16

1K 130 9
                                    

Yang minta double up udah tuh wkwk buat ngeganti karena jarang up

.

.

.

" Yujin, katakan kemana rindu ini harus ku beri ?"







Setelah mengantar Chaewon ke depan, Minju kembali ke kamar Yujin.

Adiknya itu sudah pergi ke alam mimpi. Bau alkohol menusuk hidungnya.

Minju melepas sepatu yang dikenakan adiknya tersebut. Dan membuka jaketnya menyisakan kaos hitam ditubuh Yujin.

Selama mereka pacaran Minju tidak pernah melihat Yujin sampai semabuk ini. Bahkan ketika bersama Minju dulu, ia selalu menasehati Yujin untuk tak minum-minum sampai berlebihan.

.

.

Minju kembali menyeka keringat didahi adiknya. Setelah ia melap tangan dan juga wajah Yujin agar semakin nyenyak tidurnya.

Tak disangka bahwa Yujin sedikit demam. Bahkan ia mengigau sekarang. Keringat dingin terus membanjiri dahinya.

"Minjuu" gumam Yujin lirih.

Mendengar itu Minju menggenggam tangan Yujin dan menyeka lagi keringatnya.

"Minju"

"Ya, Yujin aku disini"

Yujin membuka matanya. Pandangannya kabur. Perutnya secara diputar. Ia pun bangkit berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.

Hoekk

Yujin memuntahkan semua isi perutnya. Minju membantunya dari belakang sambil mengusap punggungnya.

Setelah dirasa cukup, Yujin berkumur dan cuci muka masih dengan Minju menungguinya disana.

Minju tahu adiknya itu juga merasa pusing.

Berbaringlah Yujin, aku akan membuat teh madu dulu.

Baru Minju akan beranjak, Yujin menarik tangannya sehingga membuat Minju jatuh dipangkuannya.

"Tetaplah disini" ucap Yujin sambil memeluk Minju erat dari belakang menopang dagunya dipundak Minju.

"Aku hanya akan membuat teh lalu kembali" kata Minju berusaha melepaskan diri.

"Aku hanya butuh kamu,tidak butuh yang lain"

Tak punya pilihan Minju hanya mengangguk. Hembusan nafas Yujin dilehernya membuatnya geli apalagi kini pria itu mengendus lehernya.

"Yujinnhhhh"

"hmmmm??"

.

.

.

.

.

.

Sinar mentari masuk ke ruangan melalui celah-celah ventilasi udara dikamar tersebut. Belum ada kehidupan sepertinya dikamar itu.

Kecuali Yujin yang sudah membuka matanya sedari subuh tadi. Menatap bidadari cantik dihadapannya yang masih tertidur lelap, masih berkelana dialam mimpi.

Sesekali ia menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik itu. Atau sekedar menarik selimut menutupi tubuh mereka.

"Morning my princess"

Senyum bulan sabit juga terbit di wajah Minju. Tapi sedetik kemudian "astaga Yujin jam berapa ini, aku harus berangkat bekerja"

Belum sempat Minju bangun, Yujin lebih dulu membawa Minju dalam pelukannya.

"Tidak bisakah libur sehari saja. Lihatlah adikmu masih demam, sebagai kakak yang baik kamu harusnya merawatku" ucap Yujin.

Minju juga bisa merasakan hangat tubuh Yujin dan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat didada bidang Yujin.

"Tapi Yujin.. "

"Papa akan lebih berterima kasih saat kamu memproritaskanku dibanding dengan perusahannya" ucap Yujin lagi. "Sehari saja Minju, jadilah milikku lagi. Aku mencintaimu"

.

.

.

.


.

Hari ini Minju menuruti permintaan Yujin. Dia mengambil cuti sehari. Tak lupa juga memberitahukan pada Presdir Ahn alias Papa Yujin bahwa Yujin tengah demam sehingga ia tidak bisa pergi ke kantor.

Setelah mendapat kabar itu, orang tua mereka yang tengah berlibur pun segera menelfon untuk mengetahui keadaan putranya.

"Oh Minju, tolong jaga Yujin yaa dia memang seperti itu jika sudah kelelahan dan tertalu banyak pikiran" ucap sang Mama ditelepon. Sepertinya Mama Yujin melupakan fakta bahwa mereka sempat berpacaran. Tentu saja Minju tahu kebiasaan itu,  Yujin akan demam ketika kelelahan saat jadwal dengan club basketnya sedang padat atau sekedar tugas kuliah menumpuk saja Yujin bisa sakit.


.

.

"Yujin-ah bangunlah kamu harus makan dulu ini aku buatkan bubur"

Yujin bangkit dari posisi rebahannya dan mencicipi bubur buatan Minju.

"Minju, tolong suapi aku" pintanya manja.

"Aih. Kamu sangat manja"

Seharian ini mereka habiskan dengan quality time layaknya keluarga. Ah keluarga atau sepasang kekasih entahlah.

Mereka menonton drama bersama, bermain game. Juga Yujin membantu Minju memasak untuk makan malam.

Demamnya sudah sembuh. Jadi tingkah tengilnya Yujin sudah mulai mengusik Minju lagi. Wkwk.






.

.



.

"Kamu disini rupanya" Yujin menghampiri Minju di balkon rumah mereka. "Segelas coklat hangat untukmu dan kopi untukku"

"Yaa, kamu baru sembuh sini tukar, kamu minum coklatnya" ujar Minju berusaha merebut gelas kopi ditangan Yujin.

"No. Ahn Minju. Kamu harus mengurangi kopi. Oke!!"

"Huftt. Baiklah. Tuan posesif"

Yujin terkekeh pelan dengan tingkah Minju. Mereka sama-sama terdiam asik dengan pikiran masing-masing.

.

.

.

"Kim Minju..? "

"Hmmmm"

"Bagaimana jika kita melarikan diri saja. Pergi ke tempat dimana tidak seorang pun bisa menemukan kita"





Spechless (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang