2S. 3

1.8K 137 18
                                    

"Kamu ingat waktu itu aku sedang berada di toko buku, kamu datang dengan malu-malu dan dengan semacam sorot terluka dimatamu? Saat aku melirik dari balik rak, kamu terlihat ragu-ragu di pintu. Kamu mau apa? Tanyaku lembut. Kamu tidak berkata apa-apa, tapi kamu berlari dan melingkarkan lenganmu di leherku dan menciumku. Walaupun tak ku hiraukan namun kamu semakin mengencangkan lenganmu dan setelah itu kamu menghilang, terdengar langkahmu menaiki tangga. Ada hangat dalam hatiku dan senyum yang lama tak ku perlihatkan pada siapapun. Aku berbalik kemudian duduk sendiri di samping jendela, gelombang penyesalan datang menderaku. Besoknya aku datang membawa coklat kesukaan kamu, menunggumu di depan pagar yang di jaga oleh banyak security. Kamu terlihat kaget melihatku basah oleh keringat. Dua jam aku menunggu dibawah terik matahari. Kamu mengusap wajahku dengan tanganmu yang halus. Kamu tersenyum dan mengambil coklat dari genggamanku. Sebelum menaiki motor bututku kamu marah pada security yang tak membiarkanku masuk. Kamu mengancam akan melaporkan mereka ke papamu karena saking kesalnya." Vino mengakhiri ceritanya, mengubah posisinya menjadi tidur terlentang berbantal paha Shani yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Makasih udah mau nerima aku dengan segala kekurangan aku." Jawab Shani sangat singkat. Shani mengusap lembut rambut Vino, membelai wajahnya yang semakin tampan di mata Shani. Menatap kedua bola matanya mencari arti dari hati yang belum juga tersentuh akan semua yang Vino lakukan untuknya.

Vino yang dasarnya memang menyukai Shani sejak pandangan pertama hingga ia di putuskan sepihakpun ia selalu mencintai Shani dengan caranya. Ia bahkan datang kepertunangan Shani dengan Boby waktu itu, tak ada dendam ataupun benci. Baginya kebahagian Shani tak terletak pada dirinya saja, jika Shani bahagia dengan orang lain Vino bisa apa selain mendoakannya. Bukan tak mau berjuang namun Vino hanya bisa mencintai Shani bukan membuatnya sedih.

Seperti sekarang, cuti untuk honeymoon bersama istrinya telah habis. Meskipun ia bersama Shani tak berlibur kemanapun, namun jika berdua dengan Shani setiap detiknya terasa lebih dari cukup. Keinginan Vino tak muluk-muluk hanya melihat istrinya tersenyum karenanya saja adalah suatu kebahagian yang tiada tara.

Dua tiket ke paris sudah Vino siapkan tapi apa boleh buat Shani tak menginginkannya, Shani hanya ingin bermain di pantai yang tak jauh dari rumah barunya, akhirnya tiket itu tak terpakai. Vino tidak marah ataupun kecewa, tak apa nanti kalo Shani ingin pergi Vino siap menemaninya memberikan fasilitas terbaik untuk istrinya.

"Sayang, aku gak apa-apa kok sendirian di rumah. Cuti kamu udah selesai, aku takut kamu nanti kena masalah di kantor."

"Beneran kamu gak apa-apa?" Tanya Vino memastikan. Sudah beberapa hari ini Vino bekerja dari rumah, kadang hingga larut karena deadline. Dan Shani sering memergokinya tertidur di ruang kerjanya. Kerjaan semasa cuti tak ada yang menghandle dan akhirnya Vino kelabakan sendiri. Shani mengerti Vino melakukan itu karena tak tega jika Shani kesepian dirumah sebesar ini namun Shani juga tidak mau jika Vino terlalu memanjakan dirinya. Shani sangat tau diri karena ia tak bisa memberikan seluruh hatinya untuk Vino maka dari itu Shani ingin Vino tidak berusaha sekeras ini untuk mendapatkan cintanya.

"Aku gak apa-apa, kan ada bibi juga yang nemenin aku." Ucap Shani dengan begitu yakin. Vino tak kuasa untuk membantah, ia hanya bisa mengangguk pasrah.

"Yaudah kalo gitu besok aku mulai berangkat ngantor. Oiya sayang, besok siang kak Boby balik Jerman kamu gak mau ketemu dulu?" Vino mendongak untuk melihat istrinya yang terduduk bersandar pada sofa. Tak ada reaksi apapun, Shani hanya diam dengan tatapan kosong.

Shani bukannya tidak tau akan keberangkatan Boby, ia takut akan melukai hati Vino, bagaimanapun Vino adalah suaminya sekarang. Izin dari semuanya adalah doa baginya, Shani juga tidak mau jika sewaktu-waktu masalah muncul karena kelalaiannya sendiri.

"Sayang," Panggil Vino menyentuh jemari Shani.

"Hem, kenapa Vin?" Lagi-lagi Vino tersenyum melihat Shani kehilangan fokusnya.

For 2S to B Continued (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang