Mau dari mana kita memulai pembicaraan ini?
Jisoo berpikir panjang tentang pertanyaan itu, pembicaraan tentang 'kita' memang tidak bisa dimulai. Apalagi mereka berdua sama-sama memiliki perasaan yang janggal, sama-sama belum siap melepas. Tapi ini sebuah keharusan.
Nayeon menunggu dua orang yang nampak masih berpikir. Dia sudah sering mendapati hal ini. Tapi baru kali ini ada yang sampai terdiam, biasanya mereka akan berbicara panjang tentang keburukan pasangan masing-masing atau sama-sama membela diri. Namun, mereka berdua bungkam di tempat masing-masing.
Nayeon bertukar pandang bersama Bobby. Mereka merasa sedikit aneh menghadapi klien seperti ini. Si perempuan enggan untuk berbicara dan memilih bermain ponsel dan si laki-laki sama saja, bahkan lebih parah. Ia malah fokus terhadap laptopnya.
Astaga, Nayeon ingin menyerah saja, jika seperti ini rasanya kepala sangat pusing.
Nayeon mengetukkan ujung pena di atas meja, sebelum ia menarik nafas dan berkata, "Oke, saya Nayeon dan ini Bobby. Kami yang akan menjadi penasihat pernikahan kalian."
Jisoo terganggu dengan perkataan Nayeon. Perempuan itu menatap sangar wajah manis Nayeon. "Kalau begitu kalian sudah menikah?" Taehyung yang sangat tidak berminat untuk masuk dalam percakapan ini, akhirnya ikut memusatkan perhatian pada pertanyaan Jisoo. Ia berhenti mengetik dan mematikan laptopnya.
Sedangkan Nayeon seakan serangan jantung di tempat, baru pertama kali klien berani bertanya begitu pada Nayeon. Padahal kata ibu mereka, kedua pasangan ini tidak mau bercerai. Tapi melihat bagaimana mereka tidak mau mendengarkan Nayeon nampaknya perlu ditinjau ulang perkataan ibu Jisoo.
Jisoo memainkan pulpen yang tergeletak di meja. "Bagaimana kalian bisa membantu kami? Bahkan kalian belum menikah. Bukannya itu sangat aneh." Wajahnya mengejek dan berhasil membuat Nayeon memerah malu.
Ia tidak menyangka artis yang sering menampilkan senyum paling indah itu, memiliki mulut yang tajam. "Oke, mungkin kamu berpikir, 'ini beneran Jisoo, aktris Jisoo?' Iya, ini memang saya. Bahkan sifat orang bisa berubah jika diusik. Begitu juga saya."
Nayeon mengangguk paham, Jisoo sangat tenang, beda lagi dengan Taehyung yang nampak tidak terima dengan perkataan Jisoo. Sepertinya mereka berdua ini sama-sama gengsi mengakui tidak ingin berpisah.
"Nayeon, menurutmu hubungan itu apa?" Taehyung bertanya pada Nayeon. Perempuan itu yang tadinya menatap Jisoo, kini menoleh ke arah Taehyung. Wajah Nayeon sangat tegas. Ia seperti tidak terpengaruh dengan pertanyaan dari Taehyung.
"Tidak menjalin sebuah hubungan bukan berarti tidak percaya terhadap hubungan itu." Suaranya lantang, tidak salah ia dipilih sebagai penasihat pernikahan. "Apa kalian berdua menyesal sudah menjalin sebuah hubungan? Atau kalian menyesal dipertemukan oleh Tuhan?"
Kali ini, pertanyaan Nayeon berhasil membuat Jisoo beralih memandang dinding kaca. Taehyung sendiri berdehem, ia merasa tidak suka dengan pertanyaan Nayeon.
Namun, berikutnya, Jisoo merenungi pertanyaan gadis itu. Apa ia pernah menyesal dipertemukan oleh Taehyung, jika akhirnya begini?
"Aku tidak menyesal. Lagi pula dia berhasil mengukir kenangan di hidupku yang suram." Taehyung mengatakan itu sembari menatap Jisoo lurus, seolah hanya ada Jisoo di matanya sekarang. Jisoo malah membalas tatapan Taehyung, ia menyetujui perkataan pria itu. Jisoo tidak pernah menyesal mengenal Taehyung.
===
Jisoo meletakkan kepalanya di paha Taehyung, mereka berdua tengah melakukan movie maraton. Awalnya Jisoo ingin menonton di bioskop, setidaknya mereka bisa memesan ruang private. Tapi Taehyung menolak dan mengatakan ingin mengajak Jisoo menonton film lama—yang laki-laki itu belum sempat menonton.
Jisoo berdecak kesal di akhir film. Karakter perempuan itu terlalu bodoh menurut Jisoo, ia bahkan tidak menyesal mencintai pria jahat itu sampai akhir hayatnya. Kalau Jisoo jadi dia, gadis ini akan mengatakan 'menyesal'.
Taehyung mencubit pipi Jisoo gemas. Sepanjang film perempuan itu tak berhenti meneriaki karakter wanita. Ia mengatakan bodoh, sinting, bahkan Jisoo mengatakan: tidak mau menonton lagi.
"Jis, itu cuman film. Fiksi, gak nyata, lagian kalo memang ada yang gitu, pasti jarang." Taehyung menenangkan, jemarinya memainkan rambut Jisoo.
Jisoo menatap sengit. "Jadi, kamu gak mau jadi karakter wanita itu, memperjuangkan cintanya sampai akhir?" tanya Taehyung.
"Aku gak tahu karena ... aku sendiri gak ada di posisi dia."
"Kalau kamu berada di posisi dia?"
***
"Aku sudah memperjuangkan ini sampai akhir. Ini adalah bagian akhirnya," gumam Jisoo sendiri. Atensi mereka sekarang sepenuhnya pada Jisoo. "Kenapa?" tanya Jisoo heran.
Taehyung mendengar perkataan Jisoo. "Ini bukan akhir," katanya menatap Jisoo. "Kita bahkan baru mulai berjuang." Jisoo menangkap kalimat itu, tapi ia pura-pura tidak mendengar. Rasanya terlalu sesak.
Bobby dan Nayeon malah semakin tidak mengerti. Aduh, Nayeon ingin sekali mengundurkan diri dari pekerjaan ini. Bobby mengelus telapak tangan Nayeon. Kemudian bergumam, "Sabar."
"Mrs. Kim, bisa kita mulai? Saya akan menjelaskannya." Nayeon beralih ke arah buku tebal berukuran kecil. "Kami akan membantu kalian, setidaknya sampai kalian memutuskan untuk bercerai atau tidak. Kalian sedikit lebih cepat sebenarnya. Kadang pasangan lain akan mendatangi kami setelah mereka mendapatkan perintah mediasi dari pengadilan."
"Oke, kita akan melakukan program ini selama sebulan. Kalian berdua akan tinggal bersama seolah-olah baru pertama kali mengenal. Bisa dibilang kalian akan membangun sebuah kenangan."
Jisoo mencibir, "Untuk apa membangun kenangan jika kami akan berpisah?"
Bobby tertawa. "Inilah gunanya program ini. Setelah program ini berlangsung, kalian akan memutuskan semuanya. Bercerai atau tidak. Tetap mencintai atau saling melupakan."
Jisoo mendengarkan. "Selama sebulan, kalian akan mempelajari dasar dari sebuah hubungan."
Taehyung ingin menyela, sebenarnya ia dan Jisoo tahu akan semua itu, mereka sudah lema menjalin hubungan. "Menjalin sebuah hubungan belum berarti tahu dasarnya. Seperti kalian tahu cara memasak air, tapi kalian tidak tahu cara mendapatkan air. Kalian hanya tahu menjalankannya tapi tidak tahu dasarnya."
"Kita akan melakukan program ini selama sebulan. Akan mengenal lebih jauh tentang sifat masing-masing. Mungkin, kalian juga akan sedikit mengenang kisah romantis kalian di masa lalu," kata Nayeon sembari mengamati wajah Taehyung dan Jisoo.
Dua orang itu nampak berpikir. Setelahnya, Jisoo mengangguk. Toh, ini demi kebaikan keduanya. Jisoo hanya berharap bisa berdamai dengan Taehyung. Jika memang masih berjodoh, mungkin mereka bisa membatalkan perceraian, lalu membangun hidup kembali.
Mungkin, mempunyai anak dan merawatnya sampai memiliki cucu. Jisoo segera menghapus pikiran itu. Ia memandangi Taehyung. Perempuan itu beralih ke Nayeon.
"Menikah bukan kesalahan kita, menjalin hubungan juga bukan kesalahan kita, yang jadi masalahnya kita tidak bisa mempertahankan hubungan ini." Nayeon memberi pencerahan kepada sepasang suami istri itu. "Kadang kita hanya tahu bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik. Tapi kita tidak tahu, bagaimana yang ia rasa."
Nayeon melipat ke dua tangannya di atas meja. "Mungkin kalian berada pada dua hal itu. Saling menyayangi belum tentu saling mengerti. Kamu sayang padanya tapi kamu tidak pernah memahaminya. Kalian hanya sekedar menyayangi. Tanpa mau memahami."
TBC
Heheh, lupa up kmrn. Maaf ya, kalimat terakhir, entah dapat darimana tapi aku ngerasa gitu. Kita sayang sama org tapi belum tentu kita paham perasaan dia. Jadiin pelajaran chapter ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After This | Jisoo • Taehyung [✔]
FanfictionHari itu mereka berdua memutuskan untuk bercerai. Kedua orang tua mereka menentang perceraian ini, tentu saja karena mereka sendiri yakin, baik Jisoo dan Taehyung masih sama-sama mencintai. Sehingga, orang tua mereka memutuskan menyewa penasihat per...