🕊 Sayap Pelindung - 18 🕊

137 20 10
                                    

Semua itu takdir, dan gak ada yang bisa melawan. Jadi, jangan pernah salahkan siapa pun dan apa pun atas apa yang kita alami.

- Aleta Kayra Rasya -
--------------------------------

        Leta berjalan menyusuri koridor kelas XI. Meski hatinya masih sakit, dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap menuntut ilmu. Sebisa mungkin, dia akan melupakan kejadian kemarin dan mungkin, Langit juga.

        Sesampainya di depan kelas, Leta menyapa teman-temannya seperti biasa. Dia harus tetap terlihat baik-baik saja meski sebenarnya tidak seperti itu. Padahal, jika dipikir, menyembunyikan kesedihan dibalik senyuman itu sama saja melukai diri sendiri. Tapi tak apa, mungkin Leta tidak ingin membuat teman-temannya khawatir.


        "Gimana Ta, kondisi tiang listrik?" Anin memulai pembicaraan saat Leta sudah duduk di bangkunya. Dengan cepat, semua mengerubungi Leta untuk mendengar penjelasan dari cewek itu.

         "Alhamdulillah dia udah sadar."

         "Alhamdulillah .... eh tapi, dia gak bisa ikut dong?" Sambar Vina.

         "Ikut apaan?"

         "Kemarin gue ketemu Kak Galak, terus dia bilang kalau dua hari lagi anak-anak basket mau tanding," tutur Vina. Leta sebenarnya sudah tahu hal itu, dan dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pergi menonton.

          "Lo mau nonton, Ta? Tandingnya di SMA Angkasa, lumayan kan bisa liat banyak cogan disana," timpal Eci yang memang pengabdi cogan. Leta juga sebenarnya, tapi kan sekarang sudah tobat.

          "Enggak ah, gue mau pergi ke Pelatnas." Semua menjitak kepala Leta.

           "Modus aja lu. Sengaja kan biar bisa ketemu sama Kak Rian? Ya kan? Ngaku aja deh ..." kata Anin.

            "Biarin, dari pada kalian pergi ke SMA Angkasa ujung-ujungnya ketemu sama upang," Leta memeletkan lidahnya. Hal yang dikatakan Leta memang benar. Teman-temannya kerap kali berkunjung ke SMA Angkasa. Niatnya mau ketemu teman lama, dan ketemu cogan, tapi akhirnya sama aja, ketemu sama orgil.

        "Tuh kan, mulai ..." Vina memanyunkan bibirnya. Teman-temannya pasti akan mulai membahas kejadian saat dirinya ingin dicium oleh orang gila.

🐦      🐦      🐦

        "Ayah, anter Rasya ke rumah sakit, ya?" Kata Leta saat ayah Adit mulai melajukan mobilnya. Dasar plin-plan. Tadi pagi, Leta ingin melupakan Langit tapi sekarang, dia malah ingin ke rumah sakit.

         "Tapi Sya, kamu mau ngapain kesana? Ayah gak mau kamu diusir lagi kaya kemarin," ujar ayah Adit.

          "Rasya gak akan masuk ke ruangannya Langit, Yah. Rasya cuma ngintip aja nanti lewat jendela." Ayah Adit pasrah, mau tidak mau dia harus mengantar Leta ke rumah sakit.

🐦      🐦      🐦

        Leta segera memasuki area rumah sakit sedangkan ayah Adit, dia memilih menunggu di mobil. Leta berjalan dengan tenang. Dia sedikit takut jika nantinya Langit mengetahui kalau dia berkunjung ke rumah sakit.

         Leta buru-buru memundurkan dirinya. Dia melihat Langit tengah didorong oleh seorang perempuan menggunakan kursi roda. Sepertinya mereka akan ke taman. Saat kedua orang itu berada di depan Leta, dia menutup wajahnya menggunakan tas. Beruntung, Langit dan perempuan tadi tidak melihatnya.

        "Dia siapa?" Gumam Leta. Wajah perempuan tadi memang sangat asing bagi dirinya. Perempuan itu cantik, tingginya juga sama seperti Leta, bahkan dia juga berhijab. Kelihatannya, dia akan dijodohkan dengan Langit.

          Tanpa pikir panjang, Leta mengikuti mereka. Benar saja, tujuannya adalah taman. Ternyata ada Anna juga disana. Anna tengah duduk di salah satu bangku taman. Mungkin, dia menunggu Langit. Samar-samar, Leta mendengar Langit berterima kasih pada perempuan tadi. Kenapa hatinya terasa sakit?

        Selang beberapa menit, terlihat Anna memapah Langit untuk belajar berjalan. Langit terlihat kesusahan, dan beberapa kali dia hampir terjatuh. Untungnya, perempuan tadi juga ikut menopang tubuh Langit. Begitu seterusnya sampai Langit merasa lelah dan kembali ke kursi rodanya. Saat itu pula, Leta melihat jelas tangan Langit yang mengelus puncak kepala perempuan itu.

        "Ya Allah, kenapa bukan Leta yang ada di sana?" Lirih Leta. Hatinya sudah tidak tahan lagi melihat hal itu. Bahkan sedikit demi sedikit air matanya mulai keluar tanpa izin. Leta berlari, dia ingin meninggalkan tempat itu.

         "LETA!" Itu suara Anna. Leta mempercepat langkahnya menuju parkiran tempat ayah Adit menunggunya. Sudah, mulai sekarang dia memang harus melupakan sosok itu. Sosok yang mampu membuat hari-harinya terasa indah dan membuat hatinya merasakan sesuatu yang berbeda.

C U 👋
________

Segini dulu deh, nyesek tauk. Keinget waktu itu, iya waktu itu. Saat dia bersama yang lain, eaaak 😂

See you semua. Author mau pergi jalan-jalan dulu nih sama Mas Jom 🤣
Haluku tinggi banget ya Allah.

 Author mau pergi jalan-jalan dulu nih sama Mas Jom 🤣Haluku tinggi banget ya Allah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


       

       

Sayap Pelindung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang