10 | Ungkap Semuanya

4.4K 647 37
                                    

Rasanya Jisoo ingin kembali di mana pada saat itu, ia belum bertemu dengan Taehyung. Perempuan itu menatap Taehyung lekat. Apa yang sebenarnya dipikirkan laki-laki ini? Dia selalu tertutup terhadap semua masalah. Dia selalu bungkam. Dia mau menyelesaikan masalahnya sendiri seolah dia bisa mengatasinya.

Jisoo kembali menghela napas. "Tae, jujur, aku juga bingung dengan hati aku. Kalau bisa milih, aku pengen kita gak gini. Hubungan kita berawal baik-baik aja. Dan aku gak mau punya ending yang buruk tentang hubungan ini."

Taehyung mengangkat kepala, cukup terkejut dengan penuturan Jisoo. "Jis. Aku tahu aku salah. Tapi tolong aku serius gak mau hubungan ini berakhir. Soal Jennie. Aku gak ngelakuin apapun sama dia."

Jisoo frustrasi, ia bingung, mana yang harus ia percaya, Taehyung atau matanya sendiri?

"Jis, kamu percaya aku, kan? Ayo kita mulai saling percaya. Sekarang kamu ceritain apa yang buat kamu gak nyaman sama hubungan kita?"

Jisoo tercekat, rasanya memang hubungan ini sulit untuk dilanjutkan, tapi sebagian diri Jisoo tidak mau melepaskan.

===

Musuh terbesarmu adalah orang terdekat, kadang dia memang suka bersikap manis di depan, tapi belum tentu itu yang ia rasakan terhadapmu.

Jisoo menutup novel yang tadi ia baca; Kalimat itu akan Jisoo ingat,  sekarang gadis itu mencari Rose. Jisoo mengedarkan pandangan, Rose tengah berbincang dengan Jaehyun sangat serius. Jisoo penasaran. Tapi ponselnya sudah lebih dulu mengganggu.

"Halo? Siapa?" Jisoo masih memperhatikan Rose dan Jaehyun yang berbincang di samping mobil sebelum dua orang itu hilang dibalik mobil pengangkut barang. "Iya, Pak Taehyung?"

Jisoo kembali fokus dengan teleponnya. "Mengganti jadwal pemotretan?" tanyanya bingung. "Oke, tidak masalah."

Ia meletakkan ponselnya setelah itu kembali mencari Rose. Jisoo lelah, ia ingin segera pulang sekarang. Jisoo menyandarkan kepalanya. Setelah itu ia tertidur sangat pulas.

***

Malam tadi, Jisoo memutuskan lebih dulu masuk ke kamar. Mereka tidak melanjutkan obrolan semalam. Aroma masakan—yang Jisoo yakin, Nayeon yang memasaknya perlahan menghipnotis Jisoo. Perempuan itu menyibakkan selimut. Kemudian membuka pintu, Nayeon dan Bobby tengah memasak bersama.

Astaga, mereka pasangan yang lucu. "Pagi-pagi udah romantis aja." Jisoo duduk di meja makan, Bobby meletakkan ramen dengan isian seafood. "Makan dulu, Jis. Masih banyak hal yang perlu kamu lalui."

Jisoo mengangguk, ia mengambil sumpit dan mangkok. Kemudian Nayeon datang, kali ini membawa telur mata sapi berbentuk hati. Jisoo kagum dengan kepiawaian Nayeon memasak. "Lucu deh."

Nayeon tersenyum, ia menarik kursi di depan Jisoo. "Gimana semalam? Udah cerita sampai mana aja?" Nayeon mengambil kuah. Ia berhenti meraih saat melihat Jisoo hanya diam lalu menggantungkan sumpit di sela jemarinya.
"Gak papa, sih. Gak langsung berjalan lancar memang. Udah lanjut makan. Mungkin Taehyung belum siap."

"Bukan Taehyung tapi aku yang gak siap." Jisoo memakan kimci. Ia memang belum siap menceritakan keluh kesahnya bersama Taehyung.

"Jis, selama kalian pacaran sampai menikah kayak sekarang. Pernah kalian berbagi masalah?" Jisoo diam, Nayeon benar. Jisoo dan Taehyung memang tidak pernah membicarakan seputar masalah mereka.

"Coba kalian sering berbagi masalah, seenggaknya itu meringankan pikiran kalian. Dan oh ya, kamu pasti merasa hanya Taehyung yang tidak mau terbuka. Sebenarnya kamu juga loh, Jis. Kamu ingat pinalti?" Jisoo jadi berpikir ulang, bagaimana ia selalu memaksa Taehyung berbagi segala masalahnya tapi laki-laki itu nampak enggan karena Jisoo sendiri memang selalu menutupi masalah.

Perkataan Nayeon tadi berhasil mengundang Jisoo berdiri di depan ruang kerja Taehyung. Kali ini sekretarisnya tidak terlihat. Jisoo masuk, ia membuka pintu. Taehyung nampak tidur dengan tumpukan kertas yang menggunung. Ia jadi tidak tega. Perempuan itu akhirnya menyingkirkan kertas yang berada di pipi Taehyung.

Laki-laki itu menggeliat, kemudian menatap Jisoo yang nampak terkejut sembari mengedipkan mata berkali-kali. "Udah malam, kita harus obrolin masalah kemarin. Cuman itu yang aku mau, gak lebih, gak ada rasa khawatir sedikit pun." Kalimat terakhir sengaja Jisoo tekankan.

"Kenapa gak nunggu di rumah? Harus ke sini?" Jisoo tidak bisa mengelak, ia kalah, akhirnya perempuan itu mengambil tempat dan duduk. Jisoo menunggu Taehyung membereskan berkasnya. Perempuan itu melihat lagi, meja kerja Jennie. "Sekretaris kamu mana?"

Taehyung menoleh. Ia berhenti meletakkan berkas di lemari. "Udah aku pecat."

"Cih, dulu ke mana aja?"

Taehyung membuang napas. "Dia gak salah loh, Jis. Serius. Yang salah aku gak bisa jaga karyawan aku dengan benar."

===

"Jen, kamu serius mau pakai baju itu? Astaga, itu terlalu ketat." Taehyung membaca proposalnya, ia sangat risih dengan baju Jennie. Bukan, Taehyung sama sekali tidak tertarik, hanya saja bingung dengan perempuan itu. Seketika ia ingat. "Jangan bilang kamu mau godain saya lagi? Gak lihat Jisoo kalau marah gimana? Ini aja saya lagi pusing sama berita perceraian."

Laki-laki itu memang heran saat membaca berita tentang perceraiannya. Bahkan Jisoo baru akan mengajak bicara tentang cerai hari ini. Memang, beberapa bulan ini, hubungan Taehyung dan Jisoo sempat renggang. Mereka sering bertengkar. Tapi Taehyung sendiri tidak pernah memikirkan perceraian. Jisoo terlampau emosi dengan Jennie.

"Enggaklah, Pak. Dulu iya saya khilaf, tapi sekarang enggak. Saya juga udah punya kekasih."

Taehyung mengangguk, ia memasukkan proposal ke dalam tasnya. "Kamu harus jaga sikap nanti."

Pandangan mata rekan kerja Taehyung tak pernah lepas dari tubuh molek Jennie. Taehyung melihat arah pandang laki-laki itu ternyata ke arah paha Jennie yang sedikit terekspos. Taehyung berusaha mengalihkan perhatian tapi mata laki-laki itu tidak pernah lepas.

Setelah pertemuan selesai, Taehyung menunggu Jennie keluar dari gedung pertemuan. Perempuan itu tak kunjung keluar, Taehyung harus menemui Jisoo. "Kita duluan saja, Pak." Mobil dilakukan meninggalkan Jennie sendirian.

Taehyung tak pernah menyangka kejadian itu menjadi bumerang bagi dirinya.

Laki-laki itu mandi tapi baru sempat membilas rambut, suara bel rumah berbunyi. Ia membukanya. Betapa terkejutnya Taehyung saat melihat baju Jennie yang sudah robek parah, perempuan itu sudah berlinang air mata.

Taehyung menenangkan Jennie membawa perempuan itu berganti baju, dan setelahnya ia mau bercerita tentang rekan bisnis Taehyung yang mau melecehkannya. Padahal sebentar lagi Jennie akan menikah. Sungguh, Taehyung sangat kasihan. Ia pun mau membantu Jennie.

Setidaknya membawa kasus ini ke pengadilan. Namun, nama perusahaan Taehyung yang menjadi taruhannya. Laki-laki ini sangat bimbang.

Namun, baru berpikir sejenak. Jisoo datang dengan emosi yang memuncak. Setelahnya ia menampar Jennie.

TBC

Terkadang manusia modelan Taehyung memang ada di dunia ini. Dia lebih milih pendam semua ini sendirian. Ini beneran gak baik buat kita yang punya pasangan. Karena pasangan diciptain itu untuk berbagi satu sama lain.






After This | Jisoo • Taehyung [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang