Bab 11 (Tak Semudah itu)

1.1K 88 19
                                    

"Yang salah dari kenangan itu adalah keindahannya"

***

Setelah sekian lama akhirnya kedua sorot mata yang sama tajamnya itu saling melontar tatapan peperangan. Bagaimana tidak? Keduanya sama-sama memiliki pesona masing-masing, sama-sama mencintai  dan memperjuangkan gadis yang sama. Mata Damar mendelik tajam, sementara mata Mahendra terlihat dalam dan menusuk.

 Mata Damar mendelik tajam, sementara mata Mahendra terlihat dalam dan menusuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi Anda yang bernama Mahendra" gumam Damar dengan tatapan sinisnya.

"Senang berjumpa dengan anda Pak Damar, kebetulan sekali kita bertemu hari ini" Mahendra berkata dengan tatapan angkuhnya.

"Bisa tolong Anda minggir, saya mau masuk untuk menemui anak dan istri saya"

Mahendra tersenyum picik.

"Ada suatu hal penting yang harus kita bicarakan, mungkin kita bisa pergi ke kantin sambil meminum kopi" ucap Mahendra terdengar santai.

Damar terdiam sejenak, tadinya Ia tidak punya waktu untuk berbincang dengan Mahendra karena Ia sendiri ingin sekali menemui Alendra, namun sepertinya ada pembahasan serius yang ingin diulas oleh Pria bertubuh jangkung yang kini tengah berhadapan dengan nya.

"Baiklah"

Sebuah senyuman tersungging tipis disudut bibir Mahendra.

Mahendra dan Damar pun menuju sebuah kantin terdekat yang ada di rumah sakit itu, memesan 2 gelas kopi yang menemani waktu pagi mereka untuk mengobrol.

"Alana banyak cerita tentang Anda kepada saya" gumam Mahendra setelah menyeruput Kopi hitamnya.

"Benarkah?" Tanya Damar sambil tersenyum simpul

Sebuah anggukan menjadi jawaban tanda mengiyakan dari Mahendra.

"Sebelumnya saya berterima kasih karena anda sudah bersedia menjadi Ayah untuk Alendra" ucap Mahendra terdengar tulus.

"Sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang suami" jawab Damar datar.

Mahendra tersenyum kecut sambil meletakan gelasnya dimeja

"Suami seperti apa yang anda maksud?" Tanya Mahendra.

Damar menatap tajam kearah Mahendra, suasana yang semula tenang menjadi tegang lantaran pertanyaan Mahendra sedikit menyinggung perasaan Damar.

"Apa maksud dari pertanyaan Anda?" Damar mulai naik pitam.

"Sudahlah, tidak perlu ada lagi yang ditutupi. Saya sudah mendengar semuanya dari Alana, Pernikahan yang kalian jalani hanyalah pernikahan diatas kertas, untuk formalitas saja kan? Jadi saya harap Anda bersedia melepaskan Alana untuk kembali kepada Saya"

Kali ini Damar tertawa melecehkan
"Pak Mahendra, Anda punya banyak uang bukan? Pasti bukanlah hal yang sulit untuk Anda mendapatkan seorang pendamping tanpa harus mengemis ataupun memohon Cinta dari istri orang"

One Night Stand IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang