Segala tentang Taehyung memang tidak bisa dilupakan, segala tentang laki-laki itu terlalu memabukkan. Jisoo menyuruh Jaehyun dan Rose menunggu di depan. Ia sekarang tengah duduk sembari menatap Taehyung yang tertidur, kaki laki-laki itu ditekuk, kedua tangannya memegangi kaki. Jisoo yakin posisi itu sangat tidak nyaman.
Jisoo berdiri, meluruskan kaki Taehyung, kemudian ia perbaiki tangan laki-laki itu. Sudah berapa lama laki-laki itu bermain game sampai teler begini? Biasanya ia kuat main. Perlahan mata Taehyung terbuka, ia sedang menyesuaikan cahaya yang masuk. Jisoo berdiri sembari menghadap laki-laki itu—menantang.
Jisoo jadi salah tingkah ditatap seperti itu. "Kemarin, ibu nyuruh kamu ke rumah sama aku. Tapi kamu susah dihubungi. Dan tadi aku bawa kamu ke sini." Taehyung memperhatikan bibir Jisoo yang terus mengeluarkan ocehan. Jisoo tetaplah Jisoo dengan kebawelan yang melekat.
Jisoo menjauh, Taehyung duduk dan segera memegang tangan Jisoo. "Kamu gak tanya kenapa aku gini?"
==
Jisoo baru saja masuk ke dalam mobil, perempuan itu baru menyelesaikan pemotretan majalah. Taehyung duduk sembari bermain game. "Plis, game mulu." Jisoo merampas ponselnya. "Lagi ada masalah? Biasanya kamu gak ngegame."
Jisoo meneguk air yang berada di sisi kursi. Taehyung melah bersandar di bahu Jisoo. Ia kemudian memeluk Jisoo dari samping. "Aku kangen banget sama kamu ... serius." Taehyung kali ini mengusapkan kepalanya pada lengan kiri Jisoo.
"Kamu kenapa, sih?" Jisoo melepaskan genggaman Taehyung dari tangannya. Laki-laki itu cemberut. "Lagi ada masalah? Biasa juga gak gini."
Jisoo menggeser kepalanya agar lebih dekat dengan Taehyung. Laki-laki itu ingin membisikkan sesuatu. "Aku suka kamu yang perhatian. Semua tentang kamu aku suka. Aku harap kita bisa sama-sama kayak gini terus." Jisoo tidak bisa berlama-lama mendekatkan telinganya. Ia terlalu sensitif terhadap sentuhan, rasanya geli.
"Jangan bohong, deh. Kali ini ada apa? Kamu tu pinter ya bohongin aku." Jisoo mencubit perut Taehyung, laki-laki itu mengerang—pura-pura sakit. Jisoo auto panik. "Sakit?"
Taehyung hanya cengengesan. "Dasar pembohong." Jisoo kali ini tidak peduli dengan Taehyung yang berusaha menarik perhatiannya. Laki-laki itu mulai mendekat lagi ke arah Jisoo. Ia rebahkan kepalanya di atas bahu Jisoo. Ia genggam jemari mungil itu. "Gak semua aku kayak gini lagi ada masalah. Aku, kan, udah pernah janji sama kamu. Supaya ceritain segala masalah aku. Dan sekarang gak ada."
***
Jisoo menoleh, terlihat sekali wajah Taehyung yang ingin Jisoo mengatakan 'iya'. "Gak semuanya yang kamu lakuin ada masalah, 'kan?" Taehyung serasa ditusuk ribuan anak panah, Jisoo memang pandai membalikkan kata-kata. "Tapi sekarang beda."
Laki-laki itu mendekat, berhasil membuat Jisoo mundur. Sekarang jarak mereka sangat dekat. Taehyung sedikit menunduk. Ia mau melihat, mata Jisoo yang selalu memancarkan kekhawatiran untuknya. "Kamu bohong. Kamu lagi khawatir sekarang."
Jisoo semakin mundur. Taehyung sangat dekat dengan dirinya. Bahkan ia masih bisa merasakan aroma parfum yang sudah bercampur dengan keringat. Tak mau berlama-lama. Gadis ini pun mengatakan, "Oke, sekarang apa masalahmu?"
Taehyung mengedipkan mata. "Kamu." Jisoo tercekat. Ia tidak bisa bergerak saat Taehyung menariknya mendekat. Tangan laki-laki itu sudah berada di pingganya. Ia memeluk Jisoo. Tapi gadis itu brontak. "Lepas!"
"Jis." Suara Taehyung tenang, berhasil menghentikan pergerakan Jisoo. "Kamu yang buat aku gini."
Jisoo mendecih, "Jangan jadiin aku alasan. Ini salah kamu sendiri."
Taehyung menjauhkan tubuhnya dari Jisoo. Tapi tangannya masih memegang lengan Jisoo. "Kata kamu, ini salah kita berdua. Kamu mau baikin ini? Kita sama-sama bangun ulang?" Jisoo menatap mata Taehyung, ada harapan di mata laki-laki itu. Kali ini laki-laki itu serius. "Aku nyesel, aku minta maaf."
Jisoo masih enggan menjawab. "Hei." Taehyung kembali mengangkat wajah Jisoo yang tadi sempat menunduk. Jisoo menatap mata Taehyung, mata wanita itu sudah berkaca-kaca. "Kamu selalu sama, kamu bohong."
===
Taehyung memijat keningnya. Ia tidak habis pikir dengan Jisoo yang datang ke tempatnya dan memarahi Jennie. Jisoo bahkan dengan brutal menampar wajah sekretaris Taehyung. Sekarang gadis itu duduk di depannya. Ia menangis.
"Jis," panggil Taehyung. Laki-laki itu turun dari kursi dan setengah berlutut pada Jisoo. Ia memegang tangan Jisoo. "Maaf, itu bukan salah aku." Jisoo menatap tak suka ke arah Taehyung.
"Jadi menurutmu dia yang berusaha menggoda? Kamu pikir aku gak lihat pakai mata? Dia duduk di sini." Jisoo memukul paha Taehyung kuat. "Kamu sama dia, sama aja." Jisoo bangkit.
"Kita cek cctv. Gimana?" Jisoo berbalik. "Jujur, aku udah berusaha gak peduliin dia. Tapi dia yang terus datang ke aku, Jis."
Jisoo tidak bisa menjawab, Taehyung nampak jujur. "Kalau gitu pecat dia. Aku udah muak lihat muka dia!" Jisoo berteriak, badannya bergetar menandakan emosinya berada di puncak. "Seminggu lagi kita nikah. Dan kamu." Jisoo terduduk di lantai sembari menangis.
****
"Tae, kamu tahu kenapa aku masih bertahan sama kamu? Karena kamu memang gak pernah berusaha buat goda dia. Karena kamu memang selalu mengabaikan dia. Tapi cara kamu salah. Kamu buka kesempatan baru buat dia masuk. Kamu seolah-olah beri dia harapan." Jisoo memukul dada Taehyung, ia sangat kesal sekarang.
"Seandainya dulu, kamu mau dengerin aku buat pecat dia. Kita gak bakalan kayak gini. Oke, ini memang salah aku juga yang gak mau dengerin kamu. Tapi di sini kamu sadar gak sih?"
Taehyung ingin menarik Jisoo lagi ke pelukannya. Tapi Jisoo melenggang pergi.
Brak
BrukPintu tertutup rapat dan suara orang terjatuh terdengar. Jisoo berhenti melangkah. Ia masuk lagi dan mendapati Taehyung tergeletak di lantai.
"Jaehyun!" teriak Jisoo.
Jisoo mondar-mandir tak jelas. Ia masih melihat Taehyung yang terkapar tengah diperiksa dokter. "Dia belum makan tapi malah tidak tidur semalaman. Perutnya tidak kuat. Nanti kalau sudah bangun. Tolong kasih dia makan dan minumkan obat."
Jisoo mengerti dengan penjelasan dokter. Perempuan itu kembali menatap Taehyung yang tak berdaya. Salahnya tadi malah ikut terpancing dan berdebat dengan Taehyung.
Jisoo mengetikkan pesan di ponselnya. Ia akan mengabari ibunya tentang dirinya yang tidak bisa datang ke sana. Ibunya pasti khawatir apalagi saat membaca berita perceraian mereka dan sama sekali belum diberi penjelasan oleh Jisoo.
Laki-laki itu bangun, ia duduk. Jisoo yang melihatnya segera menghampiri. Hampir sampai, tapi gadis itu berhenti. Astaga, apa yang Jisoo lakukan? Ia hanya menatap Taehyung kosong.
Kamu masih berkewajiban melayaninya, pikirnya.
Jisoo mendekat, Ia mau mengambil minum tapi tangannya ditarik Taehyung sehingga perempuan itu terjatuh di ranjang. Taehyung mengukung Jisoo.
"Pliss, ini yang terakhir. Aku takut kita gak bisa kayak gini lagi." Taehyung meletakkan dagunya di puncak kepala Jisoo.
Iya, mungkin mereka tidak akan bisa melakukan hal ini lagi. Jisoo tertidur tenang dipelukan Taehyung. Tapi sebenarnya perempuan itu habis menangis, sangat sesak mengetahui mereka berdua akan berpisah.
TBC
30 Vote aku rencana double up.
Bisa enggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
After This | Jisoo • Taehyung [✔]
FanfictionHari itu mereka berdua memutuskan untuk bercerai. Kedua orang tua mereka menentang perceraian ini, tentu saja karena mereka sendiri yakin, baik Jisoo dan Taehyung masih sama-sama mencintai. Sehingga, orang tua mereka memutuskan menyewa penasihat per...