Terkadang, alur hidup kita itu sama kaya di sinetron.
- Aleta Kayra Rasya -
-------------------------------
Halo warga +62 yang terhebat, terbucin, dan ter-ter yang lainnya. Hari ini, gue enggak ke pondok lagi karena mau ke penerbit buat ngurusin naskah gue yang sekarang ini sudah mulai berada dalam fase pengeditan. Doain ya, semoga bisa cepat-cepat terbit. Ngomong-ngomong, ini tuh udah buku ke-3 gue. Alhamdulillah juga, buku-buku yang pernah gue terbitin sebelumnya laris manis asin pedas di pasaran.
Sebelum gue sarapan, gue mau buka gulungan kertas di dalam toples kaca itu lagi.
Aleta Kayra Rasya
Dia itu adalah cewek paling bandel menurut gue. Disuruh jangan makan es krim, tetap aja dia makan. Meskipun dia kaya begitu, Leta tetap jadi sahabat terhebat buat gue. Dia juga udah gue anggap sebagai adek. Cuma, gue berharap semoga Tuhan bisa menjadikan hubungan kita lebih dari sekedar sahabat dan adik kakak.
_________________
Aamiin ... gue juga udah anggap dia jadi kakak gue sendiri. Tapi gue selalu minta sama Allah semoga suatu saat nanti, kita bisa lebih dari itu.
"Rasya, cepetan! Ayah laper nih!" Astaghfirullah, gue sampai lupa. Sebenarnya gue udah masak dari tadi tapi ayah itu gak pernah mau sarapan kalau enggak barengan sama gue.
"Iya, tunggu!" Gue langsung simpan gulungan kertasnya lagi dan bergegas turun ke meja makan. Kasihan banget ayah udah nungguin gue dari tadi.
"Cepetan, Ayah laper! Kamu juga mau ke penerbit sekarang."
🐦 🐦 🐦
Okey, sepulangnya gue dari kantor penerbit, gue langsung ke Pelatnas. Si aa katanya mau ngomongin sesuatu yang penting sama gue.
Cuma butuh waktu beberapa menit, gue udah sampai di Pelatnas PBSI, Cipayung. "Pagi, Pak." Sapa gue pak satpam di sana. Setelah itu, gue langsung masuk ke dalam buat temuin aa Fajar.
Sebenarnya jam segini dia masih latihan. Terpaksa gue harus duduk di pinggir lapangan lagi buat nunggu. Asal kalian tau guys, nunggu itu gak enak terus sakit. Apalagi kalau nungguin dia yang tak kunjung datang untuk melamar, eaaaak.
"Sya!" Gue menoleh ke samping dan ternyata ada kak Apri di sana.
"Apa Kak?"
"Sini! Ngapain sendirian? Entar lo kesambet sama arwahnya Jombang," kata kak Apri. Kasian banget kak Rian harus jadi korban lagi. Daripada kak Apri ngomongnya makin ngelantur, gue bangun aja dan pindah ke dekatnya dia.
"Kak Apri kenapa duduk di bawah? Kok gak ikut lari-lari sama yang lain?" Emang, sekarang dia lagi duduk di lantai sambil minum air. Sedangkan teman-temannya yang lain lagi pada lari di depannya. Lari bolak balik gitu deh pokoknya.
"Capek gue Sya," jawab kak Apri sambil kipas-kipasin wajahnya pake tangan.
"Idiiih gitu aja capek! Itu Kak Jorji sama Kak Grey aja gak capek." Nyinyir dulu dikit.
"Bodo ah! Oh iya, tumben lo ke sini pagi-pagi. Ada yang penting?"
"Aa' Fajar tadi yang suruh Rasya ke sini. Katanya ada hal yang mau dia omongin. Makanya, setelah dari kantor penerbit, Rasya langsung ke Pelatnas." Kak Apri cuma manggut-manggut aja, habis itu kita sibuk ngeliatin yang lain pada lari.
"Semangat woy! Semangat!" Teriak kak Apri.
"Ayo! Ayo! Ayo!" Lanjut kak Apri buat semangatin teman-temannya. Emang paling santai dia di antara yang lain. Hadeeeeuuh.
🐦 🐦 🐦
Akhirnya, setelah menunggu selama beberapa jam, aa Fajar dan yang lain udah selesai latihan.
"Sya!" Aa Fajar nepuk pundak gue.
"Sakit, ih!"
"Gitu aja sakit," cibir aa Fajar. Biarkan saja dia berkata apa.
"Aa' mau ngomongin apa sama Rasya?" Tanya gue to the point.
"Itu lho, akhir bulan Maret Aa' sama Jombang mau buka kedai kopi gitu di Bandung. Kamu harus ikut pokoknya," kata aa Fajar.
"Kok di Bandung? Kenapa gak bikin buka di Jakarta aja?"
"Tempatnya emang di Bandung, Sya. Kalau di Jakarta, gak ada yang urus. Nah, di Bandung kan ada saudaranya Aa' di sana yang urusin. Tempatnya juga strategis, di dekat kampus."
"Okey deh, semoga lancar usahanya."
"Aamiin," jawab aa Fajar diikuti kak Rian juga ternyata dari seberang sana. Setelah itu, gue ngobrol-ngobrol dikit sama aa Fajar. Berhubung kita berdua bucin, jadinya nyambung aja kalau ngomong berdua.
"Tara," panggil kak Rian. Dia duduk di samping aa Fajar.
"Siapa Jom, namanya Tara?" Tanya aa Fajar.
"Itu, adek lo. Kan dia sering dipanggil Leta sama Rasya. Ya udah, singkat aja jadi Tara biar gampang."
"Iya, biar gampang. Segampang diriku mencintai dia, eaaak." Nah kan, apa gue bilang. Aa Fajar itu bucin kaya gue. Kalau masih gak percaya, tanya sama kak Ginting juga sana.
"Bucin lo, Kipli!" Kata kak Rian sambil nepuk pundaknya aa Fajar.
"Jar, sini! Seneng banget sih lo di sana jadi setan!" Panggil kak Kevin. Semuanya auto ketawa pas liat posisinya aa Fajar yang memang duduk di antara gue sama kak Rian.
"Enak aja lo bilang gue setan!" Sahut aa Fajar. "Tapi bener juga sih, kata Kevin. Ya udah, gue mau pergi dulu, bye!"
Setelah aa Fajar pergi dan semuanya pada sibuk sendiri, gue gak tau harus ngomong apa sama kak Rian. Selalu begini. Apa mungkin kak Rian-nya yang terlalu pendiem, apa gimana?
Ya udah deh guys, gue mau cari topik pembicaraan dulu sama calon imam-nya Emak Author (tampar aja Author-nya gara-gara kebanyakan halu). See you ...
C U 👋
_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung
Teen Fiction[SELESAI] Highest rank: #3 in fajaralfian [27-03-20] #9 in fajaralfian [14-04-20] #4 in fajaralfian [18-04-20] #1 in sayappelindung [06-06-20] #9 in jorji [21-06-20] #2 in sayappelindung [02-07-20] #3 in pelatnas [25-09-20] Tidak ada satu pun kisah...
