Bab 29 (Memulai kehidupan Baru)

1.8K 98 20
                                    

***

Setelah menyelesaikan ritual mandi bersama, Alana dan Mahendra bersiap untuk segera kembali ke Villa. Jika saja belum memiliki Alendra, mungkin saja Pengantin baru itu ingin berlama-lama menghabiskan waktu berdua. Tetapi keadaan sudah berbeda, ada rasa tidak tenang jika meninggalkan si buah hati berlama-lama.

Sayangnya, tidak ada kendaraan yang bisa membawa mereka menyebrangi pulau. Nakhoda kapal kecil itu belum juga kembali untuk menjemputnya. Mungkin, karena Mahendra bilang akan kembali ke Villa sore hari menjelang mentari terbenam, meskipun sudah gelisah, Alana tidak bisa berbuat apa-apa ponsel keduanya sama-sama tidak ada sinyal, sehingga menyulitkan mereka untuk meminta bantuan, akhirnya Alana dan Mahendra memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk jalan-jalan saja di pantai. Dengan pakaian serba putih Alana dan Mahendra bermain-main dibibir pantai, duduk memandang luasnya lautan sambil menanti ombak datang. Kadang mereka berlari-larian kecil sambil saling menyiprati air, kadang Mahendra mengangkat tubuh Alana dan memutarnya, bergumul diatas pasir, berciuman dan saling melontarkan tatapan sayang.

Alana bermain main diatas pasir, sementara Suaminya berjalan ke tengah lautan, Alana mengabaikan saja, Ia malah mengambil ranting dan menuliskan namanya dengan nama Mahendra, tersenyum kecil Alana membuat bentuk hati sebagai tanda jika Ia begitu mencintai Mahendra. Namun, setelah itu Alana melihat lagi kearah pantai dan Mahendra tidak ada, hingga membuat Alana merasa khawatir. Padahal, Ia sendiri takut untuk berjalan ketengah-tengah laut. Tapi lama kelamaan, sosok Mahendra semakin menjauh dari pandangan nya, jantungnya berdegup kencang, bayangan tentang kejadian masa lampau terhiang dikepalanya ketika dulu Alana masih kecil teringat akan kejadian dimana sepupunya terseret ombak dan tenggelam, hingga nyawanya tidak tertolong lagi ketika sudah kehabisan nafas. Menutup kupingnya Alana menggeleng pelan, Ia pun memberanikan diri menyusuli Mahendra, beberapa kali Alana memanggil nama suaminya itu tetapi tidak ada jawaban, jangan bilang kalau Mahendra mati tenggelam. Ini konyol, itu tidak mungkin. Alana segera mengenyahkan pikiran buruk itu dari otaknya.

"Mahendra!" Nafas Alana semakin memburu kala Ia tidak mendapat jawaban, Alana semakin berjalan lagi hingga kedalaman air sudah mencapai dadanya.

"Mahendra don't joke with me!" Teriak Alana, sudut matanya mulai basah ditutupi kabur kecemasan.

"Mahendra Kamu dimana?"

"Darrrr!" Dan tanpa di duga Mahendra muncul di permukaan tepat dihadapan Alana, sambil tertawa. Alana mengepalkan tangan, dasar sinting! Instrinya ketakutan setengah mati tapi si mesum ini malah ketawa kegirangan.

Mahendra berhenti tertawa, Ia menelan salivanya menyadari jika mata Alana memerah menandakan kemarahan.

"Sayang aku...." Mahendra berusaha membujuk Alana, Ia menangkup kedua pipi istrinya, tidak sadar jika Ia sudah berbuat kesalahan. "Aku nggak bermaksud untuk bikin kamu marah, ma... Maaf"

"Bodoh! Kamu bikin aku khawatir Mahendra! Aku pikir kamu itu mati tahu nggak? Kamu itu sengaja mau bikin aku cemas iya?" Ucap Alana sambil memukuli dada Mahendra dan menangis tiba-tiba.

Hati Mahendra terluka ketika melihat air mata Alana menetes membasahi pipinya.

"Sayang..." Mahendra mengangkat tangan hendak menghapus air mata Alana tetapi Alana keburu menepisnya.

Alana kembali memukuli dadanya dan Mahendra membiarkan nya. Tidak tahu lagi harus berbuat apa akhirnya Mahendra pun memaksa untuk mencium bibir Alana.

Pukulan itu masih mendarat didada Mahendra tapi Mahendra masih memegangi tengkuk Alana. Mahendra bisa merasakan tubuh Alana yang gemetar karena rasa takutnya, ciuman itu semakin dalam semakin lembut hingga membuat Alana menyerah pada akhirnya, Ia berhenti memukuli Mahendra dan kini kedua tangannya mencengkram kameja putih yang dipakai suaminya itu.

One Night Stand IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang