🕊 Sayap Pelindung - 15 🕊

143 21 13
                                        

Cinta?
Dalam Diam
Rindu?
Dalam Doa

- Author -
_________

       Leta masih setia menemani Langit yang tengah tertidur pulas di alam sana. Cowok itu terbaring lemah dengan beberapa perban di tubuhnya. Banyak luka di wajah tampannya dan juga selang oksigen yang membantunya bernafas.

        Leta dan ayahnya beserta keluarga Langit merasa terpukul karena cowok itu mengalami patah tulang di kedua kakinya. Dan ada sedikit kemungkinan untuk Langit bisa berjalan lagi.

         Sepulang sekolah tadi, Leta pulang ke rumah untuk mandi dan mengganti seragamnya dengan pakaian yang agak santai. Tak lupa juga dengan hijab yang selalu menutupi kepalanya. Setelah meminta izin pada ayah Adit, Leta segera menuju rumah sakit bersama Galaksi dan Anna. Umi Aisyah dan abi Ridwan pun sedang berada di perjalanan pulang ke Jakarta.

        "Ta, kamu udah makan?" Tanya Anna pada Leta yang tengah duduk di sofa. Sejak tadi, dia sibuk memandangi Langit yang terbaring lemah disana.

         "Udah Kak," jawab Leta. Padahal, sejak pulang sekolah tadi dia sama sekali tidak menyentuh satu makanan pun di dapur. Nafsu makannya benar-benar hilang sejak kemarin. Bahkan, ayah Adit sampai bingung mau melakukan apa agar Leta mau makan. Tapi ya sudahlah, ayah Adit bisa memahami keadaan ini.

        "Kamu pulang aja ya, lagian ada Kakak disini."

        "Kak Anna, Leta mau nginap ya? Tadi, Leta udah bawa seragam sama buku buat besok. Ayah juga udah kasih izin," jawab Leta.

         "Tapi Ta, kasian Ayah Adit di rumah sendirian," kata Anna.

         "Ayo dong Kak, Leta mau tetap disini tungguin Langit sampe dia bangun," balas Leta dengan memanyunkan bibirnya. Mungkin, kalau Langit melihat wajah Leta seperti ini, tangannya sudah gatal untuk mencubit pipi cewek itu.

          "Ya udah, Kakak bolehin." Anna akhirnya mengalah karena dia tau bagaimana perasaan Leta sekarang ini. Pastinya, dia yang lebih sakit dan khawatir. Meski Anna adalah kakak Langit, tapi dia tidak begitu dekat dengan cowok itu. Itu karena sifat mereka yang bertolak belakang. Anna si cewek kalem, dan Langit si cowok ceria dan nyebelin.

🐦      🐦      🐦

         Usai menunaikan ibadah shalat Ashar, Anna pulang sebentar untuk menemui umi dan abinya yang baru saja kembali ke Jakarta. Sedangkan Leta, dia lah yang bertugas menjaga Langit sekarang.

         Leta meraih kursi yang berada di dekat kasur Langit dan menudukkan dirinya disana. Wajah tampan itu, kini tertutup dengan goresan-goresan dan luka lebam.

         "Tiang listrik bangun, gue kangen," kata Leta sambil usil menoel-noel tangan Langit.

          "Langit, lo inget gak, waktu pertama kali kita ketemu?" Leta mulai mengingat-ingat ketika dulu untuk pertama kalinya dia mengenal Langit, si cowok bad boy.

           "Dulu, lo nakal banget tau gak? Tapi senakal-nakalnya elo, tetap aja bikin gue nyaman. Jangan terbang dulu, maksud gue itu, lo itu nakal, tapi lucu dan itu yang bikin gue nyaman. Iya lucu, kaya kisah kita. Kisah yang banyak dialami sama orang-orang. Benci, jadi cinta. Tapi kisah kita, beda jauh sama yang lain." Leta tersenyum, dia kembali memperhatikan wajah Langit.

        "Lo tau bedanya apa? Bedanya adalah, kita itu sering berantem cuma gara-gara pulpen. Gak tau deh lo itu kenapa. Tapi yang jelas, setiap lo pinjam pulpen di gue, pasti gak akan pernah dikembaliin. Tapi dari kejadian itu, gue malah deket sama elo sampai akhirnya, gue tau kalau lo suka ikut balap liar." Kejadian kelam yang pernah menimpa Langit kembali terbayang di memori Leta.

        "Sejak gue tau hal itu, gue mulai jauhin lo. Gue menjauh karena gue gak suka dengan hobi lo itu. Apalagi banyak cewek-cewek seksi yang setiap malamnya godain elo. Akhirnya, lo nanya, kenapa gue menjauh. Ya gue jujur dong, dan alhamdulillah lo nurut. Padahal waktu itu, kita masih jadi temen biasa. Tapi setelah lo berubah dan berhenti ikut balap liar, kita malah jadi sahabat." Leta kembali memancarkan senyumnya.

         "Setelah kita jadi sahabat, lo malah ikut balap liar lagi. Balap liar yang hampir bikin lo pergi dari dunia ini. Waktu itu, gue sedih banget." Setetes air mata meluncur dari mata Leta.

         "Gue sedih Langit, gue juga kangen sama lo. Bayangin, lo itu koma sampai seminggu. Gue sekolah sendiri, latihan bultang sendiri, lomba sendiri. Gak ada yang temenin gue sama kaya sekarang." Air mata cewek itu semakin deras.

         "Please Langit, cepetan bangun. Gue kangen sama lo yang bawel, ceria, khawatiran, usil, dan segalanya. Gue juga kangen waktu lo itu cemburu sama Kak Rian. Pasti lo kaget dengerin ini. Gue jujur aja deh sekarang." Leta mengusap air matanya dan sedikit tertawa.

        "Jadi, setelah gue tau kalau Kak Rian udah ada yang punya, gue kan nangis tuh. Gue emang sedih, tapi gue udah ikhlas apalagi waktu lo kasih gue kejutan. Setelah itu, gue ngajakin lo buat ke Pelatnas. Sengaja sih, apalagi waktu gue ngacangin lo. Ya Allah, gue pengen ketawa waktu itu. Tapi kan, gue harus akting biar lo makin panas dan akhirnya berhasil."

       "Cuma, gue mau minta maaf Lang. Waktu gue pergi ke pantai, gue sengaja juga. Tapi gue gak tau kalau lo bakal ikutin gue dan bikin lo kaya begini. Gue minta maaf Lang, gue nyesel. Kalau aja gue tau, gue gak bakal ngelakuin itu." Leta menghembuskan nafasnya.

       "Gue sadar, semua udah diatur. Gue berharap semoga Allah masih mengizikan lo untuk hidup dan dampingin gue untuk berjuang meraih cita-cita gue. Cepat bangun Lang, gue kangen." Leta tersenyum. Tak lama, rasa kantuk menyerang dirinya. Padahal, sekarang masih menunjukkan pukul 16.30 WIB. Leta melipat tangannya di kasur Langit dan menidurkan kepalanya disana.

C U 👋
________

Hiya hiya, inilah adegan yang Author paling syuka kalau nonton film. Baper sendiri hehe 😆

Oh iya, FajRi kalah di 16 besar 😭
Syedih, tapi gapapalah namanya pertandingan. Tetap semangat Mas Jom & Aa Fajar 💞

Buat Kevin/Marcus, Ahsan/Hendra, dan yang lainnya moga sampe final, aamiin ❤

Sayap Pelindung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang