2S. 1

3.3K 136 71
                                    

Aku terbangun dengan keringat yang membasahi tubuhku, kerongkonganku tercekat, terasa berat hanya untuk sekedar menghela napas. Segelas air putih yang tersedia di samping nakas tak mampu melegakan tenggorokanku. Dadaku berdebar, sekujur tubuhku menggigil, bereaksi seperti candu yang baru saja lepas. Kilatan masa lalu datang menyerang saraf otakku hingga lumpuh. Sungguh, pengaruh dia dalam hidupku teramat besar.

Kak Boby, nama yang ku panggil dalam diamku setiap hari saat aku bangun pada dini hari. Mimpi itu tak akan pergi sampai aku berdamai dengan diri sendiri. Mungkin, suatu saat nanti akan terjadi dan itu pasti. Saat ini biarkan aku menikmati sisa-sisa kenangan yang perlahan menghilang.

Pernah suatu ketika aku memilih berhenti karena cinta dan rindu tak lagi searah, seakan aku tak punya lagi pilihan selain mengalah dan membiarkan semua yang pernah kami lalui terombang-ambing dibibir takdir.

Perihal mencintaimu aku sudah cukup berjuang, memendam sakit sendirian hingga nyeri menggerogoti, perasaanku sudah lama mati saat kita sama-sama mengakhiri cerita yang kau anggap semua hanyalah sandiwara.

Shania, satu nama yang selalu ada dalam perdebatan kami kala itu. Aku tak bisa memaksa, karena mencoba sekuat apapun pada akhirnya akan berujung pada sebuah perpisahan.

Kembali mengenangmu, ku toleh lagi luka yang pernah ada, menertawakan diri sendiri yang hampir menyerah pada keadaan. Bagaimana bisa Vino tiba-tiba hadir kembali, menerimaku sepenuh hati mencintai aku yang tak tau diri ini. Entahlah pertanyaan ini selalu datang dan hingga detik ini pun aku tak menemukan jawabannya.

Setiap pagi menjelang, ada bagian dari hidupku yang hilang. Serupa cerita namun tanpa makna, hanya isi yang yang tak bisa di pahami. Seperti aku saat ini, ragaku adalah miliknya namun hatiku masih terpaut pada cinta yang tak semestinya. Aku tau ini salah, egois memang, kalian boleh memaki aku sepuasnya toh kenyataanya aku tak sesempurna itu. Bukankah cinta tak bisa di paksa, meski tumbuh karena terbiasa semua perlu jeda. Katakan iya jika kalian setuju denganku.

Seminggu sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai istri, tak banyak yang berubah. Bangun pagi, menyiapkan sarapan, selebihnya hanya berdiam diri menikmati hidup sebagai nyonya Vino fitra. Tinggal dirumah besar dengan kehidupan yang serba mewah, semua tersedia hanya dengan sekali jentikan jari, tidak perlu takut terjadi sesuatu padaku karena keamanan dirumah ini super canggih. Vino benar-benar membuatku seperti seorang ratu.

Selang sehari setelah menikah, Vino langsung membawaku pindah ke rumah ini. Rumah dengan view yang menakjubkan ia beli dengan atas namaku sebagai hadiah karena sudah membuat dia menjadi pria paling beruntung sudah mendapatkanku. Romantis sekali suamiku ini, sayangnya cinta belum hadir diantara kita.

Aku menyukai rumah mewah dua lantai ini, selain jauh dari sesaknya ibu kota rumah ini di kelilingi oleh pemandangan yang menyegarkan mata. Vino memang tau apa yang ku mau.

Pagi ini aku bangun lebih awal menikmati angin segar yang selalu membawa imajinasiku pada dia yang semakin jauh tak tersentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini aku bangun lebih awal menikmati angin segar yang selalu membawa imajinasiku pada dia yang semakin jauh tak tersentuh. Beberapa kali aku menoleh memastikan bahwa suamiku masih tertidur pulas dalam balutan selimut tebalnya. Jarak kami hanya terhalang jendela kaca, aku duduk di balkon kamarku yang menjadi tempat favorit semenjak kepindahanku ke rumah ini. bagaimana tidak, sejauh mata memandang hamparan langit biru dan juga lautan luas membentang seakan menjadi ruang untuk mengalihkan rasa sakitku. Vino seakan mengerti ada yang harus ku hadapi berkali-kali pasca kepergian Boby, yaitu sepi yang menggaungkan jerit nurani.

For 2S to B Continued (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang