Extra part

1.7K 99 73
                                    

Tiga dini hari, Shani sudah terbangun oleh suara tangisan bayi. Tubuhnya memaksa untuk beringsut dari tempat tidur, matanya seketika terbuka ketika suara cempreng Shano semakin nyaring terdengar.

"Iya sayang mama disini, cup cup cup..."

Shani menggendong Shano dengan lihai, tak ada mimik takut seperti pertama kali tangannya menyentuh bayi laki-laki mungil tersebut. Namanya Shano Mada Rajendra, nama Shano sendiri di ambil dari SHA-ni vi-NO dan Mada Rajendra diambil dari nama jawa dengan makna sangat dalam yaitu Gembiralah wahai putraku yang tampan. Nama tersebut diberikan oleh ayahanda Shani sebagai tanda cinta kakek terhadap cucunya, semoga kelak apa yang ayah Shani berikan menjadi patokan bahwa nama yang tertera di cucunya adalah doa yang baik.

Shani duduk ditepi ranjang, membuka sebelah piyama tidurnya untuk menyusui putranya yang masih berusia delapan bulan. Wajah letih namun tetap tersenyum kala bayi tampan itu bergerak dengan tangan-tangan mungil menyentuh wajahnya.

"Anak mama makin pinter," ucap Shani lembut. Meski bayi itu belum bisa bicara namun seolah mengerti pembicaraan ibunya, dia tersenyum gemas.

Setengah jam Shani berada di posisi yang sama, tangannya mulai pegal karena memangku bayi gembulnya. Dirasa cukup memberikan asi, Shani kembali menidurkan Shano pada ranjang bayi dengan cat putih tersebut, tidak lupa merapatkan selimutnya agar Shano nyaman dalam tidurnya.

Shani mengancingkan kembali piyama tidurnya, lalu mengambil ponselnya di samping nakas. Terlihat tiga pesan dari Vino yang semalam belum sempat dibaca, pesan biasa  yang memberitahu jika jam sepuluh nanti Vino mau berkunjung untuk menengok putranya, tentu saja dengan Gaby sebagai istri barunya. Hubungannya dengan Vino terjalin baik hingga detik ini, meski kebenaran belum terungkap sepenuhnya. Tak ada yang tau atau mereka semua pura-pura tidak tau jika anak itu adalah anak dari Boby. Shani sudah buktikan dengan test DNA.

Pukul 10:15 suara mesin mobil terdengar halus dipekarangan rumahnya, Shani sudah mengetahuinya jika yang datang itu adalah mantan suaminya.

"Assalamualaikum," ucap Vino setengah berlari kedalam rumah. Pakaian kasual yang Vino pakai membuatnya tampak ceria, ada beberapa yang berubah dari wajahnya jika dulu wajahnya bersih tanpa bulu-bulu halus disekitar wajahnya maka kini Vino mempunyai kumis tipis dengan rambut sedikit panjang.

"Waalaikumsalam." Jawab Shani meyambut keduanya dengan senyum hangat.

"Anak papa udah ganteng, udah sarapan belum, hmm..." Vino tak menghiraukan apapun lagi selain bayi mungil di hadapannya.

"Udah dong, papa. Aku udah sarapan sehat tadi," Bukan suara Shani yang menjawab melainkan suara Gaby yang ikut berjongkok untuk mencium bayi tampan tersebut.

"Mama Shani, aku main dulu sama papa sama mimi Gaby ya," ucap Gaby lagi.

Shani tersenyum mengangguk, "kalian mau minum apa?" Tanya Shani.

"Gak usah deh, Shan. Ntar kalo gue pengen ngambil sendiri aja." Jawab Gaby dengan mata yang masih fokus pada troli bayi.

"Yaudah, aku bikinin yang seger-seger ya?" Shani beranjak tanpa persetujuan dan mendengar jawaban keduanya.

"Shanonya tidur, pah." Ucap Gaby pada Vino.

"Iya, bangunin aja kali ya."

"Yaudah bangunin, ntar kalo nangis paling Shani yang ribet." Gaby terkikik sendiri.

++++

Garis wajah laki-laki ini setipe dengan wajah milik Taylor Lautner. Beda tipislah kalo dilihat dari hongkong. Kalo dilihat dari sini, tidak cukup kalau hanya melihatnya sekali, pasti ingin mencuri-curi pandang lagi. Ada lesung yang membelah dagunya, dan itu justru membuat senyumnya menjadi terlihat khas.

For 2S to B Continued (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang