"Lupakan yang sudah berlalu. Kecewaku biar sembuh dengan bahagia baru. Kamu termaafkan, asal jangan mengulang sebab, dan juga kebohongan lain yang kamu lakukan"
.
.
.
.
.
.
Minju bangun dengan rasa pusing hebat di kepalanya. Perutnya juga serasa di kocok tak karuan. Ia berjalan sempoyongan kekamar mandi dan mengeluarkan semuanya sampai tenggorokan terasa sangat pahit.
Ia merasakan pijatan halus ditengkuknya. Tidak peduli siapa itu ia hanya butuh menyelesaikan hajatnya.
Setelah cuci muka dan mengikat rambutnya, Minju keluar kamar mandi dan disuguhi teh madu hangat dimeja, juga senyum manis dari lelaki pujaan hatinya.
Yujin memang menginap disana, Eunbi menahannya saat dia ingin berpamitan pulang karena hari sudah sangat malam. Demi keamanan lebih baik ia menginap saja. Yujin tidur di sofa kamar Minju.
Minju menyesap teh madunya. Suasana hening, ia justru salah tingkah sendiri mengingat pesan yang ia kirim ke Yujin, dan mengingat keadaannya sekarang pasti lelaki dihadapannya itu sadar bahwa ia berbohong semalam. Entah sudah berapa kebohongan yang ia katakan pada Yujin.
"Tidurlah lagi, bosmu sudah memberikan izin padamu untuk bolos kerja semalam, aku pulang" ucap Yujin sambil mengelus lembut rambut Minju.
Hari memang sudah pagi, mentari sudah bangun dari peraduannya.
"Yujin aku,"
Ucapan Minju terpotong. Karena Yujin mendahuluinya. "Tidak papa, mungkin kau hanya butuh waktu sendiri, sharing dengan orang yang lebih dewasa darimu lebih baik bukan orang kekanakan sepertiku Minju"
Sorot lembut dari mata Yujin menghilang, digantikan raut kekesalan atau mungkin kemarahan.
"Tapi alangkah baiknya, jika kamu jujur saja padaku Minju" ucap Yujin.
"Bukan begitu, Yujin kamu salah paham.."
"Istirahatlah, aku pulang"
Minju mengerang frustasi, sakit kepalanya bertambah 2 kali lipat.
***
.
.
.
Yujin memasuki rumahnya. Di meja makan ayahnya sedang sibuk dengan ipad ditangannya, ibunya sedang memasak sarapan.
"Aku puulaang, pagi pa,pagi ma" sapa Yujin.Sang ayah menurunkan kaca matanya. Meletakkan ipadnya ke meja menatap anak semata wayangnya itu. "Dari mana kamu?" tanya sang Ayah.
"Minju, aku menginap disana. Aku meminta bantuan Minju menyelesaikan tugas kuliahku" jawab Yujin tentu saja berbohong.
"Yujin ada yang ingin Papa bicarakan denganmu" sorot mata serius itu membuat Yujin takut. "Ini mengenai Minju, lepaskan dia Yujin"
BRAK
Emosi menguasainya, moodnya buruk pagi ini karena Minju dan sekarang Ayahnya semakin merusak moodnya.
"Aku sudah menuruti apapun yang Papa suruh" Yujin berdiri sambil menatap nyalang sang Ayah. "Tapi tidak untuk kali ini, kenapa Papa tidak bisa menerima Minju, Papa yang ku kenal tidak pernah membedakan strata sosial lalu kenapa Pa?"
Ayahnya menatap Yujin dengan dahi berkerut. Sepertinya Minju belum mengatakan sesuatu pada Yujin.
"Kamu salah paham Yujin, bukan itu maksud Papa" Ayahnya menatap anak semata wayangnya dengan lembut. Memintanya untuk duduk kembali.
