Bab 15 (Mencoba Mengikhlaskan)

1K 76 15
                                    

***

Sidang perceraian antara Damar dan Alana tengah selesai digelar setelah melalui 2 bulan yang penuh dengan ketegangan, kesedihan, keharuan dan kerelaan dalam melepaskan.

Pada hari ini, Damar dan Alana resmi bercerai. Keduanya bersalaman saat keluar dari proses persidangan dan kedua pihak keluarga sudah tidak bisa mencegah keputusan putra putri mereka, biar bagaimanapun juga suatu hubungan adalah sebuah kebahagiaan yang harusnya terjalin, bukan sebuah keterpaksaan dan perang batin. Sebenarnya bukan tidak mungkin hati Alana bisa berubah dalam 5 tahun ini bila saja Damar lebih berusaha dan mereka lebih banyak berbagi cerita serta menghabiskan waktu bersama, sayangnya 5 tahun itu diisi oleh kepalsuan dan kehampaan dari kedua belah pihak. Kini keputusan sudah final, setelah kembali dari Jakarta, Damar dan Alana mulai sibuk mengurus surat-surat gugatan cerai, setelah 1 bulan lebih menjalani proses dipengadilan negeri, akhirnya final dihari ini mereka bercerai.

Damar mengantarkan Alana pulang dan bertemu dengan Alendra, sebagai kenang-kenangan Damar membelikan sebuah Jaket tentara untuk Alendra. Namun Ia berpamitan terlebih dahulu kepada Mayor Jendral Wiratama dan Istrinya.

"Terimakasih atas waktu dan kepercayaan nya kepada saya, Saya beruntung sempat berada diantara keluarga Jendral, tapi mungkin kesempatan yang diberikan Tuhan untuk saya hanya sampai disini saja, saya harap kita masih tetap bisa menjalin tali silaturahmi dengan baik, karena kita mengawalinya dengan baik pula"

Wiratama menepuk pundak Damar lalu memeluknya.

"Saya yang harusnya berterimakasih nak Damar, Saya juga minta maaf karena keegoisan saya kamu harus terlibat dalam konflik ini dan secara tidak langsung membuat kamu menderita"

"Tidak ada yang salah, perlakuan Alana terhadap saya selama ini cukup baik dan keluarga Anda menerima saya dengan baik, semua sudah terjadi dan mungkin saya dan Alana memang hanya berjodoh sampai sekarang. Lagipula saya yakin, Ayah Kandungnya Alendra pasti bisa membahagiakan Alana, saya lihat Dia sangat mencintai Alana. Saya harap Bapak mau memaafkan kekhilafan nya"

"Kamu memang benar-benar luar biasa nak Damar, seandainya saja kamu bisa menjadi menantu saya selamanya"

"Terimakasih atas pujian nya Jendral, kalau begitu saya mohon pamit"

"Hati-hati nak, Bunda juga mau mengucapkan banyak terimakasih, Bunda harap kamu juga segera mendapatkan pengganti Alana, kamu Pria yang baik, pasti akan mendapatkan gadis yang baik pula"

"Aamiin, terimakasih banyak Bunda, yaa sepertinya Saya terlambat menyadari, Saya memang sudah menemukan pengganti Alana, Saya akan belajar mencintai nya seperti Saya mencintai Alana"

"Kejarlah Dia nak, kamu pantas bahagia"

Damar mengangguk, sebelum pergi Ia bersalaman kepada kedua mantan Ayah dan Ibu mertuanya.

Kini Damar keluar rumah membawa jaket untuk Alendra. Ia menghampiri Alendra dan Bundanya yang sedang melamun sambil menatap taman dihalaman depan rumah mereka yang megah.

Damar berdiri di depan Alendra, kemudian berlutut agar bisa mensejajarkan posisinya dengan anak laki-laki itu.

"Ayah minta maaf sama Alendra ya, Ayah harus pergi jauh dan mungkin Ayah akan sangat jarang menemui kamu sama Bunda"

"Ayah mau pergi kemana?" Bibir Alendra bergetar karena anak itu berusaha menahan tangisan.

Hati Damar terluka, ketika Ia harus berpisah dengan Anak yang sudah Ia anggap seperti putra kandungnya.

"Ayah harus pergi sekarang, tugas Ayah sudah selesai. Tapi Ayah janji akan sering mengunjungi kamu"

"Kalo ayah Pelgi gimana sama Alendla? Ayah tega ninggalin Alendla hiks hiks hiks"

One Night Stand IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang