14. Burn it Up

1K 144 6
                                    

Asahi terkena tipes. Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh dokter. Setelah beberapa hari bergelut dengan demam dan tak kunjung sembuh, akhirnya kekebalan tubuh Asahi menyerah dan ia terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Beruntung keadaannya mulai membaik setelah dua hari dirawat.

Asahi baru saja akan memejamkan matanya tatkala pintu ruangan dimana dia dirawat diketuk. Hyunsuk muncul dari balik pintu, memakai kaos hitam polos tanpa aksesori. Sepertinya ia baru saja latihan dance.

"Sahi-ya!" sapa Hyunsuk dengan senyum cerianya. "Gimana? Udah baikan?"

"Lumayan, Hyung."

"Kita bawain buah buat lo, biar cepet sembuh," ujar Hyunsuk sambil meletakkan sekeranjang buah-buahan segar di atas nakas.

Asahi hanya mengucapkan terima kasih. Ia heran, seperti ada yang aneh dari suasana ini. Dan Hyunsuk terlihat sedikit berbeda, entah apa.

"Yang lain nggak ikut ke sini, Hyung?" tanya Asahi kemudian.

"Ahh, mereka balik ke dorm, capek katanya."

Ah ya, mungkin bukan itu alasan sebenarnya. Yang Asahi tahu, member Treasure tidak akan pernah merasa terlalu lelah untuk sekadar menjenguknya. Mungkin Hyunsuk melarang mereka untuk ikut karena mengkhawatirkan ketidaknyamanan Asahi. Namun, diam-diam Asahi merindukan para membernya dan menginginkan mereka semua berada di sini.

Merindukan? Ia bahkan tak pernah benar-benar berteman dengan mereka.

Setelah itu, keheningan mulai merayap di antara mereka berdua. Asahi memang terbiasa dengan suasana seperti ini selama hidupnya, namun baru kali ini ia merasa tak nyaman. Hyunsuk yang biasanya selalu mengoceh pun kini hanya diam sambil sesekali mengamati ruangan.

"Hyung," panggil Asahi. Tenggorokannya yang kering serasa seperti tercekat. "Gimana latihan dance-nya?"

"Ahh, lancar-lancar aja kok," jawab Hyunsuk singkat.

Asahi tak pernah mengharapkan jawaban pendek dari Hyunsuk. Tak menyerah, ia bertanya lagi. "Shooting buat dance practice-nya gimana?"

"Yang pasti diundur dan nungguin lo pulang dulu."

Asahi hanya mengangguk karena ia memang tak berbakat dalam memancing obrolan agar menjadi lebih panjang. Agaknya rasa frustasi mulai menghampiri Asahi. Ia tahu bahwa hyungnya sedang tidak baik-baik saja, namun ia tak tahu bagaimana ia harus bersikap.

"Hyung, boleh minta tolong nggak?" tanya Asahi kemudian.

"Apa?"

Asahi bangkit untuk duduk dan meraih tas pinggang favoritnya yang terletak di atas nakas. Setelah beberapa saat ia merogoh, Asahi mengeluarkan sebuah kertas yang tampak tak asing. Dengan ragu, ia menyerahkan kertas tersebut pada Hyunsuk.

"Tolong bakar ini."

Beberapa saat Hyunsuk terpaku menatap kertas itu. Kertas yang beberapa hari lalu menjadi sumber masalah. Hari ini kertas tersebut muncul lagi dengan tampilan yang lebih kusut daripada saat pertama kali Hyunsuk melihatnya.

"Hyung?" panggil Asahi karena melihat Hyunsuk hanya diam tak merespon.

"Kenapa?"

"Tolong bakar-"

"Kenapa lo minta sama gue?" potong Hyunsuk tanpa ekspresi.

Asahi terkejut bukan kepalang mendengar respon hyungnya. Ia tak menyangka harus mendengar respons hyungnya yang kali ini terkesan dingin dan apatis.

"Harusnya tiket pesawat itu nggak pernah ada kan dari awal?"

Asahi langsung menarik kertas tersebut kembali ke dekapan. Ia tundukkan pandangannya karena tak kuasa melihat wajah murka Hyunsuk memarahinya untuk pertama kali.

"Dan sekarang lo minta gue buat bakar tiket itu?" Hyunsuk bangkit dari duduknya, berusaha keras agar tak terbakar emosi sesaat. "Oke, gue bakal tanggung jawab. Sini, biar gue bakar tiketnya!"

Asahi bingung harus bereaksi seperti apa. Ia menyesal telah menghadirkan tiket pesawat itu sebagai masalah. Alhasil ia hanya semakin tertunduk dan semakin menggenggam erat kertas di tangannya.

"Sini!" pinta Hyunsuk sekali lagi sambil menyodorkan tangannya. Karena tak kunjung mendapat reaksi, Hyunsuk pun akhirnya merebut paksa tiket itu dari genggaman Asahi.

"Gue bakal bakar masalah ini," ucap Hyunsuk sambil mengacungkan tiket tersebut tepat di depan wajah Asahi. "Gue harap kita sama-sama belajar kalo manusia yang numpahin segelas air di kerumunan semut, manusialah yang harus beresin pecahan gelasnya, bukan semut yang nggak berdosa."

Dengan begitu Hyunsuk langsung pergi meninggalkan Asahi yang langsung paham dengan analogi sarkastik yang disampaikan Hyunsuk.

EASE - HYUNSUK x ASAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang