Jae mondar-mandir di ruang tamu sambil pegang HP.
"Kenapa, Bang?" tanya Dave yang baru bangun.
"Diana udah dua hari kok nggak bales chat gue ya? Nggak diread sama sekali."
Dave jalan ke teras, "Iya juga. Gue juga jarang lihat dia keluar sekarang. Biasanya sering bareng kalau mau buang sampah."
"Apa gue buat kesalahan ya?" kata Mas Bucin panik.
"Samperin. Bapak kosnya nggak segalak bapak kosnya cewek gue." kata Dave.
"Oke."
"Lagian tinggal lu ngesot juga udah nyampe kali, Bang." kata Dave geleng-geleng kepala, "Kenapa nggak dari kemarin lu samperin???"
Yang diajak ngomong udah ngilang.
🎨🎨🎨
Jae sekarang lagi berdiri di depan pagar kosannya Diana.
((yang tepat di depan kontrakannya))
"Mas Jae?" Eh, yang keluar bapak kosnya.
"Eh, selamat pagi, Pak." kata Jae sopan.
"Mau cari siapa?"
"Rub...eh, maksud saya Diana." kata Jae.
Tiba-tiba ada dua orang cewek turun dari atas, "Pak, Pak!"
"Kalian ngapain ini kok lari-lari?" tanya bapak kos.
"Itu, Pak... Kamar saya, kan sebelahan sama kamar Diana udah dua hari kamarnya kosong tapi laptop, lampu, kipas angin nyala."
Semua kaget.
"Dua hari yang lalu saya ingat banget Diana mau ngeprint. Tapi saya kira udah balik pas saya lihat di dalam kamar nggak ada orang."
"Mungkin masih diluar." kata bapak kos berusaha berpikir positif.
"Sudah dua hari, Pak. Nggak ada yang berubah. Sudah saya telepon tapi nggak diangkat. Tadi saya coba lagi malah nggak aktif."
Jae panik. Dia ngecek HP nya. Makin panik ketika pesan yang tadi udah centang dua mendadak jadi centang satu.
🎨🎨🎨
"Abis lo sama gue." gumam Jae di sepanjang perjalanan menuju suatu tempat. Nama-nama hewan di kebun binatang udah dikeluarin semua.
Jae yakin pasti cowok ini tahu dimana Diana sekarang.
"Dadah, Pak Ajun!"
Ajun melambai dengan senyum manisnya sampai ia melihat Jae berdiri di gerbang TK.
Seketika senyumnya luntur.
BUGH!
Ajun kaget karena Jae langsung memukulnya.
Mereka sudah tidak di TK lagi. Jadi Jae bisa melampiaskan kemarahannya yang sudah tertahan bahkan sejak mereka liburan beberapa hari yang lalu.
"Maju lo, bangsat!" kata Jae, "Gue udah sabar-sabarin tapi lo masih aja nyari gara-gara!"
Ajun mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Dia masih tenang.
"Dimana Diana?!" Jae maju dan menarik kerah kemeja Ajun.
Ajun menatap Jae dengan pandangan bingung, "Diana?"
"Nggak usah sok bego lo!" kata Jae, "Udah bego juga."
"Harusnya gue yang tanya ke lo. Gue nungguin Diana karena ada berkas gue yang dia bawa. Tapi udah dua hari dia nggak ngajar."
Jae menatap Ajun.
"Diana sama lo, kan? Iya, kan? Jawab!" kata Ajun dengan muka memerah.
Jae makin emosi, "Kok jadi lo yang marah sih?!"
"Gue udah berusaha hubungin dia tapi sama sekali nggak ada balasan." kata Ajun, "Gue kira dia begitu karena lo.... bangsat."
"Apa lo bilang?!" teriak Jae.
"Lo...." Ajun mengubah ekspresi wajahnya, "Bangsat."
Jae udah emosi banget. Dia mau mukul Ajun lagi tapi kali ini cowok itu berhasil menahan, "Lo pikirin aja betapa childish nya lo ngekang-ngekang Diana. Lo tuh nggak pantes dapetin cewek sebaik dia."
Jae berusaha melepaskan cengkeraman Ajun tapi gagal.
"Justru yang harus disalahin kalau Diana menghilang adalah lo." kata Ajun menatap tepat di kedua mata Jae, "Lo yang nggak becus buat jagain Diana."
"If Diana gets injured even if it's only a small scratch, you're in danger. I'm warning you." kata Jae masih dengan muka memerah karena menahan amarah yang luar biasa.
Ajun senyum sinis sambil bilang, "Ck, kalau gue emang mau macam-macam, lo bisa apa?"
Jae berusaha keras mengontrol emosinya. Sampai dia maju mendekati Ajun dan bilang dengan tenang, "You will obey me, or i will kill you. I swear it."
((😭😭😭😭😭😭😭))
🄰🅄🅃🄷🄾🅁'🅂 🄽🄾🅃🄴
Awalnya mau bikin cerita yg ringan, tapi kok jadi dark begini 😭
Jangan marah dulu ya, tunggu sampe akhir 😖 dikit lagi nyampe ending.
I'll do my best.
KAMU SEDANG MEMBACA
Color Palette
Fanfiction[SUDAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP] Paket Novel available on Shopee, Tokopedia, and Online Bookstore Partner | Sunflower Publisher (for order, link on my profile) Diana Ruby Inaya, seorang lulusan Sarjana Pendidikan yang masih belum yakin dengan ge...