"Can we go to your place and try to play the vinyl that I've just bought?" Tanyanya. Ada jeda sebelum Radith menanggapi pertanyaannya.Sepertinya Radith terkejut dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan padanya. Sera di sisi lain tidak mengerti bagian mana yang salah dari pertanyaannya itu.
"Lo gak takut gue culik?"
Pertanyaan Radith membuatnya tergelak. Entah mengapa ia tersenyum geli melihat reaksinya itu. She finds it adorable. Is she too straight forward?
"Nope. Gue punya belt hitam karate, so you won't dare do any harm to me." Katanya.
"Hm? I'm impressed." Katanya. Sera tersenyum bangga mendengar pujiannya. "Alright.. let's go to my place kalau gitu.. gue parkir kendaraan gue di sana, yuk." Katanya mengajaknya untuk mengikutinya.
Tak berapa lama mereka pun sampai. "Akhirnya kita sampai.." Katanya berhenti tepat di sebelah sebuah motor.
"Waw.. motor lo keren banget.. gue belum pernah naik motor kayak gini." Kata Sera dengan nada bersemangat.
"Here.. pake helm ini." Kata Radith sambil memakaikan Sera helm yang ia bawa. Sekilas mata mereka kembali bertemu ketika ia melakukan itu. Selain perilakunya yang berubah, Ia baru sadar jika raut wajah Radith kini terlihat semakin dewasa.
How much he has changed since the last time she saw him 7 years ago that she hasn't realized yet?
Seperti fakta bahwa ia baru sadar jika Radith memiliki tulang rahang yang begitu tegas atau bagaimana ia baru memperhatikan bahwa hidung pria ini begitu mancung sempurna.
"Ehem..sini, biar gue yang gendong tas gitar lo." Kata Sera menawarkan diri untuk keluar dari khayalan liar pikirannya kini.
"Gapapa gue titip lo?" Tanyanya seperti merasa bersalah. Ia tahu tas gitar itu cukup besar jika dibandingkan dengan tubuh Sera yang kecil.
"Yaelah gini doang." Katanya.
"Haha alright.. hop on." Katanya, menyuruh Sera untuk menaiki motornya.
"Alright." Kata Sera. Kedua tangan Sera berpegangan pada pinggang pria itu.
"Ready?"
"Yap."
"Let's go." Katanya.
****
Radith membawanya ke kawasan gedung apartemen di Jakarta Selatan. Sepanjang perjalanan menuju unit apartemen Radith, ia menceritakan tentang alasan mengapa ia memilih untuk menaiki motor ketimbang mobil. Sera baru tahu jika ternyata motor tersebut adalah motor peninggalan mendiang ayahnya. Radith berpikir untuk terus menggunakannya selagi ia mampu karena itu merupakan kenangan baginya.
Ya, sama sepertinya, ternyata Radith juga telah kehilangan satu orang tuanya. Atau mungkin Radith lebih beruntung, karena Sera merasa ayahnya pun tidak pernah hadir di kehidupannya sejak ia kecil walaupun ia masih hidup.
"Are you living by yourself now?" Tanyanya ketika akhirnya mereka sampai di unit apartemennya.
"Yap. Udah 2 tahun, sejak gue berhasil nabung dan beli studio apartemen sederhana ini.." Sahutnya. "Hidup sendiri ternyata lebih enak, lo gak akan diomelin kalau pulang malem kayak gini." Katanya.
"Mami lo pasti kangen berat anak kesayangannya tinggal jauh dari dia." Celetuknya ketika akhirnya pintu dibuka dan Radith mempersilahkannya masuk.
Sera kemudian masuk dan melihat kondisi apartemen Radith yang begitu mencirikan bahwa unit apartemen itu dimiliki oleh seorang pria lajang. Wangi khas Radith tercium di setiap sudut apartement ini, sandalwood, musk, dan juga bunga-bungaan yang mencirikan wangi maskulin namun tetap lembut di hidung seorang wanita.

KAMU SEDANG MEMBACA
STRINGS
ChickLitSebuah cerita tentang pertemuan antara Radith dan seorang gadis bernama Sera. Pertemuan itu singkat namun melekat. This is not your average tale of serendipity Meeting and parting, not as simple as they might think This is my #3 writing attempts. Pl...