41. Waduh

4.3K 944 83
                                    

"Join makan siang nggak?"

Bian yang baru aja selesai ngerjain beberapa kerjaan mendongak, "Boleh."

"Yuk! Mumpung si Mark mau bayarin." kata Jevon, temen satu kantornya Bian.

"Eh, mantap banget!" kedua mata Bian berbinar mendengar kata gratisan secara tersirat.

"Lah? Ngapain bawa helm segala?" tanya Jevon.

"Sekalian habis makan gue narik." kata Bian.

"Semangat banget, bos. Ah, gue tahu. Ngebut nabung buat modal nikah, kan?" Jevon asal nyeplos.

Bian diam sebentar tapi kemudian kembali ceria, "Nikah mulu pikiran lo. Seneng-seneng dulu lah."

Iya. Bian berusaha menghibur diri sendiri.






🎨🎨🎨





"Gue baru tahu ada resto-cafe deket kantor." kata Bian.

"Makanya lo sekali-kali ikutan join dong. Tiap selesai ngantor langsung cabut." kata Jevon, "Guys, pesen yang paling mahal mumpung bos besar mau bayarin."

"Siap!"

Mark langsung menoyor kepala Jevon, "Ndasmu, Jev!"

Pandangan Bian langsung tertuju pada seorang cewek yang lagi sibuk lalu-lalang nganterin makanan.

Kayak kenal. batin Bian.

Cewek itu ternyata sadar kalau lagi dipandangin sama Bian. Agak bingung juga tapi kemudian raut wajahnya berubah menjadi ceria. Dia melambaikan tangan.

Bian menunjuk dirinya sendiri. Si cewek mengangguk lalu bibirnya mengatakan sesuatu.

"Ayana..." kata Bian lirih ketika berhasil gerak bibir cewek itu, "Oh."

"Lo kenal?" tanya Mark.

"Gue pernah nganterin dia." jawab Bian.

"Kenalin kek satu ke gue." kata Jevon.

"Lo buaya sih. Bahaya." balas Bian.

"Ngaca. Lo leluhur para buaya darat."

Ayana pamit mau kerja lagi. Bian mengangguk.

Oh, kerja disini sekarang. kata Bian dalam hati.

Setelah lima belas menit menunggu, pesanan mereka mulai berdatangan. Sayang banget bukan Ayana yang nganterin. Doi masih sibuk melayani meja lain.

Ada meja di depan Bian yang isinya cowok-cowok yang mukanya tengil banget. Iya, Bian bisa bilang begitu karena mereka manggil waiters disini pakai disiul-siulin. Nggak ada sopan santunnya.

"Iya, mau pesan apa?"

Sialnya, Ayana yang datang.

"Yang enak apa, Mbak?" tanya salah satu dari mereka.

"Disini bisa dilihat list menu teratas dari resto-cafe kami, Mas." kata Ayana bersikap professional.

"Mbak, boleh minta nomer WA nggak?"

Tangan Bian mulai mengepal. Kupingnya panas.

Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang