2S. 14

1.2K 137 135
                                    

Shania menarik napas panjang sebelum melangkahkan kakinya menuju dua orang yang kini sedang tertawa bahagia.

"Bajingan kamu, Boby." Gumam Shania pelan. Kaki jenjangnya melangkah namun tangannya di tarik oleh seseorang.

"Lepasin! Gila lo ya."

++++

Siang itu ketegangan di antara keduanya semakin terasa, Shania menepis lengan Vino yang menyeretnya untuk menjauh dari pintu.

"Gak waras! Gue atau lo semua sih yang gak waras?" Teriak Shania tertahan saat beberapa orang meliriknya dengan heran. Andai saja ini bukan tempat umum Shania sudah mengamuk membabi buta. Shania masih ingat akan reputasinya, ia bisa di cecar habis-habisan oleh papanya jika tau dirinya membuat masalah apalagi ia ditugaskan untuk bertemu tamu penting dari perusahaanya.

"Shan, dengerin aku dulu. Aku-"

"Diem lo! Lo ngebiarin istri lo selingkuh dengan tunangan gue, Vin. Cowok macam apa sih lo?" Emosi Shania meledak saat Vino yang ia harapkan akan membantunya malah membuatnya semakin gila.

Bukan tanpa maksud ia menahan Shania, Vino hanya tidak ingin ada kekacauan yang melibatkan istrinya. Terlebih saat ini Shani sedang mengandung, Vino takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada Shani.

"Shan, Shania tenang dulu aku jelasin," Vino meraih pundak Shania dengan kedua lengannya namun dalam waktu yang bersamaan Shani dan Boby keluar dari arah pintu. Ke empatnya saling beradu tatap, entah tatapan apa yang masing-masing lihat.

Shania menarik kemeja Vino lantas mencium bibirnya di depan Shani dan juga Boby. Vino membeku mendapat ciuman tiba-tiba dari Shania, hanya sebentar kemudian Shania melepas pagutannya.

Shania berjalan menghampiri Boby dan Shani yang berdiri hanya lima langkah dari hadapannya.

"Gimana rasanya kamu ngeliat aku ciuman sama cowok lain?" Ucap Shania menjatuhkan pandangan pada mata Boby yang memerah menahan amarah.

"Dan buat lo," Shania menggantungkan kalimatnya saat bola mata keduanya saling memandang penuh kebencian.

"Gue bahkan bisa nidurin suami lo kalo gue mau, sayangnya gue bukan cewek murahan. Waktu lo nampar gue, gue pikir gue terlalu jahat udah ngomong gitu sama lo, ternyata lo memang jalang."

Shania melangkah pergi dengan hati yang hancur, air mata Shania menderas ketika bayangan Boby tertangkap ingatannya lagi.

Boby tergesa-gesa menyusul Shania saat ia menyadari jika Shania sudah jauh dari pengelihatannya.

Shani mematung saat kesadarannya di renggut paksa oleh kata-kata menohok yang baru saja Shania ucapkan, dadanya bergemuruh dengan isi kepala yang berkecamuk penuh. Sedangkan Vino hanya sebatas penengah yang ikut basah dalam pertengkaran ini. Entah siapa yang harus disalahkan, Shani yang diam-diam bertemu Boby atau Vino yang datang membuntutinya kemudian berciuman dengan wanita selain dirinya. Shani tak bisa membohongi hati kecilnya, jika luka mulai tumbuh saat Shania berani menyentuh suaminya.

Tanpa bicara sepatah katapun Shani melangkah melewati Vino yang masih berdiri, lalu segera masuk ke dalam mobilnya untuk kembali pulang.

"Shani-Shani." Ucap Vino menghelas napas panjang dengan remasan pada rambutnya, kemudian ia tertawa kecil sembari berjalan.

For 2S to B Continued (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang