15. Siapa?

5.2K 1.1K 40
                                    

"Tumben kamu nggak ritualan?" Elisa udah naik ke atas kasur, "Din?"

Ritual = skincare an.

Diana tersadar, "Eh? Apa?"

"Ngelamunin apa?" tanya Elisa.

"Oh, anu, nggak..." jawab Diana sambil menyenderkan punggungnya ke tembok.

"Ada masalah ya?"

"El, aneh nggak sih kalau tiba-tiba kamu diajakin jadian padahal baru kenal?" tanya Diana.

"Sama siapa nih?" kata Elisa dengan raut wajah ngeselin — mau ngegodain Diana.

"Nggak. Aku cuman tanya."

"Ehmmmm," kata Elisa, "Lihat dulu sih cowoknya kayak apa. Takutnya kamu juga dijadiin mainan."

Diana diam.

TAPI DIA SENDIRI MALAH NGAJAK NIKAH.

"Kamu minggu ini pulang?" tanya Diana.

"Nggak kayaknya. Kerjaanku lagi banyak di kantor." jawab Elisa.

"Haduh..." Diana jadi pusing lagi mikirin kerja apa lagi selain di Cafe.

"Kenapa lagi?" tanya Elisa.

"Aku bingung harus kerja dimana selain di Cafe. Nggak mungkin cuman ngandelin gaji disana."

"Kenapa nggak coba aja ngelamar jadi guru? Coba sekali, Din." saran Elisa, "Agak percuma juga kamu susah susah lulus eh ilmu nya nggak kepake dan lagian kamu belum coba juga."

Diana melengos, "Takut banget, El."

"Kan, belum dicoba." kata Elisa, "Atau coba kamu pulang. Bicarain sama orang tua kamu. Siapa tahu mereka punya solusi."

"Kalau aku pulang malah disuruh nikah." kata Diana nelangsa.

"Emmm, oh iya kamu tahu TK di sebelah kantorku nggak?" kata Elisa.

"TK? Oh, tahu."

"Pas aku lewat di depannya ada tulisan 'membuka lowongan menjadi guru'."

"Hah? Ngajarin anak TK? Tambah parno aku. Ngajarin anak TK tuh lebih sulit daripada anak SD-SMP-SMA. Salah gores sedikit, bakalan kebawa seumur hidup." kata Diana.

"Ih, coba dulu." kata Elisa gemas.

"Lagipula TK nya kayak bukan TK yang gede gitu." kata Elisa, "TK yayasan apa ya lupa."

"Mau TK kecil kek, TK besar kek kayaknya ya sama aja treat nya kalau gurunya paham sama dasar-dasar kependidikan anak usia dini."

Elisa tahu. Temennya ini lagi curhat. Soalnya banyak banget yang tanya ke Diana kenapa mau jadi guru. Ada yang nyinyir juga waktu itu, "Jadi guru tuh gampang banget. Tinggal ngasih tugas, ngajar bentar, terus pulang. Ngapain lo susah-susah kuliah?"

DIANA MARAH!

ELISA BINGUNG!

Waktu itu mereka emang lagi kumpul-kumpul sama mbak-mbak di lantai bawah yang kebanyakan kerja kantoran.

Elisa waktu itu udah nahan-nahan Diana biar gak kelepasan. Soalnya tepat banget Diana lagi break nugas sampai nangis-nangis karena gak mudeng sama materinya.

Tapi Elisa gagal. Hebohlah satu kos.

Back to the topic.

"Kamu dapat dasar-dasarnya, kan?" kata Elisa.

Diana menggaruk kepalanya, "Iya, sih."

"Mantap. Besok bareng aku kesana. Kan dekat kantorku."

"Ta—tapi..."

"Selamat malam, Diana." Elisa langsung membelakangi Diana.

Diana menghela nafas panjang. Pengen banget cerita sama siapa gitu. Tiba-tiba dia inget seseorang. Udah lama nih dia nggak chat-chat an sama sosok ini.







Diana
Udah tidur?





Diana agak nggak sabaran nunggu balesannya.



🐶
Belum. Kenapa?




Diana
Aku nggak bisa tidur. Bnyk pikirian :(




🐶
Mau cerita?


Diana
Mau.





🐶
Cerita apa?





Diana mau ngetik tapi kemudian dia semakin penasaran sama sosok ini.






Diana
Boleh nggak sih aku tahu kamu siapa? Kalau kamu emang salah satu tetangga di depan, mau keluar srkng?




🐶
Skrng?





Diana
Iya. Jujur, aku lebih suka ngomong langsung daripada begini.
Kamu ngasih nomermu ke aku karena punya alasan, kan?
Atau jangan-jangan iseng?







🐶
NGGAK!
Maaf kapslok nyala
Nggak gitu




Diana
Aku turun. Kutunggu di bawah.





Diana perlahan-lahan membuka pintu kamarnya. Suasana di kos masih ramai sih walaupun udah jam sepuluh malam. Mbak-mbak lainnya masih bangun. Kebanyakan ngerjain kerjaan kantor. Khusus di lantai 3 ini kebanyakan penghuninya udah kerja. Kalau lantai 2 masih mahasiswa.

Agak dag-dig-dug juga. Kira-kira siapa nih yang selama ini nemenin Diana chat-an semaleman.

Diana buka pagar.

Kakinya kaku. Badannya mendadak dingin.

Cowok itu berdiri di depan pagar. Pegang hp.

"Ngapain—lo?"

Dia diem.

Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang