"Kak, buka pintunya..."
Adit terkulai lemas di balik pintu kamarnya. Ajun mengurungnya lagi dan tidak memberinya makan.
"Kakak buka pintu kalau kamu mau nurutin apa mau Kakak." kata Ajun dari luar.
Keadaan ini bermula dari Ajun yang marah-marah sehabis ia pulang dari liburan. Adit udah gemetar karena pasti kemarahan itu dilampiaskan kepadanya.
Ajun marah sampai terdengar suara barang pecah di dalam kamarnya.
"Jae bangsat!!!!" teriak Ajun lagi sambil kembali memecahkan sesuatu, "Diana tuh punya gue!!!!"
Tubuh Adit gemetar. Ketika ia berlari untuk mengunci pintu kamarnya, pintu itu lebih dulu terbuka dan membuatnya jatuh ke belakang.
Ajun muncul dengan wajah memerah.
"Kamu harus bantu Kakak, Dit!" kata Ajun.
Adit terus menggeleng.
"Kamu ingat perempuan yang pernah kesini, kan? Bantu Kakak buat dapetin dia ya?"
"A-apa?" kata Adit nggak percaya.
"Gimana caranya ya?" Ajun menggigiti kukunya dan berjalan mondar-mandir.
"Nggak!" tegas Adit.
Ajun berhenti menggigiti kukunya dengan dua alasan (1) karena berdarah, (2) karena penolakan Aditya.
"Apa lo bilang?" kata Ajun mengubah nada bicaranya, "Nggak mau?!"
"Kak, sadar! Sadar!" teriak Adit, "Ini salah! Lo harus kembali ke rumah sakit jiwa! Lo makin gila!"
Ajun ketawa. Ketawa serem. Terus dia berjalan keluar kamar.
Aditya tahu Kakaknya akan mengurungnya lagi jadi dia berlari cepat ke arah pintu tapi gagal.
"Buka!!!" teriaknya.
"Jangan harap lo bisa makan dan keluar dari sini sebelum mau nurutin kemauan gue!"
🌚🌚🌚
Adit nggak punya pilihan lain. Malam itu dia dibawa Ajun di gang sebuah kos-kosan yang entah kenapa malam itu seperti menjadi malam kemenangan bagi Ajun karena pos satpam sedang kosong.
"Sebentar lagi, Kakak yakin Diana akan keluar. Jadi kamu harus siap-siap." kata Ajun sambil memasangkan topi ke Adiknya.
"Oh, iya satu lagi," kata Ajun lalu menyemprotkan parfum ke tubuh adiknya sampai Adit batuk-batuk, "Pakai ini biar makin gampang."
Setelah semuanya selesai, Adit didorong Ajun untuk keluar dari mobilnya.
"Satu...dua..." Ajun masih didalam mobil dan melihat dari kejauhan.
"Tiga." Tepat sesuai hitungan, Diana terlihat keluar dari kos.
"Sekarang." gumam Ajun.
"Jae?" kata Diana karena mencium bau parfum cowoknya itu. Ketika ia berbalik, Adit membungkam mulutnya hingga Diana pingsan lalu menggeretnya.
'Maafin aku, Kak.' batin Adit sambil menutup matanya.
Sejak saat itu, Diana dibawa ke sebuah apartemen yang telah disiapkan Ajun. Adit diberi tugas untuk menjaga Diana.
Sebelumnya, Ajun tidak memperbolehkan Adit untuk masuk kedalam. Tapi karena Ajun juga harus berperilaku normal (mengajar dan sebagainya — agar tidak ketahuan), akhirnya dia memperbolehkan Adit untuk masuk.
Adit sering membawakan makan untuk Diana, memberikan perempuan itu vitamin, dan beberapa kali membawakan selimut.
Hari itu Adit kembali ke rumah secara diam-diam. Ia menggunakan kesempatannya untuk berangkat sekolah agar bisa kabur.
Tapi sayang, Ajun menemukannya.
🌚🌚🌚
Jae buru-buru keluar mobil ketika sampai di TKP yang telah ramai oleh beberapa petugas dari kepolisian.
"Benar ini ponsel korban?" tanya seorang polisi.
Jae menatapnya dan mengangguk, "Benar."
"Pelaku membuang semua barang milik korban. Bukan itu saja, dia juga membuang ponselnya sendiri." Polisi menunjukkan HP lain yang telah diamankan, "Semua dalam kondisi rusak berat."
Jae benar-benar merasa frustasi.
"Ponsel sempat diaktifkan lalu kami langsung menuju kesini tetapi setelah itu, ponsel sudah tidak aktif lagi."
"Untuk penyelidikan saudara Arjuna, sudah dilakukan beberapa penggeledahan di rumahnya dan tim kami menemukan kamera yang banyak berisi foto korban."
Polisi kemudian menyerahkan flashdisk ke Jae.
"Ada dugaan bahwa pelaku sudah mengincar korban sejak lama dilihat dari tanggal pengambilan file foto."
Kaki Jae melemas. Nggak tahu harus ngapain lagi. Dia merasa bersalah karena nggak bisa melindungi Diana.
"Saat ini, kami sudah menetapkan status pelaku menjadi tersangka dan juga sedang mencari adiknya."
Ruby, kamu harus bertahan. Harus.
🌚🌚🌚
"Nah, gitu dong mau makan. Aaaaaa..." Ajun terlihat kegirangan ketika Diana akhirnya mau makan.
Semua ini berawal dari Adit yang dipukuli di depan Diana apabila gadis itu menolak untuk mengabulkan permintaan Ajun.
"Tapi kamu janji bawa Adit ke rumah sakit, kan?" kata Diana khawatir, "Iya, kan? Tolong."
"Iya." kata Ajun tersenyum, "Kamu nggak usah khawatir. Pokoknya nurut aja ya."
Diana menahan tangisnya. Adit berulang kali memberikan isyarat bahwa dia baik-baik saja tetapi tetap saja keadaannya sangat memprihatinkan.
"Aku ambilin minum ya." kata Ajun setelah selesai menyuapi Diana.
"Ajun," kata Diana.
"Ya?"
"Bawain Adit makan sama minum juga." kata Diana, "Kasih dia baju ganti."
Ajun menatap Diana dengan seksama.
"Aku mohon." kata Diana.
"Oke." kata Ajun akhirnya lalu mengelus puncak kepala Diana.
Pintu terdengar kembali dikunci dari luar.
🄰🅄🅃🄷🄾🅁'🅂 🄽🄾🅃🄴
Ending untuk Arjuna bakalan di update nanti jam 9 malam ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Color Palette
Fanfic[SUDAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP] Paket Novel available on Shopee, Tokopedia, and Online Bookstore Partner | Sunflower Publisher (for order, link on my profile) Diana Ruby Inaya, seorang lulusan Sarjana Pendidikan yang masih belum yakin dengan ge...