cemburuan nih istrinya Jun." Ujarnya. Aku semakin membenamkan kepalaku menahan senyum.
***
"Good morning." Ucap seorang pria tampan yang berada di hadapanku saat aku membuka mata.
"Jun? Sudah pagi?? Pukul berapa ini??" Tanyaku.
"Sudah pukul sebelas."
"WHAT!?"
"Kau tertidur pukul delapan malam, berarti kau sudah tertidur selama 15 jam." Ujar Jun.
"Maaf Jun"
"Hey, it's okay. Kau pasti sangat lelah. Apa tidak pegal tertidur selama itu dalam posisi duduk seperti itu?" Tanya Jun.
"Pegal sih sedikit di bagian pinggang." Balasku. Aku pun segera berdiri dan merenggangkan otot-ototku.
"Seungkwan dan Chan dimana?" Tanyaku.
"Sedang membeli makan siang" Balas Jun.
"Tadi dokter kemari, katanya besok aku sudah boleh pulang" Lanjutnya.
"Benarkah?? That's great. Oh ya, obatmu sudah di oleskan?"
"Oiya, belum." Balasnya. Aku pun segera mengambil obat oles untuk luka-luka pada tubuh Jun. Aku pun mulai mengoleskannya hingga sampai di luka paling parah yaitu luka jahitannya.
"Sshh" Ringisnya kesakitan.
"It's fine, tenang yaa. Memang nyeri awalnya, tapi nanti kau pasti merasa lebih baik."
"Nah, sudah!" Ujarku.
"Thankyouu"
Aku pun tersenyum padanya.
"Babe" Panggilnya.
"hm?"
"Aku benar-benar minta maaf soal kemarin. Aku janji lainkali aku yang akan melindungimu. I'm sorry okay?" Jun kemudian menggenggam tanganku.
"Jun, sudahlah. Yang terpenting kita baik-baik saja sekarang."
"I just don't want to see you get hurt." Ia pun mencium punggung tanganku.
"So do i, Jun. Itulah mengapa aku tidak diam saja di dalam."
"I love you."
"I love you too."
"Hmm, kita pergi kalian mesra-mesraan rupanya." Ujar Seungkwan yang bersandar di ambang pintu sambil membawa beberapa kantong makanan dengan Chan di sebelahnya.
"Ah ganggu saja" Ucap Jun. Aku pun terkekeh.
Kami pun menikmati makanan yang Seungkwan dan Chan beli bersama-sama.
***
*keesokan harinya
Aku membantu Jun berjalan memasuki rumah karena kakinya masih sakit akibat jahitan.
"Ahh, senangnya bisa kembali." Ujar Jun setelah aku menempatkannya di sofa ruang tengah.
"Meskipun sudah pulang, kau masih harus ku rawat beberapa hari ke depan sampai luka-luka mu itu tidak sakit lagi, mengerti?"
"Iyaa, Ibu negara. Mengerti." Lanturnya.
Tak lama kemudian, datanglah ketiga penjaga pagar rumahku ke hadapan kami. Ketiganya bersimpuh di lantai.
"Maafkan kami bos!" Ucap ketiganya.
"Kami tidak akan lalai lagi dalam bertugas, kami akan bersungguh-sungguh. Kami benar-benar minta maaf. Jangan pecat kami, bos." Ucap salahsatu dari mereka.
"Tidak masalah. Saya juga minta maaf sudah membentak kalian, saya emosi saat itu. Saya tidak akan memecat kalian asal kalian janji untuk tidak mengulanginya lagi. Kalau mau cari makan silahkan saja, tapi cukup salahsatu saja dan jangan lupa bilang terlebih dahulu sama saya." Balasku.
"T-terimakasih bos! Kami janji tidak akan mengulanginya lagi!"
"Yasudah, kembali bekerja."
Ketiganya pun berlalu.
"Ada apa ini?" Tanya Jun kebingungan.
"Wah bang, kau harus menyaksikan istrimu itu marah-marah pada mereka. Aku saja sampai takut, aku belum pernah melihatnya begitu." Ujar Seungkwan.
"Benarkah??"
"Benar loh, Hyung. Aku juga sampai mau keluar dari mobil tapi sudah keburu jalan." Sahut Chan.
"Yasudah, nanti kita rekayasa ulang adegannya." Ucap Jun.
"Hey! Memangnya film!?" Ketusku. Mereka ini selalu saja menggodaku. Tapi aku justru menyukainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring 2.0 • Junhui ✔
Fanfic"Namanya Wen Bomi" (kelanjutan dari cerita Spring , disarankan untuk membaca cerita pertama terlebih dahulu)