~ Ultimatum Alexis ~

4.2K 128 27
                                    

Jam menunjukkan pukul 00:10, Felix masuk kamar secara diam-diam, namun dia kaget melihat Alexis masih duduk di sofa di pojok kamar,

"Tumben Lex jam segini kamu belum tidur?" 

"Kamu sudah tahu kan kenapa aku belum tidur jam segini? Aku sengaja tunggu kamu pulang .. besok pagi, kamu harus tinggalkan rumah ini, dan aku gak mau anak-anak tahu kalau kamu pergi karena kita habis ribut!!" Ancam Alexis dengan tegas

"Terus apa dong alasannya aku harus keluar dari rumah ini?" Tanya Felix

Alexis memberikan hapenya pada Felix,

"Kamu buka chat dari nomor tak dikenal itu, kamu akan tahu kenapa alasannya harus tinggalkan rumah ini!!"

Felix membuka chat WA yang ada di hape Alexis dengan penuh tanda tanya, di luar dugaannya kalau isi chat tersebut adalah foto-foto mesranya dengan Adriana. Felix sudah tidak tahu harus kasih alasan apa sama Alexis. Dia hanya termenung lesu melihat foto-foto yang ada di hape Alexis.

"Ok Lex, aku tidak akan kasih alasan apa pun sama kamu, aku cuma mau bilang ini sudah berakhir."

"Udah sebaiknya kamu tinggalkan aku dan anak-anak, dari pada kamu harus kehilangan pekerjaan dan pergaulan bisnis." Desak Alexis

Belum sempat Felix memberikan jawaban, Alexis meneruskan ucapannya, "Kamu harus bersyukur Fel, aku tidak meledak-ledak terhadap kamu, setelah kamu mengulangi perselingkuhan untuk kesekian kalinya .. aku minta besok kamu kasih alasan sama anak-anak, harus keluar negeri untuk waktu yang belum bisa ditentukan berapa lamanya." Lanjut Alexis

"Kalau anak-anak tahu nantinya, bahwa ternayata aku tidak keluar negeri gimana?" Felix balik bertanya

"Itu urusan aku, biar aku yang jelaskan sama mereka, sekarang kamu kemas pakaian kamu!!"

Dengan berat hati, Felix pun mengeluarkan pakaiannya dari lemari, dan memasukkannya ke travel bag, yang sudah disediakan oleh Alexis. Felix tidak menyangka kalau Alexis akan marah seperti itu, namun dia bisa memaklumi perasaan Alexis yang sudah tersakiti olehnya. Felix juga merasa, apa yang sudah dilakukannya, adalah hal yang akan merusak reputasinya sebagai pengusaha.

Sekarang dia bingung harus kemana, tidak mungkin harus tinggal bersama Adrana di apartemennya, kalau itu dilakukannya, itu artinya dia tidak berusaha untuk memperbaiki keadaan. Disisi lain, Felix tidak ingin kehilangan Adriana, karena saat ini perusahaan Adriana adalah penyumbang income terbesar pada perusahaan Felix.

"Sampai berapa lama lex kita harus pisah?" 

"Kamu yang putuskan, karena yang punya salah kamu, bukan aku." Tegas Alexis. "Kalau kamu sudah merasa pantas untuk pulang, silahkan kamu pulang, tapi dengan catatan tidak ada lagi masalah dalam pernikahan kita." Pungkas Alexis

Ucapan-ucapan Alexis sangat menusuk jantung Felix, dia benar-bernar terenyak mendengar ucapan Alexis yang sangat tegas, namun masih sangat bijaksana. Felix bertambah dilematis, dan dia harus mengambil sebuah keputusan yang pahit, kalau seandainya dia harus memilih keluarganya. Dia berpikir keras menimbang semua pilihan yang sulit.

Kalau dia harus melepas kerjasamanya dengan perusahaan Adriana, ada konsekuensi secara hukum yang harus dia hadapi, karena beberapa kontrak yang belum berjalan sudah ditandatanganinya. Inilah pertimbangan yang sulit bagi Felix. Kalau dia teruskan kerjasamanya, itu artinya dia harus melepaskan keluarganya. Itu hal yang tidak mungkin dilakukan Felix.

Alexis sudah mulai beranjak untuk tidur, meskipun matanya masih sulit untuk dipejamkan. Hatinya berkecamuk, dan terasa teriris oleh sikap Felix yang sulit untuk berubah. Padahal sebelumnya Felix sudah berkomitmen untuk meninggalkan semua itu, demi kebahagiaan rumah tangga mereka.

Pekerjaan selalu menjadi dalih Felix untuk banyak menghabiskan waktunya diluar rumah, ketampanannya menjadi persona dirinya, sementara dia sendiri tidak kuat menghadapi godaan wanita yang menjadi kliennya.

Felix bingung, entah siapa yang memotret kemesraannya dengan Adriana, dugaan dia orang suruhan Sisca, tapi dia juga menduga kalau Alexis memata-matainya. Tapi sangat kecil kemungkinannya Alexis melakukan hal itu, karena Felix sangat tahu karakter Alexis, yang tidak suka memata-matainya sejak awal pernikahan.

Felix mencoba rebahan di sisi Alexis, namun dia tidak berani menyapa Alexis, dia tahu kalau kemarahan Alexis sudah sampai puncaknya, sehingga dia hemat dalam bicara. Ada perasaan bersalah yang menggelayut di hatinya, namun semua sudah terjadi, tidak ada lagi yang bisa dia katakan pada Alexis.

***

Pagi esok harinya, saat anak-anak sedang sarapan pagi, Felix menghampiri untuk sarapan bersama. Sambil mendorong travel bagnya Felix pun menyapa Fence dan Mica,

"Pagi Fence, Pagi Mica, gimana sekolahnya aman? Hati-hati ya jangan terlalu banyak interaksi dengan bersentuhan badan dengan orang lain."

"Oo ya pi, takut virus corona ya pi." Tanya Fence

"Papi mau kemana bawa koper segala?" Tanya Mica

"Papi mau keluar negeri sekitar dua minggu, ada paket study manajerial selama dua minggu di Jerman."

"Wah lama dong, mami gak ikut?"

"Kalau mami ikut, yang urus kalian siapa dong?" Tanya Alexis

Semua terlihat sangat normal, seperti tidak ada masalah, sehingga anak-anak pun dengan hepi melepaskan papinya pergi. Tapi, setegar apapun Alexis, tanpa dia sadari airmata membasahi pipinya. Dia sedih untuk semua situasi itu, tapi dia harus lakukan itu untuk menyadarkan Felix. Felix pun juga merasa sedih meninggalkan keluarganya, dia belum tahu harus kemana, dia tidak mungkin langsung ke kantor.

Bersambung.. 

Love Affair [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang