16. (hampir) Kena Jebakan

3.2K 184 3
                                    

Dua minggu ini peranku sebagai suami semakin terasa dan itu membuatku sangat bersemangat. Semata-mata bukan karena vitaminku yang terpenuhi dengan lancar, tetapi istri yang membutuhkanku itulah salah satu kebahagiaan luar biasa bagi seorang suami.

"Hati-hati ya sayang di dalam, nanti mas jemput agak telat dikit ya soalnya hari ini ada pengujian objek di lab." Kulihat wajah istriku menjadi murung, yang kemudian di susul dengan anggukan dan senyum manisnya. Ah, memang istriku ini dikirim Allah sebagai pelengkap ibadah sepanjang hidupku. Sangat penurut, tidak pernah ingin membuatku kecewa. Meskipun kusadari ia sedikit kecewa.

Musibah keguguran yang ia alami baru-baru ini membuat sosok istriku jadi super manja. Seperti halnya jika malam tiba, aku yang merasa kasihan jika meminta jatah padahal aku sangat ingin. Ia datang dan menawarkan diri. Istriku memang terbaik. Sebelum pergi, seperti biasa ku pastikan ia masuk Balai dengan selamat. Namun, baru saja kulihat istriku membuka pintu Balai, Kak Ina mendekatiku.

"Ray, untuk hari ini di lab aja ya, sudah dibersihkan dan ga ada yang pakai juga," serunya. Tampaknya semangat sekali.

"Hmm, baguslah kak! Jadi kita bisa bebas tanpa gangguan, masalah durasinya sebentar atau lama kan bisa dikondisikan nanti."

"Ingat ya di Lab THH!" Aku mengangguk.

"Jangan lupa bawa baju ganti nanti!" Ia berteriak, semoga saja jika istriku dengar tidak berpikir yang aneh. Sempat kulihat bayangan istriku, aku pikir ia sudah masuk balai. Mungkin salah lihat.

Sebelum ke kampus, aku pulang ke kos dulu karena harus mengambil perlengkapan uji-ku. Hanya kurang dari lima belas menit aku sudah sampai di kampus. Laboratorium tempat lakukan penelitian kali ini, aku meminjam Lab Fakultas Kehutanan tempat ku mendapatkan gelas sarjana-ku, terlebih lagi itu saran dari dosenku dulu.

"Loh, kok agak sepi!" lirihku. Hanya terlihat beberapa mahasiswa di lobi kampus. Setelah kutanyakan, ternyata sebagian besar mahasiswa sedang mengikuti kuliah umum di Auditorium. Sebagian kecil sedang mengikuti seminar hasil di lantai 4. Laboratorium ada di lantai 3.

"Pantas aja Kak Ina bilang ga akan ada pengganggu!" Segara bergerak cepat menuju lab dengan harapan mempercepat penelitian dan ada waktu menjemput istriku tercinta. Dengan tatapan heran, ternyata partner penelitianku kali ini sudah ada di lab.

"Hai, Ray! Aku sudah nyampe dari tadi loh,"

Aduh, tanpa dikasih tau juga udah tau kali!

"Loh, kak Ina sudah di sini, cepat banget!" Aku pura-pura saja kaget. Entahlah, semakin ke sini aku merasa jengah dengan kelakuan Kak Ina. Pantas saja Zia saat menatapnya seperti keluar api. Terlalu manja dan tidak tau diri bahwa sedang manja dengan suami orang.

"Iya dong, lagian habis kita ketemu dan ngobrol di rumah tadi aku sudah mau jalan itu." sahutnya.

Rumah?
Ya kali ini, aku merasa ia terlalu sombong.

"Yaudah, kita mulai aja ... sample-nya sudah diambil." Sebelum aku menuju lantai tiga, sempat mengambil sample penelitian di ruang penyimpanan lantai dua. Setelah itu, aku sudah tidak terlalu memperhatikannya. Perempuan itu terlihat seperti asistent-ku, menyuruhnya mengambil ini-itu tanpa melihat. Aku tengah fokus dengan objek di mikroskop.

"Ambilkan HCl 25 ml!"

"Ini,"

"Hati-hati! Itu jenis asam kuat,"

"Iya ngerti."

Tanpa melihatnya, tangan perempuan itu menyodorkan cairan yang dimaksud. Segera kuambil dengan pipet dan meneteskan ke objek dalam gelas kaca. Tidak lama kemudiam, reaksi terlihat.

Ijazah atau Ijab Sah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang