02. Pindahan

15.8K 1.9K 260
                                    

Diana mempercepat langkahnya. Takut kehujanan karena langitnya udah hitam banget.

Hari ini dia baru aja selesai ngajar — les —pulangnya agak lambat karena orang tua si anak yang dia ajar, entah ada angin apa mengajaknya untuk ngobrol dan ikut makan malam.

"Ada kerjaan lain selain ngajar disini, Mbak?" tanya ibu si anak yang Diana ajar. Panggil aja Bu Sola.

Diana tersenyum terus menggeleng kecil, "Masih nyari."

"Kenapa nggak jadi guru di sekolah aja? Kan, lulusan kuliah guru juga. Ngelamar di sekolah jadi guru honorer dulu baru nanti coba ikut tes CPNS." lanjutnya, "Nanti lebih terjamin gajinya."

Cewek itu kembali mengulum senyum. Nggak tahu deh. Diana itu lulusan mahasiswa pendidikan tapi masih ragu untuk beneran terjun jadi guru di sekolah.

Sebenarnya ini memang udah jadi problematika. Kalau ditanya, "Dulu kenapa nggak dipikirin mateng-mateng sebelum milih jurusan? Kalau gini, kan sia-sia."

Sesungguhnya wahai netijenz, hidup tuh nggak ada yang tahu. Dulu, Diana udah yakin waktu milih menjadi guru sebagai program studinya. Tapi entah kenapa, di tengah jalan dia merasakan kegalauan mahasiswa pada umumnya. Berupa,  "Belum apa-apa aja udah begini (gambaran jadi guru lewat tugas, observasi, micro teaching dan lain-lain) apakah gue mampu kalau udah terjun langsung?"

Akhirnya beneran yang sering diceritain kating kalau pas skripsi ngebet cepet lulus, pas lulus malah galau mau kerja gimana. Memang sifat manusyah.

Back to topic.

"Mbaknya mau jadi penulis, Ma."

Diana melotot ketika Jasper — nama anak yang dia ajar —menyahut terus nyengir.

"Wah, suka nulis apa nih?" sambung Ayahnya Jasper atau panggil aja Pak Jack.

"Hehehe, aduh itu apa ya..." Diana kesulitan cari jawaban karena Jasper tuh mulutnya emang rada ngeselin. Diana tahu Jasper sengaja cepuin dirinya karena tadi Diana ngomel karena si Jasper ini nggak bisa nyelesein satu soal Sosiologi. Anaknya minat di sains tapi lebih milih sosial. Tapi males hafalan.

Mau digaruk aja sama Diana. Gemes.

"Aku pernah lihat nih di laptopnya Mbak Diana kalau dia lagi nulis semacam novel. Ada adegan...."

"Jasper..." Diana mengelus kepala Jasper dengan pandangan mengintimidasi. Berusaha menghentikan segala omong kosong anak ini.

"Oh, suka nulis novel. Hebat banget! Saya punya banyak kenalan editor dan penerbit. Kalau kamu mau, kamu bisa kasih tahu saya." kata Pak Jack dengan senyum ramahnya.

Jasper yang duduk disebelah Diana langsung berbisik, "Tuh, enak, kan? Besok-besok kerjain PR ku ya, Mbak."

Diana nggak tahan untuk tidak menyubit paha Jasper di bawah meja.

"Ad—" Jasper hampir menjerit tapi ditahan karena Ayahnya nggak suka suara keributan pas lagi makan bersama.





🎨🎨🎨





Kembali lagi ke Diana yang sedang berjuang mencapai kos ketika langit mulai mendung.

Beneran. Hujan!

Aduh, mana nggak ada payung. Terpaksa dia harus lari. Sialnya Diana hari ini pakai sepatu putih dan baru dicuci.

Shit!

"Eh, hati-hati lo bawa gitar gue. Lecet dikit lo yang gue habisin!"

"Dave, itu yang didalam dipinggirin dulu."

"Apa?! Hujan, nih. Nggak denger!"

"Dipinggirin dulu! Ini mau naruh barang-barang!"

"Oke!"

Tiba-tiba langkahnya perlahan berhenti. Menikmati pemandangan cowok-cowok yang entah dari mana sedang basah-basahan dan bahu-membahu menurunkan barang dari mobil pick up.

Kayaknya baru pindahan. Pikirnya.

Soalnya dia belum pernah lihat mereka berkeliaran di sekitaran komplek ini sebelumnya. Dan lagi Diana paham betul kalau disini hampir semuanya adalah kos-kosan untuk perempuan.

Ngontrak deh kayaknya. Pikirnya lagi.

"DUARRRR!"

"ANJING, KAGET BANGET, BANGKE!"

Setelah suara gledek lewat, suasana kembali hening. Yang terdengar hanya suara hujan.

Diana membuka matanya. Kaget. Posisinya sekarang lagi jongkok dan menutup kedua telinganya dengan tangan.

Bukan. Bukan itu.

Mulutnya. ITU TADI DARI MULUTNYA.

Cowok-cowok itu sekarang sedang menatap Diana dengan seksama. Kayaknya mereka juga kaget.

Makin tolol ketika Diana mendekati mereka dan bertanya, "Mas, tahu doa habis dengar petir?"

?????



















Jasper Andara Winata(face claim : Jisung NCT)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jasper Andara Winata
(face claim : Jisung NCT)

"Anak didik Mbak Diana yang tidak nakal dan manis." — salam Jasper.

Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang