Aku hanya ingin menghapus jejakmu, bukan meninggalkanmu.
- Rakan Langit Athalla -
-----------------------------------Langit tengah menyantap sarapannya di meja makan. Ada umi Aisyah dan abi Ridwan juga di sana. Kini, mereka akan menetap di kota Jogja dan Anna akan menyelesaikan sekolahnya di Jakarta. Itu semua dilakukan semata-mata karena permintaan Langit. Tapi ada untungnya juga, karena abi dan umi bisa terus memantau perkembangan bisnisnya di sini. Apalagi sekarang, restorant milik mereka yang berada di Jogja sedang naik daun. Bagaimana tidak? Seluruh makanan khas dari seluruh penjuru bumi Indonesia tersedia di sana.
"Hari ini Abi mau ke restoran, Umi di sini aja temenin Langit," titah abi Ridwan.
"Nah, Langit setuju Bi. Oh iya, nanti sore Almira ke sini, kan?" Tanya Langit. Abi mengangguk begitu pun dengan umi.
Almira Kesya Nadifa. Sosok perempuan cantik dengan hidung mancung dan iris cokelat. Lahir di Jogja dan masih berumur 16 tahun, sama seperti Langit dan Leta. Cewek itu belum Langit ketahui jelas identitasnya. Yang pasti, kata abi Ridwan, Almira adalah anak dari sahabat dekatnya di Kota Gudeg ini.
"Langit, Abi mau tanya sama kamu." Ucap abi selesai sarapan.
"Apa, Bi?"
"Apa kamu udah yakin sama keputusan kamu buat pindah kesini dan gak balik lagi ke Jakarta?"
"Iya, Bi. Emangnya kenapa?"
"Enggak, Abi cuma khawatir aja kalau nanti kamu menyesal. Abi sangat yakin, kalau kamu itu masih menyayangi Leta karena bagaimana pun dia adalah sahabat kamu."
"InsyaAllah Langit gak akan nyesel, Bi. Dan meskipun Langit udah menghapus semua jejak Leta, bukan berarti Langit ninggalin dia. Langit cuma mau lupain semuanya Bi." Abi Ridwan menepuk pundak Langit.
"Abi harap, ini memang keputusan yang baik untuk kamu dan Leta." Selepas berbincang-bincang dengan Langit, abi pun berpamitan untuk pergi ke restoran. Saat ini, Langit memang belum masuk sekolah karena kondisinya yang masih lemah dan belum bisa berjalan normal.
🐦 🐦 🐦
"Assalamualaikum!" Salam Almira dari depan gerbang rumah Langit. Ternyata, cowok itu tengah menemani umi menyiram tanaman di halaman depan.
"Waalaikumussalam," jawab Langit dan umi secara bersamaan. Almira pun membuka gerbang tersebut kemudian menghampiri umi terlebih dahulu untuk bersaliman.
"Tante, Langit gak belajar jalan?"
"Males katanya," balas umi yang tentu saja tidak benar. Langit ingin belajar berjalan sejak tadi, tapi umi tidak sanggup untuk menopang tubuh Langit kalau nantinya dia jatuh. Almira berkacak pinggang dan menatap tajam cowok di depannya itu.
"Kok males? Kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu mau bisa jalan lagi kaya dulu. Kamu juga mau ngelakuin apapun tanpa bantuan kursi roda. Terus sekarang, kamu malah males buat belajar." Dumel Almira. Di belakang sana, umi tertawa meledek ke anak bungsunya itu. Biarin aja si Langit diomelin biar dia tahu rasanya gimana.
"Bawel ih! Gue itu gak males, Umi aja tuh yang gak mau nemenin gue belajar. Katanya badan gue besar, terus nanti kalau jatuh gak ada yang angkat," ralat Langit.
"Tante, kan sekarang ada Almira di sini. Gimana kalau kita ajarin Langit?"
"Ya udah, ayo!" Ajak umi lalu mematikan air keran. Umi mulai membantu Langit untuk berdiri. Cowok itu, memang sudah bisa berjalan satu dua langkah sekarang meskipun masih terasa sangat sulit.
"Ayo dong semangat!" Teriak Almira dari depan sambil menghadap Langit. Satu langkah, dua langkah. "Langit!" Buru-buru Almira menopang tubuh cowok itu dari sebelah kiri. Hampir saja Langit terjatuh kalau saja Almira tidak cepat menahannya.
"Kamu enggak apa-apa, kan?" Aura kekhawatiran terlihat jelas di wajah Almira.
"Kamu gak apa-apa?" Timpal umi yang dibalas senyuman oleh Langit. Sejenak, dia berpikir. Andai saja Leta di sini juga menemaninya, mendampinginya, dan menyemangatinya seperti apa yang dilakukan Almira. Tapi tak lama setelah itu, Langit menggelengkan kepalanya. Dia harus berusaha untuk tidak memikirkan cewek itu lagi.
"Mau coba lagi, atau udahan aja?" Pertanyaan Almira menyadarkan Langit dari lamunannya. "Kamu ngelamunin apa?" Tanya Almira lagi.
"Enggak ada, ya udah yuk lanjut." Kedua wanita yang kini berada di samping Langit kembali mengajari cowok itu untuk berjalan. Seperti sebelum-sebelumnya, Langit masih merasa kesusahan untuk menggerakkan kakinya. Tapi semangatnya untuk bisa berjalan kembali, membuatnya menjadi yakin kalau dia bisa.
Berbicara soal semangat, itu semua Langit dapatkan dari Leta. Setiap Langit mengalami kegagalan, di sana selalu ada Leta yang menguatkan. Ada Leta juga yang selalu siap menjadi sayap pelindung bagi Langit. Tak hanya itu, saat Langit gagal pun, Leta tak ada henti-hentinya untuk memberi semangat dan membuat cowok itu kembali bangkit untuk memperjuangkan apa yang dia inginkan.
Tapi kini, semua tinggal kenangan. Tak ada lagi harapan di hati keduanya untuk bisa kembali seperti dulu. Bahkan janji-janji Langit untuk selalu ada untuk Leta, tak akan pernah ditepati.
Jujur, keduanya memang masih menyimpan perasaan yang sama. Mereka juga saling merindukan. Hanya saja, mereka tidak mau mengakui hal itu. Terlebih lagi Langit. Cowok itu masih memelihara amarahnya sampai sekarang. Entah sampai kapan mereka akan saling menyakiti satu sama lain. Semoga saja nantinya mereka tidak menyesal, terutama Langit.
C U 👋
________
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung
Teen Fiction[SELESAI] Highest rank: #3 in fajaralfian [27-03-20] #9 in fajaralfian [14-04-20] #4 in fajaralfian [18-04-20] #1 in sayappelindung [06-06-20] #9 in jorji [21-06-20] #2 in sayappelindung [02-07-20] #3 in pelatnas [25-09-20] Tidak ada satu pun kisah...