Maaf?
Satu kata yang selalu diucapkan orang setelah mereka dihantui penyesalan.- Aleta Kayra Rasya -
------------------------------Langit POV
Gue ngerasa bersalah banget sama Leta setelah tadi marah-marah tanpa alasan yang jelas sama dia. Tapi gue emang gak suka kalau Leta itu sampai diperhatiin atau dekat sama cowok lain. Kenapa? Karena gue cinta sama dia.
Sebelum lanjutin sesi curhat, gue punya beberapa pertanyaan buat kalian:
- Pernah gak, kalian punya sahabat dan kalian suka sama dia?
- Menurut kalian, salah gak sih kalau suka sama sahabat sendiri?
- Kalau misalkan dia selalu cerita tentang orang yang dia kagumi, respon kalian gimana?
- Dan seandainya dia itu cuma menganggap kalian sebatas sahabat, gimana perasaan kalian? Dan apa yang akan kalian lakukan?
Gue tunggu jawaban kalian! Saat ini, gue bingung mau ngapain. Minta maaf? Gengsi. Gak minta maaf? Kasian. Aaarrgghhh! Gue pengen teriak! Baru kali ini gue marah kaya gitu sama Leta. Biasanya, gue anteng-anteng aja kalau dia ceritain tentang teman cowoknya. Cuma, waktu dia cerita tentang idolanya, gue marah banget.
Setelah ini, Leta pasti bakalan cuek sama gue. Pernah gue tanya sama diri gue sendiri. Kok bisa gue suka sama sahabat gue sendiri? Dan sampai sekarang, gue gak tau apa jawaban dari pertanyaan itu. Gue tau konsekuensinya apa di saat gue memiliki rasa itu. Tapi yang namanya perasaan, gak ada yang bisa atur kecuali Tuhan. Bahkan di saat kalian suka sama seseorang dan kalian ditanya kenapa kalian suka sama orang itu, pasti kalian bakal jawab, "Gue gak tau gue suka dia karena apa."
Oke, stop! Geli gue kalau ngomong soal-soal begituan. Saat ini, gue lagi di kamar sambil rebahan setelah mandi sama shalat. Waktu mau buka aplikasi WhatsApp, tiba-tiba Leta nelpon. Panjang umur, barusan aja gue pikirin dia.
"Assalamualaikum, Ta gue minta maaf soal tadi pagi. Gue gak--"
"Lo apain Rasya sampe matanya bengkak kaya gini pulang-pulang sekolah?! Pokoknya lo harus tanggung jawab, gue gak mau tau! Sekarang ke rumah, dan jelasin semuanya! Kalau sampe lo gak dateng, jangan harap lo bisa ketemu lagi sama Rasya!"
Anjir! Itu suara toa atau apaan kenceng banget. Telinga gue sampe ngiung-ngiung dengernya. Eits, bentar. Itu siapa tadi yang ngomong? Kok kaya suara cowok? Wah mampus, kalau itu om Adit gimana nasib persahabatan gue sama Rasya nanti? Parah, sekarang gue harus buru-buru ke rumahnya Leta.
🐦 🐦 🐦
"Assalamualaikum!" Gue udah di rumah Leta sekarang, lebih tepatnya di depan pintu rumah Leta.
"Waalaikumussalam, oh ini ternyata yang namanya Langit?! Cowok yang udah bikin sepupu gue nangis sampe matanya punya kantong Doraemon?! Masuk lo!"
Astaghfirullah, mimpi apa gue semalem ketemu orang kaya begini. Tunggu, mukanya kok kaya familiar gitu ya? Astaga, gue baru inget itu kan Fajar Alfian! Wah parah, mati gue. Daripada suara toanya bang Fajar bikin telinga gue sakit lagi, gue langsung ikutin perintahnya buat masuk.
"La-Langit?" Gue langsung noleh ke samping dan ada Leta disana dengan mata sembabnya, dan hidungnya yang merah. Ngeliat dia begini, gue pengen banget peluk dia dan minta maaf. Tapi apalah daya.
"Leta, gue minta maaf. Gue gak bermaksud buat marah sama lo. Kebetulan tadi pagi gue ada masalah, dan akhirnya gue jadi marah ke elo. Maafin gue Ta, maaf. Lo mau kan maafin gue? Please Ta." Terpaksa bohong, padahal kan gue marah gara-gara sakit hati.
"Tidak semudah itu Ferguso!" Ya Allah, ini bang Fajar kenapa sih? Kesel gue. Yang ditanya siapa, yang jawab siapa. Mana dia nongol sambil bawa wajan yang udah gosong lagi.
"Aa, diem dulu dong. Rasya mau ngomong ini sama Langit. Aa balik aja sana ke kamar, terus mabar sama temennya."
"Aa mau disini. Sebagai Kakak dan sepupu yang baik, Aa harus jaga kamu dari orang kaya gini. Kalau kamu di apa-apain, ini wajan, siap mendarat sempurna di mukanya."
"Leta, maafin gue. Tolong, lo jangan mikir kalau gue jadiin lo pelampiasan. Tapi tadi pagi, emosi gue emang susah dikontrol." Maaf Ta, gue harus bohong lagi. Leta cuma diem dengerin penjelasan gue.
"Emangnya mobil mainan, apa?" sahut bang Fajar. Geregetan gue, sumpah.
"Udah deh, Aa diem aja." Jawab Leta yang bikin gue sedikit tertawa. Bang Fajar diem lagi tapi sambil mainin handphonenya. "Gue udah maafin lo sebelum lo minta maaf. Next, jangan kaya gini lagi. Gue gak suka dijadiin pelampiasan," jawab Leta.
"Karena, dijadiin pelampiasan itu sakit. Bahkan lebih sakit saat dijadiin pelampiasan daripada ditolak sama doi," timpal bang Fajar. Untung Langit sabar.
"Aa Fajar ganteng, sepupu Rasya yang tersayang, tercinta, Rasya mau ngomong dulu sama Langit. Aa balik aja ya ke kamar? Terus mabar sana biar gak gabut," balas Leta yang bikin tawa gue meledak. Otomatis, gue langsung dapet tatapan elang dari bang Fajar. Gue langsung diem dan dia malah pergi ke dalem.
"Lo beneran kan, udah maafin gue?"
"Iya, udah gue maafin kok." Leta senyum dan hal itu bikin gue jadi gugup lagi. Duuuh jangan sekarang dong, gak pas ini momentnya.
"Gue janji deh, setelah ini, lo bisa leluasa ceritain tentang Kak Rian ke gue. Gue siap jadi pendengar yang baik buat lo." Sebernya sih, gue gak mau. Tapi gapapa, buat pujaan hati apasih yang enggak #bucin.
Leta senyum lagi. Gue malah gemes liatnya. Tangan gue jadi tergerak buat ngelus puncak kepalanya. Aduh Leta, kenapa lo nge-gemesin banget sih jadi cewek, heran gue. Ngidam apa bunda lo dulu waktu hamil.
Di akhir acara. Eh, di akhir curhatan gue maksudnya, gue mau ucapin terima kasih buat kalian karena udah mau baca curhatan gue. Mungkin menurut kalian ga jelas, tapi setelah cerita ke kalian, gue ngerasa lega. Sekali lagi makasi, dan see you di curhatan gue selanjutnya (eh busyet, kek di acara TV aja gue).
C U 👋
_________
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung
Teen Fiction[SELESAI] Highest rank: #3 in fajaralfian [27-03-20] #9 in fajaralfian [14-04-20] #4 in fajaralfian [18-04-20] #1 in sayappelindung [06-06-20] #9 in jorji [21-06-20] #2 in sayappelindung [02-07-20] #3 in pelatnas [25-09-20] Tidak ada satu pun kisah...