2S. 10

1.2K 114 109
                                    

Langkah tegas Naomi memasuki ruang kerjanya, ia mendaratkan tubuhnya pada kursi nyaman kebanggannya. Matanya menerawang pada rekam medis yang tinggal beberapa tumpuk di mejanya.

"Kinan." Ucap Naomi tanpa sadar.

Jadwal hari ini telah selesai. Kaki jenjangnya kembali melangkah menuju tempat dimana mobilnya terparkir. Tujuannya sekarang adalah rumah Kinan. Hari ini adalah hari pertama Kinan melakukan terapi, setelah kemarin melakukan sejumlah pemeriksaan pada tungkai kanannya, sekarang waktunya Naomi menjalankan kewajiban juga janjinya terhadap dokter Arlin sebagai dokter senior yang sangat ia hormati. Yaitu membantu Kinan dalam melatih otot kakinya.

Mobil Naomi melaju dengan kecepatan sedang, butuh waktu yang sedikit lama untuk sampai di rumah mantan kekasihnya. Selain macet Naomi juga harus mengisi perutnya terlebih dahulu. Setelah selesai dengan makan siangnya, Naomi kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah keluarga Adiyaksa Putra.

Hampir enam tahun Naomi pergi dari hidup Kinan, dan kembali saat keduanya sudah punya kehidupan yang berbeda. Naomi dengan kesibukannya menjadi dokter, dan Kinan dengan kesibukannya sebagai suami. Naomi adalah mantan kekasih Kinan yang tidak pernah mau di sentuh di atas ranjang. Meski kerap mendapatkan predikat wanita seksi namun Naomi seperti burung merpati yang sulit untuk di tangkap. Naomi bak berlian yang begitu mahal.

Jika bicara soal cinta, rasa itu sudah lama hilang. Naomi tulus membantu Kinan sebagai sahabat dan juga orang yang pernah ada di hidupnya. Dari sekian banyak dokter hebat, keluarga Adiyaksa memilih Naomi sebagai dokter keluarganya. Waktu seolah mempertemukan keduanya kembali.

Deru mesin lambat laun mulai terhenti, Naomi turun dari mobilnya dengan menenteng tas mahal juga jas dokter yang ia sampirkan di lengan kirinya.

Beberapa bodyguard Kinan yang biasa berjaga di depan pintu tak terlihat batang hidungnya, mungkin karena pak Devan sedang ada kunjungan ke luar kota jadi beberapa bodyguardnya juga ikut untuk membantu. Sedangkan Melody sedang ada acara bersama ibu-ibu sosialita lainnya.

Para asisten rumah tangga dengan sigap membuka pintu untuk Naomi, menyambutnya dengan ramah, mempersilahkan untuk duduk sembari menunggu sang pemilik rumah keluar.

Sebelumnya ia sudah mengabari Veranda jika hari ini ia akan datang karena jadwal terapi yang sudah di tentukan.

"Selamat siang dok." Sapa Veranda yang baru saja datang. Keduanya saling memeluk layaknya sahabat lama, saling menyungging senyum tulus.

"Siang, wah seger banget nih nyonya Kinan." Gurau Naomi sembari kembali terduduk mengikuti Veranda.

"Bisa aja nih, dok. Dok, makan siang dulu ya sudah saya siapin."

"Makasih, mbak. Saya sudah makan siang tadi." Tolak Naomi dengan halus. Veranda mengangguk mengerti, memang ini sudah lewat jam makan siang namun apa salahnya untuk menjamu tamu.

"Mas Kinannya udah siap?" Naomi bertanya dengan gayanya tegas namun tetap sopan.

"Udah kok, mbak. Kinan di halaman belakangan. Mari saya antar." Keduanya berjalan beriringan menuju halaman belakang rumah yang bisa di kategorikan sebagai taman yang luas dengan banyak tumbuhan juga bunga-bunga indah terawat.

Terlihat Kinan sedang duduk dengan memangku ponsel juga buku tebal yang sedang ia baca. Veranda berjalan lebih dulu untuk memberitahu bahwa sesi terapi akan segera di mulai.

"Sayang, dokter Naomi udah datang." Sentuhan halus pada pundak Kinan membuatnya menoleh. Kinan tersenyum menyambut Naomi yang sedang berdiri di sampingnya.

"Siang, dok." Ucap Kinan dengan gerakan tangan yang kaku untuk berjabat.

"Siang mas Kinan, gimana keadaan hari ini? Kepalanya masih sering pusing?" Kinan menggeleng kecil tanpa suara. Namun jantungnya berdetak tak seirama. Naomi masih berbincang ringan seputar kesehatan pasiennya, sementara Veranda pergi mengambil minum untuk keduanya.

For 2S to B Continued (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang