11

1K 115 2
                                    

Mencintaimu adalah suatu kebodohan. Namun bersamamu adalah kegilaan yang tak pernah menjadi penyesalan(1).

-Yujin

.

.

.

.

Senyum tak pernah hilang menghias wajah dua insan yang tengah dimabuk cinta. Sepanjang perjalanan pulang Yujin menggemgam tangan Minju dan mengecupnya berulang-ulang. Membawa tangan mungil itu diatas pahanya.

Jalanan sepi karena hari sudah malam. Mobil berjalan melambat ketika sampai didepan rumah Minju. Terlihat disana Wony sedang mondar-mandir diteras rumahnya. Membuat Minju buru-buru turun dari mobil Yujin.

Setelah melihat Minju, Wony lari menghampiri kakaknya. "Ada apa Wony?"

"Ibu pergi dari rumah kak!"

"APA?"

"Ternyata dia pergi sungguhan dari rumah ini" batin Yujin

.

Mereka sama-sama duduk di ruang tamu. Wony mondar mandir menghubungi nomor Ibunya  yang benar-benar pergi dari rumah membawa semua pakaiannya dan hanya meninggalkan sepucuk surat. Ponselnya mati tidak dapat dihubungi.

Menurut cerita Wony, saat ia pulang sekolah rumahnya tersebut sudah dalam keadaan kosong.

"Kita lapor polisi saja" ucap Yujin.

"Tidak perlu" seru Minju. "Bagus dia pergi dari rumah ini, aku tidak perlu mencari alasan untuk mengusirnya"

"Minju!!"

"Kakak" Wony memandang Minju dengan pandangan tidak percaya. Matanya mengabur karena air kata, lalu ia berlari ke kamar dan menguncinya.

Yujin menghela nafas. "Kamu keterlaluan Minju, bagaimanapun dia adalah walimu saat ini. Dia istri sah mendiang Ayahmu. Otomatis dia adalah ibumu."

"Ibuku sudah lama mati, Yujin" seru Minju lagi dengan nafas yang menderu menahan emosi.

"KIM MINJU!!! KAU KETERLALUAN! KIM MINJU YANG KU KENAL TIDAK SEPERTI INI!"

"TAHU APA KAMU TENTANG HIDUPKU YUJIN!!"

Suasana mendadak mencekam. Hanya detak jam yang mampu memecah keheningan setelah teriakan dari kedua insan terdengar.

Tak mau memperumit masalah saat emosi tengah menguasai, Yujin berlalu ke arah dapur mengambil minum dan membujuk Wony yang menangis dikamar untuk membuka pintunya. Setelah mendapat sautan dari dalam kamar yang mengatakan bahwa Wony baik-baik saja, Yujin memutuskan untuk pulang saja. Atau mungkin ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan.  Meninggalkan Minju yang masih terdiam diruang tamu.

.

.

.

.

.

.

.

.

Satu minggu berlalu, keberadaan Eunbi belum diketahui. Yujin dan Wony sudah melaporkan Eunbi ke polisi namun sampai sekarang belum ada berita apapun.

Mereka bertiga juga masih perang dingin setelah pertengkaran malam itu.

Minju benar-benar seperti mati rasa. Kebenciannya sudah dibatas akhir pada Eunbi. Kepergian Eunbi seperti sesuatu yang ditunggunya selama ini. Rumah itu begitu damai tanpa pertengkaran-pertengkaran yang terjadi antara mereka berdua.



Tok tok tok

Minju membuka pintu rumahnya.  Dipikirnya Yujin yang kesana. Tapi dihadapannya berdiri seorang paruh baya dengan seragam polisi. "Apa benar ini adalah kediaman Kim Eunbi?"

Minju masih menatap bingung polisi didepannya. Wony yang baru datang karena mendengar nama Eunbi langsung mendatangi polisi tersebut dan mengiyakan.

"Kami dari pihak kepolisian Seoul sedang mencari nona Kwon Eunbi terkait tindak penipuan yang membawa kabur uang sejumlah 3,4 T. Apa yang bersangkutan sedang berada ditempat?"

Minju dan Wony tentu saja syok mendengar hal itu. Mereka menjelaskan yang sebenarnya bahwa Eunbi telah pergi dari rumah ini sekitar seminggu yang lalu dan mereka sudah melaporkan kehilangan pada pihak polisi namun belum ada konfirmasi apapun.

Minju dan Wony ikut pergi ke kantor polisi untuk bertemu dengan pelapor. Korban bisa saja menempuh jalan mediasi jika ada kesepakatan untuk mengembalikan uang tersebut dan nama Eunbi tidak akan masuk dalam daftar buronan.

Kepala Minju seakan mau pecah. Sedari tadi Wony sudah menangis, ia tidak mau hal buruk terjadi pada ibunya. Sejak pulang dari kantor polisi Wony memohon-mohon pada Minju untuk menyanggupi pengembalian uang itu terhadap korban.

Lalu dari mana Minju akan mendapat uang sebanyak itu? Gajinya selama 1 tahun pun tidak akan cukup untuk mengganti uang tersebut.

Ia mencoba tidak peduli,  tetapi melihat adiknya sesedih itu ia jadi tidak tega.


























Hanya ada satu cara, Minju teringat tawaran dari Ayah Yujin!













(1) qoutes from "bacot tetangga"

Hadehhh cerita ini makin gaje...




Spechless (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang