°•Masalah (2)•°

338 44 3
                                    

Dokter baru saja siap memeriksa keadaan Sowon, Sowon di beri suntikan pereda dari suster. Kini ia masih menutup mata nya.

Eunha masih setia duduk di samping Sowon terbaring.

"A-ambil ke-ertas dan pena" Eunha tersentak, Sowon mengucapkan kata itu sangat pelan. Eunha sedikit heran tetapi tetap di laksanakan permintaan Sowon itu.

"Catat apa yang gua bilang" Eunha membuka telinga nya agar mendengar jelas apa yang di ucapkan Sowon itu.

"Sekelompok yang hilang itu adalah Stray Kids, gua harus menemukan mereka," Eunha menulis dengan secepat mungkin, dia belum menyadari apa yang di maksud Sowon. "Saat gua mimisan mereka ada di sekitar. Dan mereka masih hidup" Eunha selesai mencatat apa yang di ucapkan Sowon.

Dia membaca tulisan itu dalam hati.

Ha? Tak mungkin -Eunha.

"Apa maksud lu?" Tanya Eunha benar-benar heran melihat tulisan nya yang menyangkut dengan Stray Kids.

Sowon hanya diam dan meminta kertas tersebut dari tangan Eunha. Eunha juga diam melihat Sowon dan memberi kertas tersebut.

Mata Sowon yang tertutup tadi, kemudian terbuka dan berucap "gua harap lu orang nya ga bocor" respon Eunha hanya diam.

🍡🍡🍡

Sudah lebih dari 10 menit Eunha dan Sowon hanya diam, tak ada yang mau bicara diluan. Sama-sama adu sikap.

"Ck, panggil suster lah" akhir nya Sowon yang buka suara diluan, Eunha hanya menuruti keinginan Sowon. Selang berapa menit seorang suster datang ke ruangan Sowon.

"Ada apa, nona?" Sowon membisikkan sesuatu ke suster tersebut, barulah suster itu mengangguk dan pergi dari ruangan.

Eunha melihat tingkah Sowon jadi heran-heran gimana gitu. Ga lama suster itu pergi ia kembali masuk dan membawa beberapa obat luka.

"Nona ke sini sebentar" suster mengajak Eunha untuk duduk di sofa bersama nya. Sedang kan Eunha menunjuk diri nya menggunakan bahasa isyarat, karna diri nya tak ingin geer.

"Iya, kamu nona" Eunha segera mendekat dan duduk di samping suster itu.

Barulah Eunha menyadari bahwa lutut nya sedang luka. Dengan suster itulah luka yang ada di lutut Eunha sudah tertutup.

"Terima kasih suster" bow Eunha 90°.

Sebelum pergi Sowon meminta suster itu mengatur kasur nya agar ia bisa duduk sambil bersandar.

"Woi bantet. Lu belum mandikan?" Tanya Sowon melihat pakaian Eunha kotor. "Pulang sana, ganti baju sekalian bawa handphone gua sama beliin makanan" tutur Sowon.

Sedangkan Eunha menggerutu kesal dengan sikap Sowon.

"Ga papa kan gua tinggal? Atau perlu kawan cowok lu itu gua panggil ke sini" mendengar penuturan Eunha tersebut membuat Sowon berubah ekspresi.

Kenapa dengan ekspresi nya? Lagi berantem ya? Bisa berantem juga ternyata -Eunha.

"Ga usah, udahhh... sana, tinggal bawa apa kemauan gua aja. Makasih" Sowon langsung menggerakkan badan nya membelakangi Eunha yang sedang di depan pintu keluar.

"Yaudah, gua pergi dulu. Kalau ada apa-apa panggil aja suster tadi" Sowon hanya diam, Eunha sudah pergi.

"Ahk! Sakit," Sowon langsung membetulkan kembali cara baring nya tadi. "Kenapa baru sekarang terasa sakit nya, gimana mau jalan kalau kaki aja mati rasa" Sowon yang ingin memukul kepala nya baru ingat, bahwa kepala nya saja sudah di baluti oleh kain.

「2」FIND US⏳{Temukan Kami} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang