50. Boleh nggak, sih?

3.9K 973 181
                                    

Jae menyarankan — bukan — menyuruh Diana untuk segera ganti nomer ponsel. Bahkan sangking khawatirnya, Jae menawarkan untuk membelikan Diana HP baru sekalian.

Tentu aja Diana menolak, "Nggak usah, ah. Aku masih bisa atasin ini nomer iseng."

"Ya nggak apa-apa. Sekalian, By. Biar aku tenang." kata Jae, "Mana isi chatnya makin lama makin annoying. Nanyain udah makan, udah mandi, jalan siapa siapa."

Diana memeluk cowok itu terus menepuk punggungnya, "Nggak apa-apa kok."

"Yang nggak habis pikir tuh kenapa dia seakan-akan bilang dia tuh tinggal disini." kata Jae ngomel, "Jelas-jelas nomernya bukan nomer anak-anak kontrakan. Kalau emang iya, udah tak hajar dari dulu."

"Lo khawatir ya?" tanya Diana terus senyum-senyum. Jahil banget.

"Menurut lo?" kata Jae masih dengan wajah sebalnya, "Lo tuh nggak boleh lecet sedikitpun. Kalau lo luka dikit aja gue juga luka."

Diana malah ketawa terus mengacak rambut Jae, "Kamu makin bucin deh dari hari ke hari."

"Diana Ruby, gue serius." kata Jae sambil memegang kedua pundak Diana.

Diana sedikit terkejut karena dia bisa melihat kekhawatiran di kedua sorot mata Jae. Khawatir banget.

"J-ae?" kata Diana ketika melihat tubuh lelaki itu sedikit gemetar.

"Aku pernah kehilangan dulu dan aku nggak mau kehilangan lagi." kata Jae merujuk pada masa lalunya, "Aku serius."






🎨🎨🎨






"Iya, ini Diana." kata Diana.

"Kenapa, Nduk?" itu suara ibunya Diana.

Sore itu, Diana memberanikan diri untuk menelpon Ibunya.

"Nggak apa-apa kok, Bu. Cuman pengen denger suara Ibu."

"Lah? Kenapa? Ada sesuatu ta? Pulang ae loh." terdengar suara khawatir ibunya.

Diana tersenyum, "Nggak ada. Aku baik-baik kok disini."

"Sampai kapan kamu bertahan disana? Pulang aja. Ibu kangen."

Entah kenapa kedua mata Diana berair, "Aku belum jadi orang sukses, Bu."

"Sukses kayak apa sih yang kamu kejar disana? Ibu udah bicara sama Ayahmu. Dia udah menyerah. Menyerah sama keras kepalanya kamu. Sekarang Ayah sama Ibu bakalan dukung apapun kemauan kamu. Pulang yo, Nak..."

"....."

"Loh kok nangis?"

Diana sesenggukan.

"Kamu mau kerja apapun kami dukung. Tapi kamu harus pulang. Nggak kasian kamu lihat ibu disini khawatir terus..."

"Diana belum bisa pulang dulu, Bu..."

"Ada apa sih disana? Sampai kamu nggak mau pulang?"

"....."







🎨🎨🎨








Diana turun dari taksi dengan langkah cepat. Malam semakin larut tapi cewek itu seakan tidak peduli.

Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang