46. Alcohol Talk

3.8K 941 225
                                    

02.00 a.m

Jae kebangun. Kebelet pipis. Dia lihat Ajun tidur di sofa panjang. Jae kira tadi cowok itu bakalan tidur seranjang sama dia soalnya habis makan, Jae tepar alias tidur duluan.

'Bagus lah sadar diri.' batin Jae.

Jae mulai pipis dengan tenang tapi entah kenapa dia jadi kesal.

"Sial, tadi gedean punya dia." kata Jae terus langsung benerin celananya lagi.

Jae mencoba tidur lagi tapi nggak bisa. Jadi dia turun ke bawah tepatnya ke dapur.

Entah kenapa, Dapur suasananya jadi horror gini. Jae merinding banget.

Karena dia penakut banget, Jae buru-buru nyalahin lampu dan super kaget waktu lihat Dira di depan kulkas.

"Ngap...ngapain lo?" tanya Jae.

Mulut Dira yang belepotan cake cuman bisa nyengir, "Hehehe."





🎨🎨🎨





"Kebiasaan jelek tuh." kata Jae, "Gue tahu lo habis makan selalu lo muntahin."

Dira memelas, "Gimana dong? Ntar kalau gue gendut gimana?"

"Ya gapapa lah." kata Jae.

"Andai Mas Wisnu yang ngomong gitu." kata Dira memelas.

"Ck, Wisnu bukan cowok yang kayak gitu ya. Meskipun kadang nyebelin, dia kalau suka sama orang bakalan tulus. Nggak mandang fisik." kata Jae.

"Iya, iya." kata Dira, "Ini juga gue khilaf. Susah banget tidur. Perut gue bunyi terus."

"Gue bingung deh sama lo, Ra." kata Jae, "Lo, kan udah tahu lo beda sama Wisnu. Kenapa masih lo kejar aja?"

Iya Dira sama Wisnu tuh sama kayak Jae dan Diana. Cinta emang kadang lucu banget. Banyak perbedaan tapi tetep aja dikejar. Hmm.

"Lo ngomong masalah begituan ke gue tuh sama aja kayak lo ngomong sendiri di kaca." balas Dira, "Nggak ada bedanya."

Jae diam terus bilang, "Iya juga."

"Gue tahu dulu bokap menentang keras karena tahu background keluarga dia. Bukan karena perbedaan agama." kata Dira, "Keluarga gue cukup open minded kalau masalah begituan."

"Ortu lo tuh emang ribet tahu nggak?" kata Jae, "Wisnu emang nggak sekaya itu, tapi setidaknya dia bisa diandelin dan punya tanggung jawab. Sebagai sohibnya, gue tahu dia cowok yang baik."

"Tapi yang gue masih penasaran tuh kenapa dia nggak kelihatan mau memperjuangin gue? Dia malah yang mutusin gue padahal gue masih sayang banget." kata Dira, "Gue menganut prinsip YOLO, jadi yaudah selama gue suka, gue yang gerak juga nggak apa-apa."

"Lagipula kalau harus pindah keyakinan, bakal gue lakuin." kata Dira.

"Ya Tuhan, pindah keyakinan nggak semudah kayak lo pindah kos ya. Jangan ngadi-ngadi!" kata Jae kesel banget sama mulut Dira yang asal nyablak.

"Hehehe."

"Lo tahu Wisnu pernah punya mantan?" tanya Jae, "Cakep njir. Dokter pula sekarang."

"Gue nggak peduli sama masa lalunya." jawab Dira.

Jae manggut-manggut terus berjalan menuju lemari.

Dira menutup mulutnya terkejut terus berbicara pelan, "Lo curang, Kak. Bisa-bisanya lo sembunyiin harta karun???"

Dua botol red wine.

"Sssttt!" kata Jae, "Jangan sampe cewek gue tahu."

Dira membentuk jarinya jadi isyarat, "Ok."

"Udah sampai mana hubungan lo sama Diana, Kak?" tanya Dira mulai menikmati alkoholnya.

Jae meneguk wine nya terus bilang, "Gue mau ngajak serius tapi susah."

"Derita lo." kata Dira ketawa cekikikan.

"Sialan." kata Jae lalu mengeluarkan bungkus rokok dari sakunya.

"Lah? Lo ngerokok sekarang?" tanya Dira.

"Kadang-kadang sih. Malam ini lagi pengen aja."

Mereka berdua mulai ngomong ngalur-ngidul nggak jelas.

"Pernah nggak sih lo niat buat mengakhiri karena perbedaan kalian?" tanya Dira.

"Sebenarnya..." kata Jae menggantung, "Sering."

Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang