"Dibanding terus berlari lebih baik aku berhenti, diam, menerima, istirahat, lalu menyembuhkan. Karena sesungguhnya aku benci dengan kenyataan aku masih mencintai."
.
.
.
.
.
.
Yujin semakin jarang pulang kadang ia menginap di tempat Yena atau Hyewon. Dia jadi berfikir untuk menyewa apartemen saja. Satu rumah dengan Minju membuat nyeri didadanya semakin menjadi. Ditambah Minju bersikap baik-baik saja. Entah memang Minju sudah berubah atau dia adalah aktris yang baik.
Tapi malam ini Yujin harus terpaksa pulang karena Papanya sendiri yang meminta. Ia tidak bisa membuat alasan sedang mengerjakan tugas atau yang lainnya.
"Oh ya Yujin jangan lupa jemput kakakmu sekalian, supir Lee sedang cuti hari ini"
Begitu amanah dari sang Papa malam ini. Jadi mau tidak mau saat ini ia sudah menunggu di depan kantor Minju.
Ju masih lama? Aku udah didepan.
Send. Pesan terkirim. Balasan datang tidak lama setelah itu.
Naik aja Jin. Masih ada kerjaan bentar.
Yujin naik ke lantai dimana ruangan Minju berada.
"Selamat malam Tuan Muda" sapa sekretaris Minju.
"Malam, apa aku boleh masuk?"
"Ya Tuan, Nona Kim mempersilakan Anda menunggu didalam saja"
Yujin memasuki pintu kayu berwarna coklat itu. Terlihat ruangan yang luas dengan tembok bercat putih.
"Wahhhh,, meninggalkan ku dan mendapat semua ini ku rasa sepadan Minju, ini luar biasa" ucap Yujin, menghampiri Minju yang tengah sibuk dibalik komputer juga kertas-kertas yang berhamburan dimejanya.
"Direktur Ahn Minju". Yujin membaca dan mengelus stand nama dimeja kerja Minju.
Minju menghela nafas, melepas kacamata yang membingkai 2 mata indahnya. "Ini pengabdian Ahn Yujin, kamu pikir aku mau? Aku hanya mengusahakan kebahagiaan adikku dengan tidak menjadikan Ibunya orang jahat dimata hukum & negara. Meskipun ia sangat jahat dihidupku. Jadi berhenti menyindirku seperti itu, duduklah dan tunggu saja masih banyak pekerjaan yang akan ku selesaikan" ucap Minju.
Sungguh sekarang berbicara dengan Yujin terasa sangat melelahkan.
"Ku kira 2 tahun kebersamaan kita aku adalah orang berarti dihidupmu Minju. Ku kira kamu tidak akan meninggalkanku". Tatapan sendu Yujin adalah kelemahan Minju. Ia sungguh tak tega. "Lalu aku harus bagaimana sekarang??"
Mereka saling tatap. Hening. Mereka berbicara lewat sorot mata. Ada rindu yang bergulung-gulung disana.
Minju memutus kontak terlebih dahulu. "Duduk saja Ahn Yujin jangan mengangguku, kamu akan lebih lama menunggu jika terus mengajakku berbicara. Kita tidak akan pulang-pulang".
"Baiklah kakakku tersayang"
Yujin mengecup pipi Minju dan tersenyum jahil.
"Jangan lakukan itu didepan orang tuamu" ucap Minju kemudian kembali fokus pada komputernya.
***
.
.
.
"Akhirnya hari ini Papa bisa beristirahat dirumah, bermain golf dan jalan-jalan sore" ucap Papa Yujin. "Bagaimana hari pertamamu dikantor?"
Mereka berkumpul diruang makan. Minju bercerita tentang bagaimana kondisi dikantor di hari pertamanya bekerja.
Saat ini Papa Yujin sudah menyerahkan pekerjaannya ditangan Minju sepenuhnya.
"Papa dan Mama berencana untuk berlibur. Honeymoon kedua hahahhahaha"
"Itu rencana bagus Ma,Pa. Kalian ingin pergi kemana?" tanya Minju.
"Maldives or Paris tapi Papa sudah memesan tiket ke Paris dan kita akan berangkat besok. Yujin, kamu jaga kakakmu dengan baik ya selama Mama dan Papa berlibur. Jangan bertindak sembrono lagi. Mengerti??"
"Ya Pa" jawab Yujin dengan malas.
.
.
.
.
.
.
Mereka melambaikan tangan saat mengantar orang tua mereka untuk pergi berlibur. Menikmati masa tua. Mungkin liburan Papa Mama Yujin akan memakan waktu sedikit lama karena jika sesuai rencana mereka tidak hanya mengunjungi satu negara saja.
Yujin merasa sedikit lega, dengan kehadiran Minju yang mengurus perusahaan Papanya, kedua orang tuanya itu bisa bersantai dan merasakan liburan seperti ini. Meski yang dikorbankan disini adalah perasaannya.
.
.
.
"Kamu pulang jam berapa nanti aku jemput, lagipula sopir Lee juga masih cuti kan" tanya Yujin pada Minju yang hendak keluar dari mobil yang mereka tumpangi. Setelah dari bandara tadi Yujin mengantar Minju ke kantor.
"Malem pokoknya nanti aku hubungin aja. Bye Yujin have a nice day"
Yujin menatap punggung yang menghilang dibalik pintu lobi kantornya. Senyum manis tercetak di wajahnya.
"Ku rasa aku tidak perlu melupakan mu Kim Minju" batin Yujin.
.
.
.
Hanya suara denting sumpit yang menghias acara makan malam kedua insan yang telah menjadi kakak adik itu.
"Bagaimana kuliahmu Yujin?"
"So far so good" jawab Yujin cuek.
Minju merapikan alat makan mereka dan mencuci piring-piring yang mereka gunakan lagi.
Ia sedikit terkejut saat sebuah lengan kekar memeluknya dari belakang.
"Ahn Yujin apa yang kau lakukan?"
"Aku merindukanmu Kim Minju. Aku tidak akan pernah mau memanggilmu dengan sebutan 'kak' ataupun 'Ahn Minju' jika bukan yang merubah marga itu karena sebuah pernikahan denganku"
Yujin membalikkan direksi tubuh Minju menghadapnya.
"Dengar baik-baik Kim Minju, aku tidak ingin kita berakhir terlepas dari siapa kita sekarang. Persetan dengan status kakak adik yang kita sandang saat ini aku tidak peduli. Karena aku mencintaimu"
Bibir Yujin menyapa bibir tipis Minju. Memagutnya. Manis.
Harusnya Minju bisa lebih tegas disaat kondisi seperti ini tapi ia juga tidak bisa memungkiri perasaannya jika dihatinya masih ada Yujin seutuhnya. Tanpa sadar ia pun mengalungkan kedua tangannya ke leher Yujin menekan tengkuk pria yang kini menjadi adiknya tersebut untuk memperdalam ciumannya.
Tanpa melepas pagutan Yujin membawa Minju dan menaikannya ke meja makan. Ciuman mereka makin intens. Tidak hanya menyalurkan rindu tapi juga dibumbui sedikit nafsu dari keduanya.
Dirasa kebutuhan oksigen semakin menipis mereka melepaskan ciuman mereka dengan nafas saling berkejaran. Yujin menempelkan dahinya didahi Minju dan mengulum senyuman.
"Aku mencintaimu Minju. Kamu adalah Kim Minjuku, tidak akan ku biarkan orang lain mengambilmu"
.
.
.
.
.
.
.
.
Heh kok pada diem-diem bae wkwkwk. Readers mungkin buat beberapa hari kedepan update makin ga nentu ya bcs urusan rl agak sibuk[dih sok sibuk]... Tapj bakal diusahain kok biar cepet kelar wkwk