Waktu beranjak pukul delapan, matahari kian benderang. Aku bangun menuju dapur untuk mengambil minum dan juga membuat sarapan ala kadarnya. Boby sudah pergi pagi-pagi sekali, dia ada urusan di kantor papanya mungkin nanti sore akan kembali kesini.
Aku berjalan sambil menguap kecil, langkahku di kejutkan oleh manusia yang tidak kalah gila dari Sakti.
"Astaga!" Aku mundur beberapa langkah saat melihat Yona sedang duduk. Matanya tertuju pada sebuah majalah fashion yang ia genggam di tangan kirinya, sementara tangan satunya memegang mug yang mengeluarkan aroma kopi.
"Morning sunshine." Yona menyapaku dengan suara yang nyaris tanpa tekanan, datar seperti wajahnya.
"Morning, sumpah ya apartemen gue udah kayak toko kelontong aja tau gak? Orang-orang masuk seenaknya aja deh bikin gue jantungan." Ujarku sembari duduk di samping Yona.
"Siapa suruh lo ngasih gue access."
"Hilih, tumben lo pagi-pagi udah kesini?"
Aku menyesap kopi yang berada di tangan Yona lantas mengancingkan kemeja yang terbuka hingga memperlihatkan belahan dada yang penuh bercak merah.
"Ada hal penting yang pengen gue omongin sama lo." Yona mengalihkan perhatiannya padaku. Majalah yang tadi ia baca sudah berada diatas meja.
Tatapan Yona jatuh pada leherku, dia menoyor kepalaku sambil tergelak. "Anjir lo ya, itu leher di gigit apa?"
Aku langsung meraih ponsel untuk melihat apa yang Yona katakan, sebanyak apa memang sampai Yona berkata demikian.
"Boby idiot." Gumamku kesal. Beberapa tanda di leher terlihat jelas berwana merah, aku sudah memperingatkan jika memberikan tanda di dada saja jangan di leher, memang sialan cowok itu.
"Di gigit buaya." Ucapku ketus. Tawa Yona terdengar puas saat aku menjawabnya.
"Si Boby benar-benar ya."
"Ah dasar kampret, untung gue gak ke kantor tiga hari kedepan. Bisa mampus gue kalo ketemu bokap."
Kami berdua kembali ke topik utama, Yona menyeruput kopinya lagi sebelum dia memulai pembicaraannya.
"Sakti di bebaskan oleh seseorang."
"Seseorang?" Tanyaku mengulang. Yona berdiri, berjalan ke arah jendela apartementku yang memperlihatkan gedung-gedung tinggi ibu kota.
"Iya, ada seseorang yang diam-diam memanfaatkan dendam Sakti pada kita, terlebih pada lo."
"Siapa? Siapa orang yang udah bebasin Sakti?" Aku ikut berdiri di samping Yona, mataku menajam melihat wajah tegas Yona.
"Shani."
"Shani? Gak mungkin. Tau apa dia tentang Sakti?" Aku melempar pandangan pada langit biru, tidak ingin mempercayai ucapan Yona namun nyatanya Yona adalah orang yang sangat aku percayai selama ini.
"Gue baru dapat laporan dari pengacara gue, kalo Sakti bebas lima hari yang lalu. Dengan jaminan dan juga wajib lapor, tentunya ada orang dalam yang sudah menyiapkan semuanya dengan sangat rapih."
"What the hell, Shani. Apa yang sebenarnya mereka rencanain?"
"Gue gak mau jawab sebelum gue dapat bukti yang konkret. Apa tujuan Shani sampai rela bebasin adek gue dan apa yang akan mareka lakukan terhadap kita. Gue minta lo diam, pura-pura tidak tau tapi tetap harus waspada. Lo ngerti kan apa yang gue maksud?"
"Iya gue ngerti. Apa ada hubungannya sama Boby?"
"Bisa jadi. Kemungkinan yang paling besar ya itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
For 2S to B Continued (END)
FanfictionParalyzed Sequel. Shania, kamu seperti biru dalam balutan rindu, seperti romansa hujan yang kian syahdu kamu adalah candu semanis madu. Boby, apa yang kamu cari di semesta yang luas ini? Memulai kisah baru tanpa melupakan masa lalu. Shani, untuk me...