"Kamu dihina, dek!" Kulihat mas Ray sangat emosi. Lalu kutatap perempuan yang dari tadi ada bersama suamiku. Wajahnya terlihat khawatir, seperti memohon.
Apa ini ada hubungannya dengan ucapan mas Ray tadi ya?
Eitss!
Berani-beraninya dia sentuh suamiku. Jangan sampai kusebut kau jalang ya. Eh, sudah kesebut.
"Jangan sentuh-sentuh!" Bentakan mas Ray bukannya membuat perempuan itu menjauh, malaj semakin mendekati Mas Ray.
Aku?
Entahlah, bingung karena walaupun kusebut perempuan itu bibit pelakor, tetapi dia juga pemilik tempat kami PKL.
"Mas?" panggilku. Mas Ray dengan sigap mendorong tubuh perempuan itu. Aku bukan orang yang tidak punya hati, meskipun kelakuannya begitu prihatin juga sebagai sama-sama perempuan. Terlebih lagi ia mengambil jalan pintas menuju kebahagian, menjadi duri.
"Maaf ya, bu ... kalo boleh tau, ada urusan apa ya dengan suami saya?" Kuhormati ia sebagai pemilik Balai.
"Udahlah dek, kita pulang aja dari tempat yang dengan entengnya bilang seolah-olah adek parasit buat mas ... ga usah PKL di sini, kita cari tempat yang lain saja!" ucap Mas Ray. Bukannya marah, aku malah senang dengan kondisi ini. Senang karena pada akhirnya si bibit pelakor menunjukkan busuknya.
Yes! Alhamdulillah Mas Ray sadar, tapi masalahnya mas Ray kadang-kadang suka seenak jidatnya bilang ga usah PKL di sini.
"Emang adek bakalan PKL di mana, mas? Sekarang aja sudah dipertengahan." Kucoba merundingkan kembali keinginan aneh suamiku.
"Zi ... Zia, pokoknya kamu ga usah pindah atau apapun tetap PKL di sini, masalah tadi aku minta maaf." Kali ini perempuan itu menangis memohon, dan untuk pertama kalinya kuanggap air matanya bukan air mata kadal.
Dikarenakan penasaran, kutanya kembali penyebab marahnya mas Ray. Bukannya dapat jawaban malah wajah mas Ray semakin tidak bersahabat.
"Yaudah, mas pulang aja yaa," bujukku seraya memegang tangannya. Namun, mas Ray tidak mau dan ingin menemaniku di sini. Beliau langsung berbalik menuju balai tanpa menoleh ke belakang lagi. Mbak Ina terlihat murung, aku memberikan senyuman manisku. Kalau dipikir-pikir lagi kasihan juga, siapa suruh niat awalnya jelek sih.
Asal mbak tau aja ya, istri selalu mendo'akan suaminya agar terhindar dari bahaya. Ya salah satunya itu, bisa terhindar dari pengaruh virus ulat bulu yang dikembangkan oleh pelakor. Lama kulihat dengan prihatin hingga pamit kembali melakukan tugas.
"Loh, Mas ngapain?" kagetku melihat mas Ray melakukan tugasku.
"Mau bantu adek, biar cepat pulang." Mas Ray berbicara tanpa melihatku. Kutatap ketiga temanku yang hanya bisa menggeleng. Kemudian, Mila mendekat berbisik dan kuketahui tidak ada yang berani menegur karena mas Ray masih dipercaya sebagai Asisten Dosen salah satu mata kuliah kami.
"Mas ga usah, ini penelitian adek dan kalau mas yang kerjakan nanti nyusun skripsinya susah." Setelah mengucapkan itu, suamiku mengalah.
***
Akhirnya aura dan raut wajah mas Ray sedikit lebih tenang dari sebelumnya setelah kita sampai kos.
"Hmm mas, tadi kenapa?" Penasaran juga, tadi apa yang membuat mas Ray marah tingkat tinggi pada Mbak Ina. Bukannya selama ini perempuan itu selalu sempurna dijelaskan oleh suamiku."Udahlah dek, ga usah bahas dia lagi ... bikin bete' aja omonginnya!" Mas Ray mendengus kesal. Aku mengangguk dan memilih diam saja.
"Oiya, tadi adek baik-baik aja kan? Ga sampet kaget kan?" tanya mas Ray khawatir. Kubalas dengan senyuman dan gelengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijazah atau Ijab Sah (Revisi)
RandomMemilih menikah di saat masih kuliah dan dihadapkan dengan pilihan antara mendapat IJAZAH atau malah IJAB SAH. ❗Warning INI HANYA FIKTIF BELAKA. Jika menemukan⤵️ - MASLAHAT ✔️ - MUDARAT ✖️ . . . . . . Jazakumullah khairan katsir 😊