"Kalau memang hal itu bisa membuat saya dimaafkan, maka tolong keluarkan saya."
"Sahi-ya!" bentak Hyunsuk.
Hyunsuk tak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia berharap telinganya salah. Anak itu benar-benar cari mati. Di balik sikapnya yang dingin dan pendiam, Asahi mempunyai nyali untuk melawan agensi dengan berkata demikian.
Staf terlihat memijit pelipisnya seraya mengembuskan napas berat. Namun kemudian ia malah tersenyum tipis, membuat Hyunsuk merasa ngeri.
"Kamu pemuda yang cukup berani," ujar sang staf. "Saya tahu kamu dan kalian semua merasa tertekan. Ini adalah comeback pertama setelah debut kalian sukses besar, pasti kalian terpacu untuk menampilkan yang lebih baik. Saya memahami itu."
Hyunsuk semakin merasa ngeri dengan nada bicara staf itu yang terkesan sangat tenang. Ia tahu betul bahwa staf tersebut sedang menahan emosi dengan bersikap demikian.
"Hyunsuk-ah.."
"I-iya, Nunim."
"Tolong jaga adikmu yang satu ini, mungkin dia butuh perhatian lebih. Ajari dia sopan santun juga. Saya memaafkan kalian untuk kali ini. Dan tolong bakar tiket pesawat itu!"
"Baik, Nunim."
Dengan begitu, seluruh staf dan jajarannya pun meninggalkan ruangan. Menyisakan keheningan di antara Hyunsuk dan Asahi.
Asahi masih tak bergeming di tempatnya. Pikirannya tak bisa menerka, apakah dirinya memang bersalah atau tidak. Ia mempertanyakan apakah salah merindukan kampung halaman? Seakan-akan hal itu adalah dosa besar. Satu hal lagi yang memenuhi kepalanya sekarang adalah rasa malu. Ia malu harus melibatkan Hyunsuk karena sesuatu yang ia perbuat. Ia malu, Hyunsuk harus ikut menanggung perbuatannya.
Hyunsuk meraih tiket pesawat di hadapannya. Staf memintanya untuk membakar kertas tersebut. Namun, melihat Asahi tertunduk lesu, Hyunsuk jadi tak tega.
"Sahi-ya..," panggil Hyunsuk. "Gue gak nyangka ada kejadian macam ini. Dan gue sebagai leader gak tau apa-apa. Gue malu."
Asahi mengangkat kepalanya perlahan. "Gak, gak, Hyung! Harusnya gue yang malu!" jeritnya dalam hati.
"Gue malu banget," lanjut Hyunsuk. "Lagi-lagi gue payah jadi leader. Gue tahu, kangen sama kampung halaman itu gak enak banget. Apalagi tempat lo sekarang gak pernah bikin lo nyaman, tapi...." Hyunsuk tercekat. Tenggorokannya terasa kering dan tiba-tiba saja air mata jatuh di pipinya.
Asahi spontan mendekatkan kursinya ke Hyunsuk dan meraih tangan hyungnya begitu ia melihat pipi Hyunsuk basah air mata. Entah mengapa robot kaku sepetinya bisa berinisiatif melakukan hal tersebut.
"... gue gagal lagi jadi leader," Hyunsuk tertawa pahit di sela tangisannya. "Ini kesempatan kedua gue, tapi gue sia-siain begitu aja. Gue udah gak punya kesempatan lagi buat jadi leader yang baik."
"Hyung..." panggil Asahi sama tercekatnya. "Jangan bilang gitu."
"Agensi masih mempertahanin kita karena sebentar lagi comeback. Setelah promosi selesai, lo bebas nentuin pilihan lo," ucap Hyunsuk sambil mengelap air matanya sembarangan.
"Pilihan?"
"Lo selalu punya pilihan, stay dan tetap punya sebelas teman yang akan selalu dukung lo walaupun terkadang gak memahami lo, atau pergi, nemuin apa yang lo suka dan bikin lo nyaman, tapi kehilangan semuanya. Lo bebas milih, gue gak akan nuntut apa-apa lagi."
Hyunsuk bangkit dari tempat duduknya setelah terlebih dahulu menyingkirkan telapak tangan Asahi yang mengurung punggung tangannya. Ia menghela napas berat. "Pikirin baik-baik, jangan sampai lo nyesel," ucapnya seraya berlalu, meninggalkan tanda tanya besar bagi Asahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EASE - HYUNSUK x ASAHI
Fanfiction[Completed] Asahi tak pernah tahu bagaimana rasanya berteman akrab dengan seseorang. Selama hidupnya, ia hanya berteman baik dengan dirinya sendiri. Sampai suatu saat, Hyunsuk selalu mengganggunya. Hyunsuk menempatkan dirinya sebagai teman. Hingga A...