Kabut tipis masih bergerak rendah dibawah pepohonan, embun sisa semalam masih menggantung di ujung dedaunan. Mayangda telah terbangun dari tidur lelapnya, memperlihatkan arunika berwarna kuning keemasan, simbol dari harapan akan hari ini.
Selepas sholat subuh, aku duduk di balkon kamar mendengar deburan ombak yang membuat gelisah sedikit terkikis. Vino sudah terlelap lagi dalam tidurnya, aku tersenyum melihatnya masih menggunakan sarung dengan kaos putih kesayangannya. Kami baru saja melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Semilir angin membuat rambut di permukaan kulit sedikit meremang karena dingin, aku mengawang melihat hamparan langit sebagai pelampiasan akan rasa sakit.
Sejak pertengkaran kami malam itu, pertengkaran untuk yang pertama kalinya setelah menikah. Vino semakin gencar meraih hatiku dengan segala bentuk perhatiannya. Namun sialnya aku masih terpaut akan satu nama yang tak luput ku sebut.
"Bagaimana kabarnya kak Boby sekarang?" Lirihku dalam hati.
Aku berjalan menuju kamar, mengambil handphoneku yang tergeletak semalaman. Sebuah pesan ku kirimkan pada Sakti untuk melanjutkan aksi yang lama sudah aku rencanakan.
"Bawa Shania ke hadapanku. Kita ketemu di tempat biasa."
Sakti, aku memanfaatkannya setelah aku tau jika dia punya dendam yang sama terhadap orang yang sama, aku mencoba mempercayainya, aku memberikan jaminan untuk masa tahanannya, dia bebas bersyarat. Namun baru beberapa pekan keluar, ia sudah membuat masalah baru diluar dugaanku. Akhirnya dia kembali mendekam di balik jeruji besi. Aku marah, dia memerasku dan balik mengancamku jika tidak membebaskannya lagi. Sialan memang orang ini, terpaksa aku kembali membebaskannya.
Aku tidak peduli, yang aku inginkan adalah Boby. Jika aku tidak bisa memilikinya maka Shania pun tidak boleh.
++++
Matahari semakin meninggi, rumah besar Kinan terasa ramai pagi ini. Dokter Naomi datang berkunjung karena undangan dari nyonya Adiyaksa Putra. Veranda dan Melody sama sekali tidak mengetahui jika Naomi adalah mantan kekasih dari Kinan.
Penampilannya kini semakin cantik dengan kemapanan pekerjaannya sebagai dokter umum. Tubuhnya yang semakin seksi, cara berpikirnya yang matang dan tatapan mata yang masih saja membuat Kinan lupa diri.
"Jadi dokter Naomi ini keponakannya dokter Hito. Dulu dokter Hito yang menjadi dokter pribadi keluarga kami." Ucap Melody tersenyum sembari mengusap lengan Veranda yang berada di sampingnya.
"Dokter Naomi sudah berkeluarga?" Tanya Veranda.
"Belum, mbak. Saya masih belum bisa move on dari mantan saya." Gurau Naomi yang membuat Kinan salah tingkah. Kinan menyeruput tehnya untuk menghilangkan kegugupannya sejak tadi.
"Kalo gitu balikan lagi aja dok." Senyum Veranda masih mengembang mendengar cerita Naomi. Kinan kemudian tersedak membuat ketiganya menghentikan obrolan.
"Sayang, kamu gak apa-apa?" Veranda mengambil tissue untuk mengelap baju Kinan yang basah.
"Gak apa-apa." Ujar Kinan gugup. Mata Kinan memicing, mengisyaratkan sebuah tatapan sebal terhadap Naomi. Naomi sendiri malah terkekeh melihat Kinan.
"Pelan-pelan sayang minumnya." Melody ikut menimpali yang hanya dibalas anggukan tanda mengerti oleh Kinan.
"Kemaren saya ketemu dokter Arlin, tante. Kami sedikit bercerita tentang kesehatan mas Kinan. Saya siap membantu mas Kinan untuk bisa kembali berjalan. Mungkin butuh waktu lama tapi saya sudah berjanji kepada dokter Arlin bahwa saya bersedia semaksimal mungkin untuk membantu mas Kinan, kapanpun mas Kinan butuh. Semoga semuanya dipermudah ya, tan."
KAMU SEDANG MEMBACA
For 2S to B Continued (END)
FanfictionParalyzed Sequel. Shania, kamu seperti biru dalam balutan rindu, seperti romansa hujan yang kian syahdu kamu adalah candu semanis madu. Boby, apa yang kamu cari di semesta yang luas ini? Memulai kisah baru tanpa melupakan masa lalu. Shani, untuk me...