"Aku tahu konsekuensi dari jatuh cinta padamu adalah melepaskan."
-Minju
Selepas dari lemburnya diluar Minju sudah ditunggu oleh seseorang bukan Yujin ataupun Jaemin.
“Silahkan Nona anda sudah ditunggu oleh Tuan” kata seorang dengan dengan setelan jas rapi yang diketahui itu sebagai asisten pribadi Papa Yujin.
Tidak biasa Ayah Yujin ingin menemuinya secara pribadi, firasatnya mengatakan bahwa ini ada hubungannya dengan pembicaraan mereka terakhir kali. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit Minju sampai disalah satu restoran Jepang. Asisten pribadi Papa Yujin membimbing Minju masuk ke dalam.
Dilihatnya pria paruh baya yang sedang duduk santai menikmati arak mahal yang dipesannya. Dengan sopan Minju membungkukkan badan dan menyapa sang calon mertua. Mereka bertukar kabar basa-basi sebelum kepembicaraan inti. Pembicaraan yang membuat Minju harus mengerahkan logikanya supaya dapat berfikir secara logis, juga mencoba mempertahankan argumennya agar tak mudah dipatahkan oleh orang dihadapannya yang memiliki kuasa penuh terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya dengan hubungannya dengan Yujin.
Dan keputusan final telah tersepakati hanya dalam satu pertemuan. Minju tak punya pilihan.
Yujin aku minta maaf,
Untuk selanjutnya bencilah aku
Jangan menengok kebelakang untuk meyakinkanku
Mari melangkah bersama meski tak beriringan lagi
Aku memang bodoh Yujin,terlalu mudah menyerah
Tapi bukankah kita masih terlalu naïf untuk membicarakan keseriusan,pernikahan..
Kita hanya berhak tapi belum pantas
Aku mencintamu, terlepas dari apapun yang akan ku lakukan kedepan aku tetap mencintaimu.***
Rasanya baru sedetik yang lalu Minju dibuat tersenyum-senyum oleh tingkah sang kekasih karena bingkisan makan siang. Semua rangkaian kisah berkelebatan dalam pikirannya, matanya mengabur oleh air mata bahkan untuk sekedar memencet tombol call pada Yujin pun jarinya sangat berat tapi siap tidak siap ia harus siap.
Ia mencoba menetralkan suaranya ketika nada tersambung telah berbunyi.“Halo sayang?” ucap Yujin diseberang sana. “Minju?” ulangnya karena tak ada jawabannya."Kenapa sayang?”
“Hiks,, ” Minju membekap mulutnya agar suara isakannya tak terdengar oleh Yujin, sayang Yujin sudah terlanjur panik diseberang sana.
Minju tak ingat, apa yang terjadi setelah itu, bagaimana ia tiba-tiba sudah duduk berdua di tepi Sungai Han dengan Yujin. Isakannya masih terdengar, ia masih menunduk menyusut air mata yang masih mengalir. Yujin disampingnya masih diam, sejak menemukan Minju duduk di trotoar tak jauh restoran Jepang tersebut yang dilakukan Minju hanya menangis jadi Yujin tak tau apapun apa yang membuat sang kekasih menangis seperti itu.
“Minju, apa aku ada salah? Kau kenapa ? Aku minta maaf soal yang kemarin malam itu aku hanya tidak suka kau mengatakan hal itu” ucap YUjin yang masih menerka-nerka apa salahnya, apa ynag membuat Minju menangis seperti itu.
Minju mulai berani mendongakkan kepalanya menatap Yujin, lalu sedikit mengulas senyum. “Aku hanya lelah Yujin, tuntutan pekerjaan, maaf ya membuatmu khawatir”
Yujin melepas sealt bealt yang mereka pakai dan menarik Minju kedalam pelukannya. Pelukan yang menenangkan. Dibalasnya pelukan Yujin dengan erat seakan tak kan ada hari esok untuk mereka berdua, dan mungkin memang tak kan ada.
"Kenapa dia, apa dia mabuk?"
Yujin menggendong Minju masuk ke dalam rumah setelah Eunbi membukakan pintu. Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. Ekpresi kesal jelas menghiasi wajah Eunbi, karena mereka mengganggu waktu tidurnya.
"Tidak Bu, dia hanya kelelahan,maaf aku membawanya keluar sampai larut malam dan tidak mengabari" ucap Yujin menjelaskan. Ia membaringkan Minju diranjangnya, melepas sepatu dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Sebelum ia keluar dari kamar Yujin mematikan lampu dan tak lupa mencium singkat dahi Minju.
Dibawah Eunbi membuat teh untuk dirinya dan juga Yujin.
"Yujin, aku ingin bicara denganmu kalau kau ada waktu sebentar saja" pinta Eunbi.
Asap masih mengepul dari cangkir keduanya, masih belum tersentuh, masih belum ada yang bersuara. Yujin mengamati kalau Ibu tiri dari kekasihnya ini dipastikan sedang memilih kata untuk memulai pembicaraan.
"Katakan saja Bu, kau bisa menceritakan semuanya padaku" ucap Yujin. Diseberang meja Eunbi menghela nafas tangannya bergerak gelisah mengitari pinggiran cangkir.
"Tolong jaga Minju, dan jangan mengecewakannya,karena aku sudah menghancurkan keluarganya Yujin". Eunbi menunduk ada rasa bersalah yang mendalam yang tidak bisa ia sampaikan.
"Kau mungkin berfikir jika aku sangat membenci Minju bukan? Tapi sebenarnya aku sangat menyanginya. Hanya saja egoku selalu menang dibanding nuraniku".
"Aku akan pergi dari rumah ini Yujin"