•(COMPLETED)•
Demi menyelamatkan nama baik, harga diri, martabat serta aib keluarga, Wiratama Ayah dari Alana terpaksa menikahkan Alana (Ranty Maria) dgn seorang anak Panglima, pernikahan yg tidak didasari oleh Cinta, Pernikahan diatas kertas sebaga...
"Meskipun harus jatuh bangun, akan tetap aku perjuangkan"
***
Setelah menyelami alam mimpi dan merasakan kehangatan ketika terjaga semalaman, akhirnya Alana membuka matanya perlahan kala merasa tubuhnya terhimpit oleh batu karang. rupanya, bukanlah batu karang, melainkan tangan kekar seseorang yang sedang memeluknya secara posesif, Alana menggeser posisi tidurnya memberi jarak agar tidak begitu dekat dengan wajah Pria yang semalaman memeluknya itu, sungguh jantung Alana sangat berdebat cepat. Sementara menyadari gerak-gerik Alana, Mahendra pun tersenyum tipis meskipun matanya terpejam.
"Good Morning" sapa Mahendra dengan mata yang masih terpejam namun kedua sudut bibirnya tertarik menyunggingkan senyuman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mahendra..." Gumam Alana lirih.
"Hmm? Aku masih ngantuk, bangunkan aku 10 menit lagi ya sayang" gumam Mahendra tanpa melepaskan belitan tangan nya yang melingkar dipinggang Alana.
Alana menatap nanar kearah Mahendra yang masih betah menutup matanya, hatinya jadi terenyuh ketika tanpa sadar Mahendra masih mengingat masa-masa dahulu ketika mereka masih menjalin hubungan. Selalu meminta waktu 10 menit sebelum akhirnya benar-benar dibangunkan. Benar-benar tidak pernah berubah, sama seperti rasa cinta diantara keduanya yang tak pernah berubah.
Dan semalam, tidur Mahendra pun sangat pulas. Tidak seperti malam-malam sebelumnya dimana Ia selalu dihantui oleh mimpi buruk dan bahkan kesulitan untuk bisa terlelap, sehingga Ia membutuhkan bantuan obat ataupun minuman keras agar sejenak bisa melupakan luka batin nya, tetapi ketika Alana kembali ada disisinya. Mahendra tidak butuh semua itu, Mahendra menyadari jika Obat yang Ia butuhkan hanyalah Alana, Mahendra hanya butuh Alana tetap berada disampingnya, mendadak penyakit insomnia yang selama ini Ia derita sembuh hanya dengan kehadiran Alana yang seakan kembali mengisi hari-hari nya.
"Mahendra bisa kamu lepasin tangan kamu?" Tanya Alana sambil berusaha menyingkirkan tangan Alana.
"Emangnya mau kemana sih?"
"Aku mau ke toilet"
"Mau aku temenin?" Goda Mahendra yang langsung mendapat cubitan kecil dipunggung tangan nya, Mahendra meringis sakit lalu langsung membuka matanya.
"Sakit tauk"
"Ya abis kamu nggak mau ngelepasin tangan kamu, aku tuh sesek nafas tahu nggak. Posesif banget" gerutu Alana. "Lagian kamu ngapain? Kenapa harus tidur disini? Modus dasar!" Ucap Alana sambil terduduk disofa itu lalu melipat tangan di dada.
Mahendra terkikik geli, kenapa Alana selalu menggemaskan?
Mahendra pun membangunkan dirinya dan Ia mengusap pucuk kepala Alana
"Yaudah maaf" ucapnya dengan senyuman.
Alana! Nggak boleh baper! Inget! Udah ada Mas Damar. Alana hanya mampu menahan dentuman dalam dadanya yang seperti dialiri sengatan listrik.